Seledri Cegah Sirosis Hati dan Menjaga Fungsi Hati

Nusantara ~ Seledri Mencegah Sirosis Hati & Menjaga Fungsi Hati. Bukti ilmiah seledri mencegah sirosis hati akibat paparan radikal bebas. Sirosis hati termasuk penyakit mematikan. Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) melaporkan rata-rata prevalensi sirosis hati mencapai 47,4% dari seluruh pasien penyakit hati yang dirawat.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2006, penyakit sirosis hati menyerang 170-juta jiwa. Dari 55 negara yang melaporkan kepada WHO, setiap tahun 310.000 jumlah orang di seluruh dunia meninggal karena sirosis hati. Beberapa tahun terakhir pasien meninggal karena sirosis hati meningkat 500.000 jiwa.

Menurut ahli fungsi hati dari Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang, dr Hardian, salah satu penyebab sirosis hati adalah kerusakan fungsi hati akibat paparan radikal bebas. Radikal bebas berupa senyawa atau molekul dengan satu atau lebih elektron tak berpasangan pada orbit luarnya. Oleh karena itu untuk mencapai kestabilan ia mencuri molekul di sekitarnya. Terjadilah reaksi berantai membentuk radikal baru. Namun, kini serangan itu bisa ditekan dengan konsumsi daun seledri.

Kandungan Alami Seledri
Seledri Aphium graveolens memang mujarab mengatasi sirosis hati. Itulah hasil riset Lukas Handoko dari Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro pada 2005. Mula-mula Lukas menyiapkan 20 tikus wistar jantan berumur 12 pekan berbobot 180 g—220 g. Tikus itu sehat dan dipelihara secara normal untuk proses adaptasi selama sepekan.

Lukas kemudian membagi tikus-tikus menjadi 2 kelompok. Kelompok kontrol mendapat diet standar selama sepekan. Hewan pengerat itu juga diberi karbon tetraklorida (CCL4) sebanyak 0,275 mg/g berbobot tubuh pada hari ke-8.

Menurut dr Hardian, di dalam tubuh karbon tetraklorida terurai menjadi radikal bebas dalam bentuk triklorometil (CCl3). “Radikal bebas menyebabkan gangguan integritas membran hepatosit sehingga berbagai enzim dari hepatosit, antara lain Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Piruvic Transaminase (SGPT) keluar. Enzim yang keluar dari hepatosit meningkat kadarnya dalam serum dan menjadi indikator dan kerusakan hepar,” ujarnya.

Kelompok kedua adalah kelompok perlakuan. Selain perlakuan seperti pada kelompok pertama, Lukas juga memberikan ekstrak daun seledri dengan dosis 12,096 g/kg bobot tubuh per hari selama sepekan. Sebelum perlakuan, periset itu memeriksa kadar SGOT/SGPT semua tikus dengan cara pengambilan darah melalui pembuluh vena di ekor tikus. Pada hari ke-9, ia mematikan semua tikus lalu memeriksa kembali SGOT/SGPT dengan mengambil darah melalui jantung.

Hasilnya pada kelompok kontrol, SGOT tikus meningkat signifikan. SGOT awal 146,10 unit per liter serum (u/l) menjadi 620,60 u/l atau bertambah 474,50  u/l. Bandingkan dengan kelompok tikus perlakuan yang hanya bertambah 159,70 u/l dari SGOT awal 136,6 u/l menjadi 296,30  u/l.

Begitu juga pada angka SGPT. Pada tikus kontrol angka SGPT melompat dari 40,50  u/l menjadi 729,90 u/l atau bertambah 709,40 u/l. Sementara tikus perlakuan hanya bertambah 283,1 u/l, dari SGPT awal sebesar 38,5 u/l menjadi 321,6 u/l. “SGPT dan SGOT menjadi parameter kinerja fungsi hati,” ujar dr Hardian.

Selama ini seledri acap dimanfaatkan di dapur sebagai bumbu. Para herbalis jarang meresepkan tanaman anggota famili Apiaceae itu untuk mengatasi gangguan kesehatan. Padahal, riset ilmiah membuktikan, seledri manjur mengatasi gangguan hati.
Previous Post Next Post