Oleh Radhiatur Rasyidah, S.Pd.I
(Pemerhati Generasi)
Agustus, identik dengan bulan kemerdekaan. Faktanya 17 Agustus 1945 memang diproklamirkan sebagai hari kemerdekaan Indonesia.
Tahun 2023, genap mencapai usia 78 tahun kemerdekaan Republik Indonesia (RI). Kali ini mengangkat tema "Terus Melaju untuk Indonesia Maju".
Menyoroti bagaimana momen perayaan HUT RI kali ini yang seperti tahun-tahun sebelumnya masih saja diwarnai dengan perlombaan-perlombaan di setiap wilayah (kota maupu desa atau bahkan di perkampungan). Seperti lomba balap karung, tarik tambang, naik pinang, makan kerupuk dan lain sebagainya yang notabenenya tidaklah mengimplementasikan makna kemerdekaan.
Benarkah negeri ini sudah merdeka?
Menurut Wikipedia, merdeka merupakan suasana bebas dari segala belenggu, aturan, dan kekuasaan dari pihak tertentu. Dalam kata bahasa Melayu dan Indonesia yang bermakna bebas atau tidak bergantung namun independen. Di kepulauan nusantara, istilah ini juga berarti bebas berdiri sendiri yang dibebaskan.
Mungkin, penjajahan gaya lama yang main fisik saat ini tidaklah nampak karena dianggap sudah tidak relevan lagi dengan kondisi hari ini. Namun akhirnya penjajahan dilakukan dengan gaya baru yang tidak langsung dirasakan oleh pihak terjajah, yaitu melalui kontrol serta menanamkan pengaruh ekonomi, politik, pemikiran, budaya, hukum dan hankam atas wilayah yang dijajah. Namun tujuan akhirnya sama, yaitu mengalirkan kekayaan wilayah yang dijajah ke negara penjajah. Dan membuat rakyatnya lemah tidak berdaya menghadapinya. Hutang menumpuk, investasi asing dibuka lebar-lebar, semua serba impor, aset negara terjual.
Penjajahan gaya baru ini lebih berbahaya dari penjajahan gaya lama. Dari sisi pembuatan aturan dan kebijakan misalnya, banyak sekali UU di negeri ini yang didiktekan oleh pihak asing. Sumber daya alam yang dikuasai asing. Tambang gas, minyak, batu bara, emas dan lain-lain sudah dikuasi asing dan aseng, itulah kenapa Indonesia bisa disebut negara terjajah. penjajahan gaya baru.
Jika kita merefleksi semua kejadian di negeri ini, penjajahan tentulah masih sangat dirasakan. Namun, saat ini penjajahan tampil dengan wajah baru. Tidak dengan perang fisik tentunya, dan tanpa dentuman senjata. Tapi, tetap saja membuat rakyat Indonesia tidak berdaya dengan segala kebijakannya. Lebih-lebih penghambaan dalam bentuk penyerahan kekuasaan menentukan hukum (halal dan haram) kepada manusia itu jelas merupakan bagian dari ketidakmerdekaan. Ini masih berlangsung di seluruh dunia, termasuk negeri kaum Muslim, tak terkecuali Indonesia.
Merealisasikan Kemerdekaan Hakiki
Kemerdekaan hakiki adalah kemerdekaan yang bernuansa khas dari konsep Sang Pencipta. Ia terealisasi dari konsep paripurna Sang Penguasa alam semesta. Bebas dari penghambaan pada makhluk. Tunduk karena wujud penghambaan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala semata. Itulah misi utamanya.
Saat manusia terbebas dari segala belenggu penghambaan kepada manusia, disanalah kemerdekaan akan dirasa. Dengan kata lain, Islam sejatinya mampu memerdekakan manusia dan bangsa dari segala bentuk penjajahan, eksploitasi, penindasan, kezaliman juga penghambaan kepada manusia lainnya, terlebih pada asing dan aseng.
Terkait dengan misi kemerdekaan, Rasulullah saw., pernah menulis surat kepada Penduduk Najran. Di antara isinya sebagai berikut.
“…Amma ba’du. Aku menyeru kalian untuk menghambakan diri kepada Allah dan meninggalkan penghambaan kepada sesama hamba (manusia). Aku pun menyeru kalian agar berbeda dalam kekuasaan Allah dan membebaskan diri dari penguasaan oleh sesama hamba (manusia)…” (Al-Hafizh Ibnu Katsir, Al Bidayah wa An-Nihayah, v/553).
Maka merealisasi kemerdekaan hakiki tiada lain hanya dengan merujuk kembali kepada tuntunan Ilahi Rabbi. Kemerdekaan hakiki akan tercipta kala manusia berhukum kepada sumber Al-Quran kitabullah dan Sunah Rasulullah saw.
Jika umat berpaling, kesempitan lah yang akan didapatkan seperti kondisi saat ini. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:
“Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku maka sungguh bagi dia kehidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkan dirinya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta” (TQS Thaha :124).
Semangat penyebaran Islam berbeda sama sekali dengan yang dilakukan Barat. Islam tegak untuk rahmat atas seluruh alam. Sementara Kolonialisme Barat selamanya menyebarkan kejahiliyahan dan kerusakan.
Selain itu, Islam diturunkan oleh Allah Swt. memang untuk memerdekakan umat manusia secara hakiki dari segala bentuk penjajahan.
Hanya dengan menerapkan sistem Islam kafah lah kunci memerdekakan manusia dari segala bentuk penjajahan.
Oleh karena itu, mari bersama berjuang untuk menerapkan Islam kafah di setiap lini kehidupan dengan sistem yang berasal dari Penguasa Alam agar kemerdekaan hakiki dapat segera terealisasi.
Wallahu’alam bisshawab.