Fenomena Kekalahan dalam Meraih Kursi Kekuasaan, Islam Punya Solusi


Oleh Nita Zubair (Aktivis Dakwah)

Pesta demokrasi telah selesai dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2024 lalu. KPU belum mengumumkan hasil pemilu secara resmi. Meski belum final, sudah tampak suara para caleg berdasarkan real count. Setelah pesta demokrasi tersebut ada-ada saja permasalahan yang timbul.

Di Cirebon, dua orang tim sukses pada calon legislatif yang gagal mengalami depresi, setelah mereka gagal membawa jagoannya untuk meraih suara tertinggi, padahal sudah di gadang-gadang caleg tersebut akan meraih suara terbanyak dan bisa duduk di kursi legislatif tingkat Kabupaten. Akibat dari tekanan kepercayaan yang hasilnya adalah kegagalan, membuat tim sukses tersebut mengalami putus asa. 

Keduanya mengaku telah berjuang semaksimal mungkin untuk kemenangan caleg yang didukungnya. Bentuk upaya yang mereka lakukan di antaranya sosialisasi ke masyarakat, membagikan sembako dan uang tunai. Alhasil, satu di antaranya mengambil kembali amplop yang berisi uang tunai yang telah dibagikan menjelang pemilihan di dapil 7 Kabupaten Cirebon. Amplop yang identik dengan istilah serangan fajar justru tidak sesuai dengan suara yang di peroleh caleg tersebut. (tvonenews.com, 19/02/2024)

Berita lain, warga Desa Sidomukti, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, seorang tim sukses calon anggota legislatif Wagino alias Gundul (56) nekat mengakhiri hidupnya dengan cara menggantungkan diri di pohon rambutan di kebun karet miliknya. Diduga WG mengalami depresi berat dikarenakan calek yang di usungnya tidak mendapatkan suara sesuai yang di harapkan. (mediaindonesia.com, 19/02/2024)

Penyebab

Dari berbagai fenomena bisa dilihat begitu lemahnya mental para tim sukses maupun calon legislatif. Pada saat ini mereka hanya siap menerima kemenangan tetapi tidak siap menerima kekalahan. Fenomena ini menggambarkan bahwa jabatan menjadi sesuatu yang sangat diharapkan dengan berbagai keuntungan yang akan didapatkan. Sehingga demi meraih jabatan mereka rela memberi rakyat dengan modal yang begitu besar. Tujuannya untuk keuntungan dan mendapatkan suara rakyat.

Rusaknya keimanan merupakan salah satu penyebab utama kerusakan mental seseorang. Pertama, dalam melakukan sesuatu, seseorang hanya berdasarkan manfaat saja tanpa memikirkan halal maupun haram menurut Allah Swt. seperti bagi-bagi amplop atau yang biasa diistilahkan dengan serangan fajar. Pada setiap pesta demokrasi, dianggap sudah hal yang wajar, setiap amplop yang diberikan harus ada gantinya yaitu dengan suara. Padahal itu merupakan sebuah suap menyuap untuk bisa memperoleh suara. Suap merupakan sesuatu yang diberikan kepada orang lain sengan maksud supaya dapat meluluskan tujuannya. Alhasil, ketika amplop yang diserahkan tidak sesuai dengan suara yang diharapkan, yang memberikan pun tidak bisa menerimanya. Padahal suap menyuap ini merupakan pelanggar. 

Kedua, krisis jati diri. Dalam keaadan saat ini, manusia sudah tidak mampu mengontrol emosinya. Perjuangan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meraih eksistensi di dunia, membuat mereka tidak lagi mampu mengontrol emosi. Akhirnya sampai depresi bahkan berakhir bunuh diri. 

Inilah hasil dari penerapan sistem politik demokrasi kapitalisme. Sistem politik yang menjauhkan aturan Allah Swt. yang membuat politik menjadi keji dan kotor. Manusia memperebutkan kekuasaan untuk mendapatkan keuntungan, sementara legalitas kekuasaan politik demokrasi hanya dilihat dari suara terbanyak. Hasilnya modal pemilu politik demokrasi kapitalisme membutuhkan biaya tinggi. 

Solusi Islam

Dalam Islam, lemahnya mental umat tidak akan terjadi karena umat akan memilih hidup yang terarah sesuai dengan bimbingan Islam. Islam akan mengajarkan kaum muslim untuk hidup dalam rangka beribadah kepada Allah Swt. dan setiap perbuatan pasti mempertimbangkan rida Allah Swt. bukan keuntungan materi. Demikian juga mengenai cara pandang yang benar terhadap harta. Dalam Islam, harta bukanlah tujuan hidup dan standar kebahagiaan, melainkan sarana yang diberikan untuk menunaikan berbagai ketaatan kepada Allah Swt. seperti pada firman-Nya:

‘’Sesungguhnya harta dan anak-anakmu hanyalah cobaan (untukmu), dan disisi Allah Swt. pahala yang besar.’’  (TQS. At-Taghabun: 15)

Dalam Islam, dasar hidup setiap makhluk adalah beriman kepada Allah Swt. Sehingga konsep dasar ini yang menjadikan setiap manusia berjalan sesuai dengan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Alhasil, ketika melakukan sesuatu selalu memperhatikan mana yang halal dan mana yang haram, dan juga dalam pemenuhan kebutuhan kehidupan tidak akan salah arah. Karena dalam Islam, tujuan hidup setiap manusia adalah beribadah kepada Allah Swt. Sehingga apapun yang dilakukan akan melihat yang mana perintah dan mana larangan-Nya. 

Begitu juga dalam politik tidak akan menjadi keji dan kotor seperti politik saat ini. Karena sistem politik yang diterapkan dalam kehidupan sesuai dengan aturan Allah Swt. yakni sistem politik Islam. Dalam Islam, kekuasaan dipandang sebagai amanah yang harus dilindungi, dijaga dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Karena akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah Swt. 

Dalam Islam, ada metode baku yang digunakan untuk mengangkat seorang pemimpin dalam hal ini adalah khalifah, yaitu dengan cara baiat. Tanpa baiat, kekuasaan seorang kqhalifah tidak sah. Batas kekosongan kepemimpinan dalam Islam hanya tiga hari tiga malam, mahkamah madzalim akan bekerja siang dan malam untuk menyeleksi para calon khalifah, sesuai dengan syarat in’iqod seorang khalifah. Setelah calon khalifah terseleksi umat boleh melakukan pemilu untuk memilih khalifah

Dalam Islam, pemilu hanyalah uslub (cara) untuk mencari pemimpin, mekanismenya pun sederhana tanpa membutuhkan biaya tinggi, apalagi tipuan atau janji-janji. Para calon juga memiliki kepribadian Islam dan hanya berharap rida Allah Swt. semata. 

Konsep kekuasaan inilah yang harus dipahami kaum muslim, sehingga politik Islam harus diemban dunia ini dalam sebuah institusi khilafah islamiyah.
Wallahualam bissawab

Post a Comment

Previous Post Next Post