Oleh : Yani Riyani
(Ibu Rumah Tangga)
Kondisi India tengah mencekam menyusul tewasnya 5 orang akibat bentrokan antara umat Hindu dan umat Muslim yang terjadi pada bulan Juli lalu tahun 2023 letaknya tidak jauh dari New Delhi. Kekerasan terjadi setelah prosesi keagamaan Hindu melewati wilayah Nuh yang didominasi Muslim di negara bagian Haryana. Kekerasan meluas sampai Gurugram yang letaknya berdekatan, yang mana sebuah Mesjid dibakar serta membunuh Ulama dan melukai banyak orang. Ketua Menteri Haryana, Manohar Lal Khattar mengutuk insiden di Nuh dan memerintahkan jam malam diberlakukan, internet dimatikan dan sejumlah pasukan keamanan tambahan dikerahkan (dikutip dari CNBC, Jakarta, Indonesia).
India masa kini memang di huni mayoritas penduduk beragama Hindu. Namun sejarah berkata tanah itu dahulu pernah dipimpin oleh penguasa muslim. Begitu panjang rentang waktu kekuasaan Islam di tanah India.
Islam diperkirakan masuk ke India pada abad ke 17 Masehi melalui jalur perdagangan. Sejarah mencatat sejumlah penguasa Islam pernah berkuasa di wilayah anak Benua India, salah satunya Kesultanan Delhi (1206-1556). Pada masa kesultanan Delhi tercatat ada beberapa dinasti yang berkuasa dan salah satunya Dinasti Lody ( 1451-1526). Dengan sesudahnya dinasti kesultanan, sekitar 204.000.000 muslim pada tahun 2019, populasi muslim India adalah yang terbesar ke-3 di dunia dan populasi minoritas muslim terbesar di dunia. India rumah bagi 10,9% populasi muslim dunia, muslim di India kebanyakan Islam Sunni bermazhab Hanafi.
Kebencian sayap kanan Hindu terhadap Muslim adalah simbol Islamophobia yang berasal dari Partai Bharatiya Janta (BJP). Narenda Modi pertama kali berkuasa pada tahun 2014, beliau menjanjikan perkembangan dan kemajuan tetapi juga serangan gencar kaum mayoritas terhadap kaum minoritas khususnya muslim, seperti yang ditulis Rayan Naqash di News Arab. Kemenangan Modi membuka pintu air Hindutva yang dipelopori oleh Rasshtriya Swayam Sevak Sangh (RSS) kelompok sayap kanan Hindu yang mendapat dukungan Spiritual dari BJP dan memungkinkan Islamophobia mengakar lebih dalam di negara Demokrasi terbesar didunia itu. Islamophobia telah menjadi arus utama dengan persetujuan diam-diam dari lembaga negara, termasuk peradilan. Komunitas Muslim India dibiarkan berjuang sendiri dan bahkan jika BJP kehilangan kekuasaan itu tidak akan memastikan keadaan kembali normal (dikutip dari Afreem The News Arab).
Terlepas dari erosi Demokrasi, India secara Konstitusional tetap menjadi negara Sekuler, sesuatu yang tidak luput dari sayap kanan Hindu. Supermasi Hindu terus menjadi pendukung teori yang ditolak oleh Muslim India. Bahkan ketika kontroversi Nupur Sharma yang menghina Nabi Muhammad SAW belum sepenuhnya mereda, tuntutan untuk mengubah India menjadi Rashtra Hindu semakin berkumandang. Kejahatan kebencian terhadap dan minoritas agama lainnya mencapai ratusan setiap tahunnya. Di India bahkan pejabat BJP lokal di negara bagian Jammu dan Kashmir menyerukan kebencian itu sendiri.
Agama Hindu di India telah lama mengadopsi Islamophobia sebagai Idiologi khas mereka setelah didirikan pada tahun 1925. Organisasi Paramiliter Nasionalis Hindu Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS) telah mendorong misi memperkukuh India sebagai Tanah Hindu.
Kini Islamophobia semakin besar menjalar di kalangan masyarakat Hindu, kota-kota negara itu di ganti namanya untuk menghapus jejak sejarah muslim. Islamophobia menurut Gottschalk dan Greenberg tahun 2008 menyatakan Islamophobhia adalah "Making Muslims the Enemy" mendefinisikan Islamopobhia sebagai kecemasan sosial terhadap Islam dan Budaya Muslim yang sebagian besar tidak teruji secara empirik, islamopobhia membayangkan Islam sebagai ancaman inti politik budaya dan agama termasuk prinsip-prinsip politik kebebasan, kesetaraan, demokrasi, individualisme, hak asasi manusia, aturan hukum, dan kepemilikan pribadi.
Islamopobhia tidak hanya mengikuti sebagian masyarakat barat tetapi juga sebagian warga bangsa yang merasa "tidak nyaman" dengan eksitensi Islam sebagai agama mayoritas. Islam dipandang sebagai kekuatan yang mengancam kepentingan mereka, karena itu Islam dipersepsikan bahkan dituduh sebagai agama radikal, musuh demokrasi, anti perdamaian, pro kekerasan, terorisme, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu dibutuhkan model dakwah dan Pendidikan Islam yang akan mencerdaskan dan mencerahkan pemikiran masa depan umat, Islam perlu dikembangkan secara efektif dan menyentuh semua lapisan masyarakat di seluruh dunia. Islamopobhia akan tergradasi apabila nilai-nilai Islam Rahmatan Lil Alamin didakwahkan dan diaktualisasi umat Islam dalam amalan dan perilaku nyata sehingga menjadi umat Islam terbaik (Khaira Ummah) bagi bangsa dan dunia, untuk itu kita butuh sosok penguasa atau pemimpin yang akan melindungi umat dari para Islamophobia di seluruh bagian negara dengan penerapan syariat Islam Kaffah yang akan mengurusi seluruh kepentingan umat dan mengganti satu-satunya sistem yang datangnya dari Allah SWT yang merujuk ke Al Quran dan Sunnah.
Walahu'alam bhishoab.