1.332 Warga Bogor Terinfeksi HIV

Nn, Bogor -- Penderita HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) tak terbendung. Sebanyak 1.332 warga Kota Bogor terinfeksi HIV, sebanyak 697 warga di antaranya positif menderita AIDS. Fakta lainnya, sebanyak 56 penderita HIV/AIDS meninggal akibat keganasan penyakit tersebut. Dari tahun ke tahun, ancaman virus mematikan itu semakin nyata, padahal beragam upaya penanggulangan terus dilakukan.

“Fakta tersebut berdasarkan pendataan Dinas Kesehatan Kota Bogor hingga Oktober 2011. Lebih banyak dari tahun lalu”, Kepala Bidang Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Kesehatan Lingkungan (P3KL), Dinkes Kota Bogor, Dr Eddy Dharma di Sekretariat KPAD Kota Bogor.

Eddy mengatakan, rata - rata sebanyak 30 penderita berhasil dijangkau setiap bulannya. “Pada 2010, penderita HIV/AIDS sebanyak 967 warga Kota Bogor. Jadi peningkatannya tahun ini sebanyak 365 penderita”, terangnya.

Yang menarik, diestimasi sebanyak 43.023 warga terancam terinfeksi HIV/AIDS akibat melakukan sejumlah perilaku berisiko. Data mengejutkan itu disiarkan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kota Bogor menjelang Hari HIV/AIDS Sedunia.

Sebanyak 43.023 warga dari kalangan berisiko itu terdiri dari 1.785 pengguna narkoba suntik (penasun), 699 wanita pekerja seks (WPS) langsung, 339 WPS tidak langsung, 300 waria, 6.224 homo seksual, 18.007 pelanggan WPS, 603 pelanggan waria, 12.881 pasangan pelanggan seks di luar nikah, dan 2.185 Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP).

Lantas berapa range usia kalangan berisiko? “Antara 15 hingga 60 tahun. Penasun memang masih menempati urutan tertinggi, sehingga tak heran banyak generasi muda terancam”, jawab Eddy.

Saat ditanya soal manuver Dinkes Kota Bogor menanggulangi ancaman HIV/AIDS, Eddy mengatakan, kini program dititik beratkan pada pencegahan secara berkelanjutan. “Yang sudah terinfeksi HIV, kami upayakan tidak menjadi penderita AIDS positif”. Eddy menambahkan, pemberian jarum suntik steril, pembagian kondom, dan metode terapi menggunakan narkoba sintetik. Metadon masih dilakukan, meski sejumlah upaya tersebut menuai kontroversi. “Kami melakukannya untuk mencegah penularan”, tandasnya. F.Nasution/JB

Post a Comment

Previous Post Next Post