Takutlah Terhadap Doa Orang yang Terzalimi

Oleh : Kayyisa Haazimah 
(Aktivis Dakwah Remaja Majalengka)

Ketika manusia berada dipuncak kekuasaannya, semua dalam genggaman tangannya, semua dalam kendalinya, maka tidak banyak manusia yang tergelincir kepada kesombongan. Ketika titahnya akan dipenuhi oleh seluruh rakyatnya, senyum kesombongan dipenuhi dengan tepuk riuh riang para iblis yang durjana. 

Tatkala Fir'aun mengaku dirinya sebagai tuhan yang paling tinggi, kecongkakannya dibalas oleh Allah dengan menghukumnya dengan azab di akhirat dan siksaan di dunia. Sebagaimana Allah abadikan dalam surat an-nazi'at ayat 24 - 25.

Hilangnya kepemimpinan Islam dimulai dari merosotnya cara berfikir umat, Islam tidak lagi di pandang sebagai kesatuan aqidah ruhiyyah dan aqidah siyasiyyah. Sistem politik telah lepas dari kepemimpinan berfikir Islam, yakni dalam rangka mengurusi seluruh warga negara Islam, baik muslim maupun non muslim atau kafir dzimmiy yang hidup di negara Islam serta tunduk kepada hukum-hukum Islam. 

Pemikiran-pemikiran asing pun mulai merusak pemikiran umat Islam bahkan mengadopsinya menjadi undang-undang.  Nilai-nilai ruhiyyah hilang perlahan digantikan dengan nilai materialistik yang hanya terindra saja. Hingga umat dihinggapi penyakit al wahn. 

Dalam sebuah hadits Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengabarkan bahwa kelak di masa yang akan datang ummat Islam akan berada dalam keadaan yang sedemikian buruknya sehingga diumpamakan sebagai laksana makanan yang diperebutkan oleh sekumpulan pemangsanya. Lengkapnya hadits tersebut sebagai berikut:
Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745).

Kini, di era milenial, sarat dengan fitnah akhir zaman. Sudah lama umat Islam dalam sistem kufur dan sudah berapa kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat ulah tangan manusia, berpaling dari aturan Sang Maha Pencipta. Di bumi tercinta ini, yang Allah anugerahkan berbagai sumberdaya alam (SDA) yang melimpah, kekayaan di daratan serta di lautan namun umat ini tidak mendapatkan keberkahan hidup. 

Penguasa-penguasa yang ada telah menjadi corong penjajah, menyerahkan berbagai proyek-proyek yang mengeksploitasi SDA kepada asing atas nama investasi, menaikan berbagai tarif baik listrik dan energi berupa BBM serta tarif kesehatan. Mengandalkan pajak bagi pembiayaan negara. Yang terbaru, banyak perusahaan-perusahaan tekstil yang gulung tikar dikarenakan tidak mampu bersaing, menimbulkan PHK besar-besaran. Membuat perekonomian mandeg, rakyat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan primer mereka, apatah lagi kebutuhan sekunder. 

Penguasa yang diharapkan mampu memperbaiki keadaan nyatanya sebelum pelantikannya telak didahului dengan demo besar-besaran mahasiswa yang diwarnai dengan aksi heroik pelajar STM yang ikut berdemo menuntut ketidakadilan. Ya, ketertindasan, dan ketidakadilan yang tengah dipertontonkan penguasa saat ini. Banyak pihak melihat aksi ini mewakili perihnya hati rakyat. 

Lantas, ketika rakyat mempertanyakan kepedulian penguasa atas rakyatnya, jawabannya adalah mereka sibuk dengan politik partai serta kroni-kroninya. Wahai penguasa, tidakkah Anda takut akan do'a orang-orang yang Anda dzalimi? Bahwasannya do'a mereka menembus langit. Tidak sampaikah kepada Anda peringatan dari Rabb kita akan semua bencana dan musibah yang terjadi atas negeri tercinta ini? Sepatutnya kita menengadahkan tangan kepada Ilahi Rabbi atas pengampunan diri, serta mendambakan negara yang baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofur. Patut untuk direnungi hadits Rasulullah :
“Waspadailah doa orang yang dizalimi, sebab ia akan diangkat naik ke langit seakan-akan bagai percikan bunga api.” (Hadits shahih).
Wallahu a'lam bish shawab

Post a Comment

Previous Post Next Post