Potret Buram Pemuda Jauh dari Kata Mulia


Oleh : Milda, S.Pd
(Aktivis Muslimah)

Kasus penganiayaan anak pejabat pajak Mario Dandy Satriyo, terhadap putra petinggi GP Ansor Jonathan Latumahina, David, memasuki babak baru.
Penganiayaan secara brutal oleh Mario ini terjadi di sebuah perumahan di Pesanggarahan, Jakarta Selatan, Senin (20/2) sekitar pukul 20.30 WIB.

Semenjak ulah Mario Dandy terungkap dan menjadi pembahasan publik, sederet fakta terkuak baik terkait tindak kekerasan tersebut hingga keterlibatan dan dampak terhadap sekelilingnya.

Makin banyaknya tindak kekerasan yang dilakukan oleh pemuda, menggambarkan ada yang salah dalam sistem kehidupan saat ini. Mulai dari gagalnya sistem pendidikan membentuk anak didik yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, lemahnya peran keluarga dalam meletakkan dasar  perilaku terpuji hingga rusaknya masyarakat. Semua itu adalah buah dari kehidupan yang berdasarkan sekulerisme, yang menjadikan manusia sebagai penentu segala sesuatu.

Selain itu sistem pendidikan hari ini sangat memprihatinkan. Bagaimana tidak, pemuda yang seharusnya dididik dengan pendidikan terbaik justru menampakkan prilaku bak preman yang apa saja bisa dilakukan tanpa memikirkan dampak buruk dari tindakannya tersebut seperti memukul seseorang bagai preman yang tak mengenal rasa empati terhadap orang lain. Hal ini akibat minimnya ketakwaan individu sehingga tidak mampu menahan diri. Tentu tujuanya ingin terlihat bak jagoan maupun kepuasaan sesaat.

Tidak bisa dipungkiri pemuda dengan pendidikan terbaik berani melakukan perbuatan seperti penjahat demi memenuhi hawa nafsu, tanpa berpikir terlebih dahulu dampak buruk yang terjadi apalagi pandangan hukum Islam atasnya. Jika kejadian ini hanya satu sampai tiga terjadi maka dianggap wajar. Tetapi jika prilaku ini terus menerus terulang maka ini merupakan kesalahan secara sistemis, salah satunya sistem pendidikan.

Seperti saat ini dalam sistem pendidikan yang sering berganti kurikulum, namun sumber daya manusia tidak menunjukkan hasil yang terbaik yang mampu memberikan teladan bagi generasi selanjut, bahkan jauh dari harapan. Terlebih saat ini pendidikan agama sangat minim didapatkan peserta didik sehingga landasan perbuataanya masih sekuler.

Paham sekulerisme yang memisahkan agama dari mengatur kehidupan manusia termasuk di lembaga pendidikan. Pelajaran agama misalnya, hanya sebatas ibadah yang dipisahkan dari pendidikan umum sehingga peserta didik menganggap lembaga pendidikan negeri hanya berfokus pada pendidikan umum. Namun jika ingin belajar ilmu agama maka harus bersekolah di Madrasah. Walaupun lembaga pendidikan negeri ada pelajaran agama yang hanya 1-2 jam saja dalam sepekan tidak mampu menguatkan akidahnya sebab pelajaran umum yang menjadi utama dalam lembaga pendidikan

Terlebih saat ini kurikulum merdeka yang dijalankan penguasa bertujuan melahirkan para generasi pekerja. Lagi-lagi pencapaian materi yang semua itu tidak bersandarkan baik-buruknya halal-haramnya semua itu untuk kepentingan dunia dengan jalan apapun sah-sah saja.

Sekulerisme menjauhkan peserta didik dari ajaran agamanya sehingga jika terjadi masalah, tidak mampu menahan diri dari amarahnya. Bahkan menganggap dengan mudah melakukan perbuatan yang dapat merugikan orang lain. Tingkah laku pemuda saat ini cenderung ingin terlihat jagoan tetapi otaknya kosong. Berapa banyak pemuda dengan pendidikan yang tinggi namun kepribadiaanya tidak mencerminkan pendidikannya bahkan cenderung berbuat jahat.

Hal ini tentunya berbeda dengan sistem pendidikan dalam Islam pendidikan membentuk kepribadian Islam yakni pola pikir dan pola sikap harus berlandasarkan akidah, seorang muslim mampu menjalani kehidupannya sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Pemuda yang memiliki akidah yang kokoh akan selalu taat terhadap perintah Allah dan hal-hal yang tercela senantiasa dihindari, sebab keimanannya yang menyeluruh terhadap Allah Swt. Pemuda yang memiliki pemikiran Islam akan sesuai dengan tingkah lakunya sehari-hari yang  prilakunya sesuai dengan pemahaman Islamnya.

Islam menjadikan akidah Islam sebagai asas seluruh aspek kehidupan, sehingga menyadari dunia adalah tempat menanam kebaikan untuk dipanen di akherat kelak. Hal ini akan menjaga setiap individu untuk selalu menjaga perilaku selalu sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya. Islam juga mewajibkan masyarakan dan negara sebagai pilar yang menjaga umat selalu dalam kebaikan.

Sehingga pendidikan Islam akan berjalan secara sistemis. Sehingga pemahaman Islam harus diajarkan sejak dini agar mampu taat sampai mereka baligh. Saat mereka menempuh jenjang pendidikan tertinggi mereka akan mudah menjalankankan perintah Allah serta menjauhi perbuatan tercela.

Tetapi saat ini Islam tidak diterapkan di tengah-tengah umat sehingga generasi muda mengalami krisis identitas. Sistem pendidikan Islam mustahil mampu diterapkan dalam sistem sekulerisme. Maka untuk mengubah prilaku pemuda yang menggap dirinya jagoan bisa melakukan apa saja. Kembali pada sistem pendidikan Islam. Sehingga mampu membiming dan mengarahkan mereka pada jalan yang di ridhoi Allah Swt.

“Wahai orang yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam Islam. janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kalian.” (Surat Al-Baqarah ayat 208).

Wallahu Alam Bishowab

Post a Comment

Previous Post Next Post