Nasib Nakes di Ujung Tanduk, Negara Gagal Jamin Keselamatan Jiwa


Oleh: Aisyah Abdullah
Pegiat Literasi Baubau

Sejak kemunculannya virus corona telah banyak menghilangkan nyawa rakyat. Terutama bagi para nakes satu per satu telah meniggal. Hingga hari ini kondisi para nakes menjadi sangat memprihatinkan. Di tanah air sendiri jumlah korban tenaga kesehatan (nakes) terus bertambah. Bahkan menduduki nomor satu teratas di Asia untuk jumlah korban yang meninggal.

Seperti yang dikatakan oleh Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (BP IDI) Adib Khumaidi. Ia mengatakan bahwa kematian tenaga medis dan kesehatan di Indonesia tercatat paling tinggi di Asia (kompas.com, 02/01/2021).

Selain itu, Indonesia juga masuk ke dalam lima besar kematian tenaga medis dan kesehatan di seluruh dunia. "Sejak Maret hingga akhir Desember 2020 terdapat total 504 petugas medis dan kesehatan yang wafat akibat terinfeksi Covid-19 " ujar Adib Khumaidi dikutip dari siaran pers PB IDI, Sabtu (2/1/2021).

Lebih lanjut Adib mengungkapkan, sepanjang Desember 2020 PB IDI mencatat 52 tenaga medis dokter meninggal akibat covid. Angka ini naik lima kali lipat di awal pandemi. "Kenaikan ini merupakan salah satu dampak dari akumulasi peningkatan aktivitas dan mobilitas yang terjadi. Seperti berlibur, pilkada, dan aktivitas berkumpul bersama teman dan keluarga yang tidak serumah," ucap Adib.

Melihat fakta di atas kita bisa menyimpulkan bahwa pemerintah tidak benar-benar hadir menjamin keselamatan jiwa rakyatnya. Terutama bagi para nakes yang berjuang digarda terdepan. Mereka lebih mengutamakan perhelatan pilkada untuk menyelamatkan kekuasaan mereka meskipun angka infeksi pandemi masih tinggi. Ketimbang kesahatan dan keselamatan nyawa rakyat yang harusnya lebih diprioritaskan.

Inilah akibat penerapan sistem kapitalisme sekularisme yaitu pemisahan aturan agama dari kehidupan. Ide sistem ini asas materi dan manfaat saja. Sehingga wajarlah melahirkan para penguasa yang hanya berorientasi pada kepentingan pribadi mereka. Tanpa mementingkan nyawa rakyatnya. 

Dengan melihat tingginya angka kematian nakes sudah cukup membuktikan dunia saat ini membutuhkan sistem alternatif. Yakni sistem Islam sebagai solusi yang mampu mengatasi pandemi dan menyelamatkan nyawa manusia. Keberhasilan sistem ini tidak lepas dari paradigma fungsi penguasa dalam sebuah negara. Dalam Islam pun menempatakan negara sebagai penanggung jawab atas urusan umat.

Penguasa dalam sistem Islam akan hadir sebagai institusi periayah. Rasulullah saw. bersabda "Seorang imam (pemimpin) adalah ra'in (pengembala) dan dia bertangung jawab atas gembalaanya (rakyatnya)." (HR. Bukhari). Dalam hadits lain juga diungkapkan bahwa: "Siapa saja yang dijadikan Allah mengurusi suatu urusan kaum muslim lalu ia tidak peduli akan kebutuhan, keperluan dan kemiskinan mereka, maka Allah tidak peduli akan kebutuhan, keperluan, dan kemiskinannya. (HR. Al-Bukhari)

Dengan cara seperti ini akan membentuk kesadaran ruhiyyah yang akan mendorong pemerintah menyediakan hak-hak rakyat dengan hati-hati. Memberikan pelayanan terbaik dari kemampuan yang mereka miliki. Penguasa pula yang akan melindungi kehormatan, harta dan jiwa rakyatnya. Oleh karena itu, ada atau tidak adanya pandemi keselamatan rakyat adalah prioritas utama negara. 

Penguasa dalam Islam selalu berupaya mewujudkan hifdzu an-nasfs (penjagaan nyawa manusia) sebagai bagian dari maqashidu asy-syariah. Sikap ini merupakan wujud penerapan syariat Islam sebagaimana dalam hadits "Sungguh hilangnya dunia, lebih ringan bagi allah dibandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak." (HR. Nasai 3987 dan Tirmidzi 1455 yang disahihkan al-albani). 

Oleh karena itu, sejak awal terjadi pandemi, negara akan melakukan tindakan pemutus rantai penularan dengan cara lackdawn lokal sesuia anjuran Rasulullah. Selanjutanya, negara akan memisahakan orang yang sakit dan orang sehat agar penyakit tidak menyebar lebih cepat dan tidak meluas ke wilayah lain. 

Pemisahan tersebut dilakukan dengan cara tes baik swab test maupun rapid test secara masal dan masif dengan gratis. Apabila didapati masyarakat yang terbukti terinfeksi akan segera diisolasi dan ditangani dengan pelayanan medis yang berkualitas. Kebutuhan pelayanaan para pasien pun dijamin gratis hingga mereka sembuh oleh negara. Sedangakan bagi mereka yang sehat akan tetap beraktivitas seperti biasa dengan mamatuhi protokol kesehatan. Sebab, dengan upaya seperti ini akan menekan angka penularan penyakit. Sehingga, membuat negara dan tenaga medis bisa fokus menangani orang-orang yang terinfeksi . Inilah bentuk perlindungan negara terhadap nyawa rakyatnya.

Adapun cara untuk melindungi tenaga medis, negara akan bertangung jawab secara mutlak untuk menyediakan Alat Perlindungan Diri (APD), obat-obatan, peralatan pasien dan lain sebagainya.

Jadi, sudah saatnya kita mencampakkan sistem kapitalis buatan manusia dan kembali kepada sistem Islam yakni khilafah yang mampu menyejahterakan umat dan melindungi nyawa manusia.
Wallahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post