Miris, Perilaku Anak-anak Makin Sadis

 



Oleh Yunita M (Anggota Komunitas Sahabat Hijrah Balut-Sulteng)


Semakin miris melihat kepribadian dan perilaku anak-anak di zaman yang serba  bebas saat ini. Kejahatan yang tersistematis menggiring anak-anak menjadi korban bahkan lebih parahnya menjadi pelaku kejahatan itu sendiri.


Malang, nasib seorang bocah kelas 2 di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Ia meninggal dunia akibat dikeroyok oleh kakak kelasnya. Kakek korban, HY mengatakan, usai kejadian yang terjadi di sekolah itu, korban  sempat mengeluh sakit. Namun keesokan harinya  ia tetap memaksa untuk tetap bersekolah, nahas ia kembali dikeroyok oleh kaka kelasnya. Sehingga korban mengalami kejang-kejang. Sebelum nya, korban sempat dilarikan ke RS. Namun sayang nyawa bocah 9 tahun itu tak dapat diselamatkan. (kompas.com, 20/05/2023)


Perilku anak-anak hari ini makin tak bisa terkendali. Mereka yang notabene di usia yang masih sangat-sangat muda melakukan hal-hal yang seharusnya tak pantas untuk dilakukan. Namun, realita di lapangan justru sebaliknya, kasus di atas hanyalah satu dari sekian banyak kasus bullying yang di mana korban dan pelakunya masih menduduki bangku sekolah dasar. 


Hal ini tentunya menjadi perhatian kita bersama. Menelaah lebih jauh sebenarnya apa penyebab perilaku anak-anak hari ini yang makin sadis. Setiap permasalahan yang dialami begitu mudahnya diselesaikan dengan kekerasan. Seharusnya ini menjadi alarm bagi semua pihak terutama keluarga, lingkungan dan negara tempat anak-anak bernaung agar  mencegah perilaku kekerasan yang terus menerus dilakukan terkhusunya bagi anak-anak ke depannya.


Kekerasan Marak di Tengah Kehidupan yang Abai 


Tak bisa dimungkiri bahwa kekerasan yang dilakukan oleh anak-anak pasti mempunyai penyebab. Peyebab ini dapat kita lihat dari segi internal dan eksternal anak itu sendiri. Dari segi internal, si anak  tak bisa dinafikan bahwa hari ini fungsi pengasuhan dari orang tua makin berkurang. Pola asuh yang abai dan liberal cederung menjadi gaya asuh orang tua saat ini. Agama yang seharusnya menjadi acuan dalam mendidik anak-anak malah diabaikan. Banyak dari orang tua hari ini yang bahkan tak paham Islam dan bagaimana tuntunan Islam dalam mengasuh dan mendidik anak. Alhasil, pola asuh liberal menjangkiti orang tua hari ini. 


Disisi lain, faktor eksternal juga berkolerasi membentuk anak-anak yang berperilaku sadis, yakni lingkungan hari ini yang memperlihatkan sikap apatis pada keadaan sekitar khususnya kekerasan pada anak. Kemudian tontonan yang seakan menjadi tuntunan. Banyaknya konten-konten kekerasan sadis beredar bebas dan mudah untuk diakses siapa saja termasuk anak-anak. Hanya bermodalkan gadget dan kuota.  


Adapun dari sisi negara juga menerapkan sistem pendidikan sekuler yang menjauhkan akidah di dalamnya. Agama hanya ada dalam mata pelajaran, sementara dalam kehidupan agama hanya milik individu, tak digunakan dalam pengaturan  kehidupan umum.


Wajar hal-hal tersebut terjadi sebab negara yang menerapkan sistem sekuler meniscayakan adanya budaya kekerasan. Karena, menjauhkan agama dari mengatur setiap aspek kehidupan saat ini. Faktor internal dan eksternal tersebut sejujurnya jelas menjadi stimulus perilaku anak-anak hari ini makin sadis, bullying makin tumbuh subur di cirkel anak-anak. Akhlak dan perilaku anak-anak saat ini mencerminkan kerusakan yang jauh dari sebagaimana teladan dalam syariat.


Islam Mencegah Perilaku Sadis


Hal-hal demikian dimana anak-anak dengan mudahnya berperilaku sadis tentu tidak akan terjadi dalam negara yang menerapkan syariat Islam kafah sebagai asas dalam mengatur kehidupan. Islam membina setiap imdividu agar senantiasa terikat dalam aturan syarak. Pola asuh dalam keluarga disesuaikan sebagaimana Al-Qur'an dan sunah, hingga nantinya akan melahirkan generasi rabbani yang tidak akan mudah melakukan kekerasan terhadap sesamanya. Tentunya semua ini dapat berjalan sebab setiap individu dipahamkan Islam dengan baik dan benar. 


Negara Islam juga mensuasanakan lingkungan kehidupan yang tak lepas dalam lingkup bagaimana syariat Islam mengatur. Masyarakat akan senatiasa beramar makruf nahi mungkar atas setiap kemaksiatan dan kerusakan yang terjadi. Selain itu, konten-konten yang beredar akan dibatasi dan dikontrol Khalifah sebagai pemimpin negara Konten yang boleh beredar hanya sebatas konten yang berfaedah. Semisal konten atau tontonan yang akan menambah keimanan, kecerdasan dan sebagainya. Konten kekerasan tak akan dibiarkan beredar sebagaimana yang hari ini terjadi.


Sistem pendidikan dalam negara juga berbasis akidah Islam, sehingga setiap generasi akan tumbuh dan berkembang pola pikir dan pola sikapnya sesuai dengan yang Rasullulah Saw. telandankan kepada setiap manusia. Begitu luar biasanya Islam mengatur setiap aspek kehidupan. Tak rindukah kita hidup dalam naungannya? Saatnya mengganti sistem rusak sekuler dengan sistem Islam yang sahih dengan menerapkan syariat secara kafah dalam institusi Khilafah Islamiyah.


Wallahualam bissawab

Post a Comment

Previous Post Next Post