Bersegerahlah Melaksanakan Perintah Allah


Oleh: Khanty Netta

Surat Ali 'Imran Ayat 133 :
۞ وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang --orang yang bertakwa."

 Quran Surat An-Nur Ayat 51 - 52 :
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ ٱلْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ .  إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ ٱلْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ 

"Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rosul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barang siapa yang taat kepada Allah Dan Rosulnya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepadanya, maka mereka adalah orang orang yang mendapat kemenangan."

Sebagai seorang muslim hendaknya kita bersegera melaksanakan apa yang Allah perintahkan, yaitu tidak menunda-nunda apa lagi meninggalkannya. Sehingga ketika kita mendengar ayat- ayat Allah yang harus dilakukan seorang muslim adalah " Sami'na wa'athona " (Kami mendengar dan kami patuh). Bukan sebaliknya kami mendengar dan kami pikir-pikir dahulu. Karena sesungguhnya ayat Allah di turunkan untuk memberikan petunjuk dan keselamatan bagi manusia di dunia maupun akhirat.

Begitupun ketika ayat-- ayat Allah tidak diterapkan dalam bernegara, itupun bagian dari mengundang murka Allah, karena akhirnya banyak kemaksiatan yang di legalkan didalamnya. Seperti sogok menyogok, praktek riba, pabrik alkohol hingga prostitusi. Inilah penyumbang hadirnya bencana demi bencana, tidak cukup ditegur dengan gempa, banjir dan longsor dan bencana kelaparan di mana-- mana.
   
Dan masih banyak contoh lain dalam kehidupan kita, siapa saja yang berani menentang Allah maka azab siap menghampiri, dan ancaman siksa neraka siap menanti. Sesungguhnya ketegasan ini adalah bentuk kasih sayang Allah agar kita tidak sedikitpun berfikir untuk bermaksiat. Namun di sisi lain Allah pun tidak pernah menyia-nyiakan sedikitpun kesabaran hambanya yang senantiasa istiqomah di jalannya. Allah telah janjikan pahala sabar itu tanpa batas, dan Allah sediakan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, kalimat ini tentu sebuah motivasi bagi kita agar senantiasa berlomba lomba dalam kebaikan.

Rasulullah Saw bersabda :
بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
“Bersegeralah melakukan amalan sholih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia” (HR. Muslim dari Abu Hurairah ).

Hadits ini berisi perintah untuk bersegera melakukan amalan sholih.  Amalan sholih adalah jika memenuhi dua syarat, yaitu ikhlas pada Allah dan mengikuti tuntunan Rasul jika tidak memenuhi syarat ini, suatu amalan tidaklah diterima di sisi Allah.

Dalam hadits ini dikabarkan bahwa akan datang fitnah seperti potongan malam. Artinya fitnah tersebut tidak terlihat. Ketika itu manusia tidak tahu ke manakah mesti berjalan. Ia tidak tahu di manakah tempat keluar.

Fitnah boleh jadi karena syubuhaat (racun pemikiran), boleh jadi timbul dari syahwat (dorongan hawa nafsu untuk bermaksiat).

Fitnah di atas itu diibaratkan dengan potongan malam yang sekali lagi tidak diketahui. Sehingga seseorang di pagi hari dalam keadaan beriman dan sore harinya dalam keadaan kafir. Dalam satu hari, bayangkanlah ada yang bisa demikian. Atau ia di sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi harinya kafir. Mereka bisa menjadi kafir karena menjual agamanya.
Bagaimanakah bisa menjual agama?  Menjual agama yang dimaksud di sini adalah menukar agama dengan harta, kekuasaan, kedudukan atau bahkan dengen perempuan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰۤـاَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِّاَزْوَا جِكَ وَبَنٰتِكَ وَنِسَآءِ الْمُؤْمِنِيْنَ يُدْنِيْنَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَا بِيْبِهِنَّ ۗ ذٰلِكَ اَدْنٰۤى اَنْ يُّعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
"Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Al-Ahzab 33: Ayat 59)

senantiasa bersegera melaksanakan syariat Islam dan berjuang untuk menegakkannya dengan segala kemampuan yang kita miliki. Di antara tuntunan syariat Islam adalah perintah kepada Muslimah untuk menutup aurat dengan kerudung (yang menutup kepala dan dada mereka) (QS. An-Nur ayat 31), serta jilbab (yang menutupi seluruh tubuh mereka kecuali wajah dan kedua telapak tangan) (QS. Al Ahzab ayat 59). Bagi seorang Muslimah, menutup aurat dengan memakai kerudung dan berjilbab ini tentu menjadi salah satu pembuktian keimanannya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Bersegera melaksanakan syariat juga berarti bersegera memperjuangkan tegaknya syariat dalam kehidupan pribadi, kehidupan bermasyarakat, maupun kehidupan bernegara.

Maka sesungguhnya, bagi seorang muslimah  setelah mendapati dalil tentang wajibnya mengenakan jilbab dan khimar, hendaknya ia bersegera untuk mematuhi dan melaksanakan perintah Allah SWT. Maka, ini akan menghindarkan dirinya dari murka Allah dan siksa-Nya yang sangat pedih bagi hamba yang melanggar perintahNya.

Semoga kita senantiasa menjadi hamba Allah yang senantiasa bersegera melaksanakan perintah Allah. Dan mengutamakan kewajiban daripada yang mubah atau bahkan yang makruh, dan tidak mencari solusi selain kepada Islam. Sehingga dibulan syawal ini menjadi momentum yang tepat untuk bertaubat menuju ampunan Allah SWT. Karena telah mencampakan hukum hukum Allah. Dan mengupgrade diri agar menjadi insan dan bangsa yang taat sempurna  terhadap syariatnya.

Wallahu alam bissawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post