Bahayakah Game Sejenis "Among Us"?


By : Rika Heriani
Cileungsi-Bogor

Dengan situasi pandemi anak - anak belajar di rumah dan tidak boleh keluar rumah kecuali ada keperluan mendesak. Jadi anak terkadang jenuh, dengan kejenuhan terselip lah rasa menghilangkan kejenuhan dengan main game online yang mendominasi ruang belajar anak.
      
Dunia sekuler tak pernah aman, riskan mengandung konten merusak pemikiran anak. Langsung maupun tidak langsung rutin bermain game online akan membentuk pola tertentu pada anak. Anak akan terikat dengannya agar dirinya bisa di terima sebagai pemain. Lingkungan sosial pada game tak jarang terhubung langsung dengan orang lain di dunia nyata. Membentuk cara berpikir dan cara merasa yang sama pada anak. Di titik inilah game sejenis "Among Us" bisa membahayakan kepribadian anak. Begitu sederhana ada crewmate sebagai lakon protagonis dan ada impostor sebagai lakon antagonis. Masing - masing membawakan karakter tokoh yang ada di dunia nyata. Crewmate dalam investasi dan diskusi merasa benar untuk mencurigai dan memvonis siapa saja yang dianggap membahayakan tanpa ada bukti dan dalil, anak diajarkan bukan berdalih bukan berdalil. Lain dengan impostor yang hanya berpikir untuk menimpahkan keburukan pada musuh "visi jahat" menghalalkan segala cara, kepura-puraan, sampai mengadu domba musuhnya. Tidak sedikit pemain "Among Us" membawa permusuhan mereka ke dunia nyata untuk persoalan yang remeh. Visi tak berbobot telah menguras daya Imajinasi.
     
Game ini telah menghalangi anak untuk belajar metode berpikir yang benar. Anak di bentuk untuk mengabaikan pakta dan dalil, berpikir semua gue, bebas lepas tanpa batas syariat. Di dalam keluarga anak usia tumbuh kembang sangat membahagiakan, lalu memasuki fase mumayiz. Meski di usia ini anak sudah bisa membedakan suatu yang baik dan yang buruk, namun akalnya sendiri belum sempurna orang Dewasa. Anak mumayiz masih membutuhkan bimbingan orang tua untuk menilai dan memilih setiap ragam peristiwa tentang benda maupun perbuatan. Pada fase ini anak akan menyerap maklumat (informasi) dari lingkungan sekitar,baik dunia nyata maupun dunia  maya.
     
Anak membutuhkan pembimbing "hebat" untuk menemukan jati dirinya. Jangan sampai orang tua kalah start. Dunia gemol(game online) lebih mendominasi ruang belajar anak.
     
Maka orang tua muslim wajib cermat memilihkan sarana belajar anak, memperhatikan ada tidaknya pertentangan dengan Akidah dan syariat islam baik itu dalam konten, bahasa, aturan main, audio, visual, dan lainnya.
      
Orang tua harus membentengi anak dengan agama dan akidah/keimanan yang baik, karena anak adalah investasi dunia dan akhirat.

Post a Comment

Previous Post Next Post