Harga LPG Melangit, Rakyat Semakin Menjerit


Oleh Neneng Sriwidianti
Pengasuh Majelis Taklim dan Pejuang Literasi

"Ya Allah, siapa yang mengurusi suatu perkara umatku, lalu ia menyulitkan umat, maka persulitlah ia ..." (H.R. Muslim)

Penggalan hadis di atas, mewakili doa ribuan rakyat negeri ini yang terzalimi oleh kebijakan pemimpin. Hati nurani penguasa saat ini telah sirna. Di tengah gempuran virus Covid-19 yang belum usai dan terpuruknya berbagai kebutuhan pokok rakyat, mulai dari mahalnya harga kedelai yang berimbas pada produksi tahu tempe, minyak yang masih terjadi antrian panjang di berbagai daerah, serta daging sapi yang harganya tinggi, penguasa mengeluarkan kebijakan yang semakin menyakiti rakyat dengan kenaikan LPG. Kondisi ini membuat rakyat semakin menjerit. Rasanya, 
sekalipun rakyat menangis sampai keluar air mata darah, penguasa tidak akan pernah berpihak kepada rakyat.

PT Pertamina Putra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina mulai 27 Februari telah menaikkan harga gas LPG nonsubsidi yang berukuran 5,5 kilogram dan 12 kilogram. Tak tanggung-tanggung harga LPG 12 kilogram mencapai Rp 200 ribu pertabung. Menurut Irti Ginting, Pjs Corporate Secretary PT Pertamina (Persero) Patra Niaga, SH C&T bahwa kenaikan harga terjadi karena mengikuti perkembangan terkini dari industri minyak dan gas dunia yakni Contract Price Aramco (CPA) yang mencapai 775 dolar AS/metrik ton atau mengalami kenaikan sekitar 21 persen. (kompas.com, 27/2/2022)

Fakta kenaikan LPG yang melangit adalah dampak diterapkannya sistem kapitalisme sekuler di negeri ini. Penguasa telah memberikan kebebasan yang besar kepada individu dan swasta bahkan asing untuk menguasai hajat hidup orang banyak. Padahal, Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah yang Allah Swt. anugerahkan agar dikelola dengan baik untuk kesejahteraan rakyat. Hampir semua barang tambang terdapat di perut bumi ibu pertiwi ini di antaranya, cadangan mineral tambang yang sangat besar seperti minyak bumi, gas alam, emas, dan timah. Ironis, hidup di negeri yang kekayaan alamnya melimpah, tetapi rakyatnya hidup dalam kubangan kemiskinan. 

Undang-Undang yang dibuat oleh wakil rakyat dan penguasa, telah merestui liberalisasi ini. Alhasil, rakyat tidak bisa menikmati pemanfaatannya dengan murah bahkan bisa gratis kalau negara mengelolanya dengan benar. Mirisnya, negara justru berhitung untung rugi bahkan tega menjual kepada rakyat dengan harga yang melangit. Sebaliknya, swasta mengambil keuntungan yang tinggi dari hasil kekayaan negeri ini. Swasta untung, rakyat buntung. 

Bukti apa lagi? Liberalisme hampir di segala aspek kehidupan telah nyata-nyata membuat rakyat sengsara. Aturan yang dibuat oleh manusia telah gagal menciptakan kehidupan yang sejahtera. Islam satu-satunya harapan untuk membebaskan manusia dari belenggu sistem kapitalisme yang fasad ini.

Dalam Islam ada mekanisme dan aturan khusus untuk mengelola kekayaan yang merupakan hajat hidup orang banyak. Negara dalam Islam tidak boleh menyerahkan pengurusannya kepada pihak swasta apalagi asing. Pemimpin dalam Islam akan mengatur sumber daya alamnya dan dipergunakan sebaik-baiknya untuk kepentingan umat. Negara tidak akan memberikan celah sedikit pun kepada swasta, terlebih kalau hal itu akan merugikan rakyat.

Harga LPG murah bahkan gratis dalam sistem Islam bukanlah mimpi di siang bolong, semua itu akan menjadi kenyataan. Karena pengelolaannya diatur oleh syariat Islam. Tidak ada lagi LPG subsidi dan nonsubsidi, selama mereka menjadi warga negara, rakyat diberikan hak yang sama untuk mendapatkannya. 

"Kaum muslim berserikat pada tiga perkara, yaitu air, padang rumput, dan api." (HR Abu Dawud dan Ahmad)

Oleh karena itu, hanya pemimpin Islam dalam bingkai khilafah yang bisa mengurusi kepentingan rakyat dengan sebaik-baiknya. Karena mereka memahami bahwa penguasa adalah pelaksana kepentingan rakyat dengan memberikan pelayanan yang maksimal. Negara juga bertanggung jawab atas pengelolaan sumber daya alam yang berkaitan dengan hajat publik. Rasa takutnya kepada Allah Swt. akan menuntunnya dalam melaksanakan tanggung jawabnya mengurusi umat, karena aktivitas kepemimpinannya akan dihisab di akhirat kelak.

Wallahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post