Bicara Gender, Siapa yang Diuntungkan?


Penulis : Verawati S.Pd
(Praktisi pendidikan dan pengarus opini Islam)


Baru-baru ini, Presiden Joko Widodo bicara tentang gender dalam  acara KTT G20 di Osaka Jepang Sabtu 29 Juni 2019. Sebagaimana dilansir situs resmi kemlu.go.id. Presiden Joko Widodo mengatakan “Kita semua paham bahwa akses pendidikan dan pemberdayaan perempuan merupakan elemen penting untuk mencapai target Sustainable Development Goals. Dan itu memerlukan kerja sama kita semua”. 

Isu gender memang isu yang akan selalu hangat untuk dibicarakan. Pasalnya permasalahan yang dihadapi oleh kaum hawa tak kunjung usai.  Kian hari terus bertambah. Tak hanya dialami perempuan Indonesia namun juga hampir di seluruh belahan dunia. Nasib kaum perempuan direndahkan dan mengalami permasalahan hidup yang begitu berat. Salah satunya adalah kemiskinan. Isu gender ini dianggap solusi untuk semua permasalahan perempuan tersebut.  Benarkah?

Ide gender bukanlah ide murni dari Indonesia, melainkan ide yang diimpor dari barat. Ide ini muncul abad pertengahan. Kala itu gereja sebagi pusat kekuasaan memberikan doktrin-doktrin yang  sesat. Salah atu doktrin tersebut adalah bahwa wanita sumber dosa dan sumber kerusakan. Sehingga untuk menjadi suci meninggalkan perempuan atau tidak menikah membuat perempuan. Akibatnya perempuan dimarginalkan dan didikriminatifkan dalam kehidupan, tidak mendapatkan akses pendidikan, hak milik, politik dan aspek kehidupan lainnya. Kondisi seperti itulah yang membuat perempuan barat berontak dan menuntut hak-haknya. 

Barat sebagai pemimpin peradaban dunia meniscayakan segala yang dilahirkan oleh mereka baik ide, konsep, pemikiran, budaya, kebijakan dan sebagainya  harus pula diadopsi oleh negara-negara lainnya termasuk ide gender ini. Menariknya, Jokowi yang baru saja menjadi pemenang di ajang pemilihan presiden  2019, turut menyampaikan isu ini di acara KTT G20, ada apa? Pencitraan penguasa boneka yang tunduk pada tuannya, Mendukung dan memuluskan agenda-agenda barat demi mengokohkan ide barat tersebut.

Jika dilihat ide gender dalam perspektif Islam, maka ide gender tersebut bertentangan dengan Islam. Dalam Islam laki-laki adalah pemimpin rumah tangga, wajib mencari nafkah serta mendidik istri dan keluarga dengan agama. Sedangkan perempuan berkewajiban mengurus rumah tangga dan ibu untuk anak-anaknya, mendidik, mengasuh, dan merawatnya. Istri harus taat pada suaminya dan meminta ijin bila hendak keluar rumah. Hal seperti  ini bertolak belakang dengan ide gender. Mereka menginginkan sama antara laki-laki dan perempuan. Bahkan hukum waris yang sudah Allah tetapkan digugatnya. Baru-baru inipun Komnasham perempuan mengajukan hukuman bagi suami yang memaksa istri berhubungan intim.

Jokowi sebagai pemimpin di negeri mayoritas muslim, seharusnya membuat kebijakan yang diadopsi oleh ajaran Islam, bukannya mengimpor kebijakan yang bertentangan dengan Islam. Namun, hal ini mustahil apabila diwujudkan dalam sistem kapitalisme sekularisme

Berkaitan dengan persoalan perempuan yang terjadi saat ini, sesungguhnya kapitalisme lah yang justru menjadi akar masalah. Sesungguhnya kapitalisme lah yang membuat perempuan menderita. Jurang kesenjangan begitu nyata dan kemiskinan tak bisa dihindari. Mereka para kapitalisme hampir menguasai hajat hidup orang banyak. Swastanisasi dan hilangnya subsidi negara adalah jalan mulus yang menambah berat beban hidup.

Dengan kemiskinan yang terus meningkat, akhirnya banyak perempuan yang terdorong terjun ke publik. Bekerja sebagai tenaga kerja instansi, buruh pabrik, TKW dan sebagainya. Alih-alih ingin meningkatnya ekonomis keluarga. Saat perempuan meninggalkan keluarganya, justru menambah permasalahan baru. Meningkatnya kasus pelecehan seksual terhadap perempuan, perceraian, kenakalan remaja dan lain sebagainya. Bahkan tak jarang nasib TKW berakhir dengan kematian. 

Solusi Islam 

Islam memandang perempuan sebagai sebuah kehormatan yang wajib dijaga, dilindungi dan ditempatkan pada tempat yang terhormat.  Dalam hal-hal yang bersifat umum perempuan sama dengan laki-laki.  Seperti mendapatkan pendidikan, berdakwah, berpolitik dan memiliki harta dan mengelolanya serta hak-hak lainnya. Namun ada juga yang berbeda, seperti tugas mencari nafkah, jihad serta pembagian waris. Namun perbedaan ini, semata-mata dilihat dari potensi yang berbeda. Baik secara fisik maupun tanggung jawab.

Selain itu, negara akan menerapkan hukum-hukum Islam lainnya secara menyeluruh. Islam memberlakukan sistem ekonomi yang menjamin terpenuhinya kebutuhan orang perorang. Begitu juga dengan keamanan. Islam akan memberikan sanksi yang tegas terhadap pelaku yang menyakiti atau menodai perempuan bahkan meski sekedar menuduh berzina terhadap perempuan baik-baik. Demikian seperangkat hukum-humum Islam yang akan menjamin kesejahteraan hidup. Tidak hanya untuk laki-laki, namunjuga perempuan dan anak-anak serta alam semesta.

Maka dari itu patut bagi kita untuk berupaya mengganti sistem kapitalisme sekularisme ini. Alih-alih menjadi solusi, sistem ini justru membuat persoalan perempuan ini semakin runyam. Terlebih lagi, sistem ini tidak akan pernah memberikan ruang bagi umat muslim untuk menjalankan ajaran Islam secara totalitas. Padahal, Allah menyeru kita agar berislam secara kaffah (totalitas). Menerapkannya dalam bingkai khilafah.

Wallahu a'lam bishoab
Previous Post Next Post