Harga Pahlawan dalam Islam


Oleh : Rita Handayani
Muslimah Pemerhati Umat

Wabah Covid-19 yang berasal dari kota Wuhan, Tiongkok yang terdeteksi pertama kali pada 1 Desember 2019 ini. Yang kemudian ditetapkan menjadi pendemi oleh badan kesehatan dunia, WHO pada tanggal 11 Maret 2020. Telah mengugurkan 507 petugas kesehatan dan medis akibat terpapar Covid-19.

Dari 507 tenaga kesehatan yang meninggal itu terdiri atas 228 dokter, 167 perawat, 13 dokter gigi, 68 bidan, 10 ahli teknologi lab medik, 6 apoteker, 4 rekam radiologi, 2 terapis gigi, 2 sopir ambulans, 1 tenaga farmasi, 1 elektromedik, 1 sanitarian dan 4 tenaga kesehatan lainnya. (Kompas.com, 29/12/2020)

Menurut Adib Khumaidi, ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), kematian tenaga kesehatan dan medis di Indonesia ini tercatat paling tinggi di Asia. Dan termasuk ke dalam lima besar kematian tenaga kesehatan dan medis di seluruh dunia. (Kompas.com 02/01/2021)

Dokter adalah garda terdepan dalam perlawanan terhadap virus Covid-19 yang masih marak di tengah kehidupan umat manusia. Tentu menjadi sebuah kerugian besar jika dokter yang gugur semakin terus bertambah.

Apalagi berdasarkan data Bank Dunia, jumlah dokter di Indonesia merupakan terendah kedua di Asia Tenggara, yakni sebesar 0,4 dokter per 1.000 penduduk. Ini berarti dari 4 dokter harus melayani 10.000 penduduknya. Maka kehilangan 100 dokter saja artinya dengan 250.000 penduduk tidak punya dokter.

Tingginya angka kematian dokter di Indonesia yang lebih besar daripada negara-negara lain di sekitarnya. Ini menunjukkan penanganan pandemi oleh negara yang masih sangat lemah dan buruk dalam testing (pengujian), tracing (pelacakan), treatment (pengobatan). Demikian kata direktur RSUD Soekarno. (Kompas.com,  03/12/2020)

Juga banyaknya bermunculan klaster baru akibat kerumunan yang tidak bisa dielakkan karena kebijakan dan pengontrolan penguasa yang kendur. Mulai dari berkumpulnya teman, keluarga, kolega yang tidak serumah, liburan hingga pilkada yang dikhawatirkan banyak pihak, akan menjadi pemicu ledakan bom Covid-19. Nyata, telah menyumbang lahirnya klaster-klaster baru yang berdampak mutasi virus menjadi lebih ganas.

Kemudian yang membuat mengurut dada adalah tidak adanya ungkapan penghargaan dari negara untuk para pahlawan garda terdepan yang wafat di medan perang. Tidak adanya pemberian gelar pahlawan yang benar, maupun tanda jasa, ataupun fasilitas pada keluarga yang ditinggalkan. Sebagaimana layaknya penghargaan yang diterima tentara saat perang.

Ini mendefinisikan bahwa pemimpin negeri dengan aturan yang dimiliki dari demokrasi, telah gagal melawan pandemi yang mengepung rakyat di negerinya. Masa pandemi yang lebih dari setahun melanda negeri semakin terlihat memburuk dengan semakin banyaknya pejuang garda depan banyak yang gugur di medan perang. Akibat kurangnya upaya negara memfasilitasi perangkat perang untuk para dokter yang berhadapan langsung dengan Covid-19. Juga kegagalan pemimpin negara mengoptimalkan perannya sebagai pengurus dan pelindung rakyat.

Saatnya umat manusia berpikir ulang untuk mencari sistem alternatif yang teruji keberhasilannya. Baik, dalam menghadapi pandemi, maupun dalam kepengurusannya terhadap rakyat dengan kepengurusan terbaik. Dan penjagaan terbaik terhadap nyawa rakyatnya. Sistem alternatif yang demikian hanya ada dalam Islam.

Karena hukum syara telah mewajibkan demikian. Sabda Rasulullah saw.: “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari)

Ini meniscayakan Islam menjadi sistem yang komprehensif. Sehingga mampu menjaga darah dan nyawa manusia tak terkecuali para nakes yang merupakan pionir penyelamat umat manusia. Karena dalam Islam satu nyawa umat muslim itu lebih berharga daripada dunia dan seisinya. Bahkan, lebih agung dari keagungan ka'bah.

Rasulullah saw. bersabda: "Hancurnya dunia lebih ringan di sisi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang muslim.” (HR. An-Nasa’i) Dan dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbas r.a ia berkata, “Ketika Rasulullah saw. memandang Ka’bah, beliau bersabda : "Selamat datang wahai Ka’bah, betapa agungnya engkau dan betapa agung kehormatanmu. Akan tetapi orang mukmin lebih agung di sisi Allah daripadamu.” (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul iman, no. 4014: shahih)

Untuk itu penanganan maksimal dalam Islam akan dilakukan meski berbiaya mahal. Seperti Islam akan langsung mengarantina virus dalam artian negara akan memisahkan wilayah yang terjangkit virus dan wilayah yang sehat. Memisahkan rakyat yang sakit atau terinfeksi virus dengan rakyat yang sehat. Ini membutuhkan tes rapid dan tes swab atau tes-tes lainnya dengan pembiyaan total dari negara. Karena dengan Islam ekonomi negara kuat dan akan mampu melakukannya. Demikian juga perlengkapan nakes seperti APD dan lainnya akan total dipenuhi negara.

Islampun juga akan mendorong dunia pendidikan untuk segera menemukan obat, vaksin atau sejenisnya dengan pembiayaan ditanggung oleh negara. Juga sekolah kedokteran yang sekarang merupakan sekolah berbiaya mahal sehingga tidak bisa dijangkau oleh semua kalangan. Dalam Islam sekolah kedokteran total akan digratiskan oleh negara.

Bahkan jika ada peserta didik yang punya prestasi, karyanya akan dibayar oleh negara dengan emas seberat karya yang dimilikinya. Maka wajar dalam sejarah, kala Islam diterapkan dalam konstitusi pemerintahan lahirlah banyak ilmuwan muslim yang tidak hanya cakap dalam banyak bidang ilmu dunia tapi juga faqih fiddin (faham agama).

Penghargaan yang diberikan oleh negara sangat luar biasa terhadap ilmu dan sains. Apatah lagi pahlawan negara, seperti nakes dalam perang melawan pandemi. Tentu penghormatan besar akan diberikan oleh negara kepada tentara yang wafat maupun kepada para keluarga yang ditinggalkannya.

Namun, semua itu hanya akan menjadi hayalan di sistem rusak demokrasi. Oleh karena itu, kembalinya Islam menjadi aturan negara harus diperjuangkan oleh seluruh komponen umat manusia khususnya kaum muslimin. Agar kebaikan-kebaikan Islam dapat kembali dirasakan oleh seluruh makhluk hidup di muka bumi.
Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post