Oleh Sri Rahayu Lesmanawaty (Aktivis Muslimah Peduli Generasi)
Dikutip dari CNBC Indonesia, Israel dan Hamas dilaporkan telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata di Gaza mulai hari Minggu mendatang. Hal ini disampaikan oleh mediator Qatar, Kamis (16-01-2025).
Pertukaran sandera dan tahanan setelah 15 bulan perang akan dilakukan. Sebanyak 33 sandera Israel akan dibebaskan pada tahap pertama. Perjanjian gencatan senjata itu bahkan disebut bisa menjadi perdamaian permanen. "Kedua pihak yang bertikai di Jalur Gaza telah mencapai kesepakatan tentang tahanan dan pertukaran sandera, dan (para mediator) mengumumkan gencatan senjata dengan harapan mencapai gencatan senjata permanen antara kedua belah pihak," kata kata Perdana Menteri (PM) Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani, dikutip AFP.
Ratusan warga Jenin di Tepi Barat, Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka pada Kamis (23-01-2025) setelah ada pesan peringatan dari drone dengan pengeras suara yang meminta mereka untuk mengungsi.
Hal ini terjadi di tengah operasi militer besar yang memasuki hari ketiga di kota tersebut. Operasi itu mencakup penghancuran sejumlah rumah di kamp pengungsi Jenin. Operasi ini dilakukan dengan dukungan kendaraan militer dalam jumlah besar, helikopter, dan drone. Operasi tersebut dimulai seminggu setelah gencatan senjata di Gaza yang tidak lain adalah momen pertama pertukaran tawanan Israel dengan tahanan Palestina sejak gencatan singkat pada November 2023.
Pejabat entitas Zion*s Yahudi mengatakan bahwa operasi militer ini ditujukan untuk mengatasi kelompok militan yang didukung Iran di kamp pengungsi Jenin yang selama bertahun-tahun menjadi pusat aktivitas kelompok bersenjata Palestina.
Dalam operasinya, buldoser lapis baja entitas Zion*s Yahudi meratakan jalan sehingga menyulitkan pergerakan warga. Banyak warga meninggalkan rumah mereka di tengah ancaman kekerasan yang meningkat. Beberapa warga mengaku mendengar peringatan dari drone untuk mengosongkan area tersebut.
Pihak militer entitas Zion*s Yahudi sendiri membantah memberikan perintah kepada warga untuk meninggalkan rumah mereka. Mereka berkelit dengan menyatakan bahwa tiap warga yang memilih keluar dari area tersebut dapat melakukannya melalui jalur yang aman dan terorganisasi dengan perlindungan dari pasukan keamanan entitas Zion*s Yahudi.
Demikianlah, bukan Yahudi namanya jika tidak lekat dengan tipu daya. Selama operasi militer, suara tembakan dan dengungan konstan dari drone terdengar di atas kamp pengungsi. Jalanan kota pun tampak sepi dengan sedikit aktivitas warga. Ini sama saja dengan memindahkan lokasi sasaran tembak militer atas warga sipil. Di Gaza sedang gencatan senjata, tetapi di Tepi Barat warga diserang.
Gencatan senjata memberi jeda bagi kaum muslim Palestina untuk bebas dari kejahatan entitas Zion*s Yahudi dan negara pendukungnya, AS. Gencatan senjata yang diharapkan berujung pada penarikan penuh militer Zion*s Yahudi (IDF) dari seluruh Gaza dengan imbalan H4m4s membebaskan seluruh sandera Yahudi yang tersisa, ternyata tidak diniatkan untuk menyelesaikan krisis Palestina secara tuntas.
Gencatan senjata ini justru rapuh karena tidak ada klausul tertulis yang melarang entitas Yahudi menyerang H4m4s. Bahkan dengan pongahnya Netanyahu menyatakan entitas Zion*s Yahudi akan melanjutkan perang sampai H4m4s dihancurkan. Ia menekankan bahwa gencatan senjata itu hanya sementara dan Yahudi berhak melanjutkan serangan di Gaza.
Gencatan senjata di Gaza yang berimplikasi pada serangan ke Tepi Barat justru menegaskan bahwa Presiden terpilih AS Donald Trump mencabut sanksi yang diterapkan Biden terhadap kelompok-kelompok ekstrem Yahudi yang menyerang warga Palestina di Tepi Barat untuk merampas tanah mereka. Bahkan, IDF mengintensifkan operasi yang menyerupai genosida di Gaza guna menganeksasi Tepi Barat. Hal ini telah mendapat dukungan dari Trump. Umat harus sadar bahwa gencatan senjata tidak akan menyelesaikan penjajahan dan genosida di Palestina.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Masih percaya dengan jerat tipu-tipu zion*s Yahudi laknatullaah? Satu sisi menyatakan dukungan pada Palestina, sisi lainnya Indonesia tetap memiliki hubungan dagang dengan entitas Zion*s Yahudi. Secara riil peningkatan dalam data impor dari entitas Zion*s Yahudi pada kurun Januari—Juli 2024 hampir menembus US$40 juta. Demikian juga nilai ekspor mengalami peningkatan, tercatat per Juli 2024 naik 1,86% secara bulanan dan 21,39% secara tahunan.
Tragisnya, Indonesia mendukung solusi dua negara. Kunjungan ke negeri "yang diakui" entitas Zion*s Yahudi sebagai miliknya sekalipun secara resmi kedua pihak tidak memiliki hubungan diplomatik begitu mudahnya dilakukan. Hal yang wajar memang, karena Indonesia memiliki hubungan erat dengan AS, negara pendukung utama entitas Zion*s Yahudi dan genosida di Palestina, hingga menapak kaki di sana seakan tanpa beban.
Walaupun demikian, sikap politik pemerintah Indonesia terhadap Palestina dan entitas Yahudi berbeda dengan dukungan masyarakat muslim Indonesia kepada Palestina. Mereka meyakini Palestina sebagai negeri muslim, penduduknya adalah saudara seakidah Islam, dan krisis di sana adalah penjajahan dan genosida oleh entitas Zion*s Yahudi kepada kaum muslim.
Kaum muslim tidak mungkin bisa lagi berharap pada kepemimpinan sekuler dalam rangka mengakomodasi harapan dan keinginan umat untuk menolong saudaranya seakidah di Palestina. Tugas kaum muslim adalah terus menyadarkan seluruh elemen dan individu umat secara pemikiran dan tanpa kekerasan mengenai hakikat dan akar masalah krisis Palestina. Tugas selanjutnya adalah mengubah kepemimpinan sekuler tersebut menjadi kepemimpinan Islam melalui aktivitas dakwah menuju kedaulatan syariat Islam kafah.
Jangan percaya begitu saja dengan gencatan senjata ala monster Zion*s
jagal dunia. Tipu dayanya tak boleh berjaya.
Wallaahu a'laam bisshawaab.
COMMENTS