Membongkar Wacana-wacana Busuk yang Diusung Barat

Oleh : Ummu Syam 
(Aktivis Muslimah Majalengka)

Dunia kembali digemparkan dengan tragedi seorang guru di Prancis yang dipenggal kepalanya. Adalah Samuel Paty (48 tahun) seorang guru sejarah dan geografi di Conflans-Sainte-Honorine yang menjadi korbannya. Pada awal Oktober Ia mempertontonkan kartun Nabi Muhammad Saw kepada para siswanya di kelas dalam diskusi tentang kebebasan berekspresi. Kartun itu karya majalah Charlie Hebdo dimana sebelumnya pada 2 September silam, majalah tersebut memutuskan untuk kembali mengeluarkan kartun Nabi Muhammad Saw.

Hal itulah yang memantik kemarahan muridnya, Abdoullakh Anzorov. Ia lahir di Moskwa tapi keluarganya berasal dari Chechnya, selatan Rusia. Sebagai seorang muslim ia tidak terima ketika nabinya dihina. Akhirnya Anzorov mengeksekusi Paty, ia mengeksekusi Paty pada saat Paty dalam perjalanan pulang setelah mengajar. Setelah melakukan aksinya, Anzorov mengunggah foto jenazah korban di Twitter. Polisi pun langsung memburu Anzorov dan menembak mati remaja 18 tahun tersebut. (Liputan 6, 24/10/2020) 

Wacana kebebasan berekspresi memang sengaja digaungkan oleh Barat melalui Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Dengan wacana tersebut, Barat dengan bebasnya melakukan penghinaan terhadap Islam dan simbol-simbolnya. Tidak hanya kali ini Barat melakukan penghinaan, sebelum Charlie Hebdo yang menerbitkan kartun Nabi Muhammad Saw ada sutradara asal Negeri Van Oranje, Theo van Gogh yang lebih dulu menghina Islam.

Pada tahun 2003, van Gogh menerbitkan sebuah buku berjudul _"Allah werr het better (Allah lebih mengetahui)"_ yang mengandung kritiknya mengenai Islam yang disampaikan dengan cara yang sinis dan menyindir. Tidak hanya itu, bersama Hirsi Ali dia membuat sebuah film kontroversial, _Submission._ Dimana film ini mengisahkan tentang "penganiayaan" yang konon sering dialami oleh wanita Islam di tangan suaminya. Ia memaparkan empat orang wanita yang telah 'dianiaya', dengan pakaian tembus cahaya yang dihiasi dengan ayat-ayat Al-qur'an. Karena ulahnya tersebut, van Gogh tewas dengan cara ditikam pada awal November 2004 silam.

Pada tahun 2012, Nakoula Basseley merilis sebuah film berjudul _"Innocens of Muslims"_ dimana film ini mengisahkan pengikut Nabi Muhammad Saw digambarkan sebagai "pembunuh biadab yang haus kekayaan dan bertekad membunuh semua perempuan dan anak-anak". Dalam salah satu kutipan di trailer, Nabi Muhammad Saw disebut sebagai seekor keledai.

Di negeri ini, ada Arswendo Atmowiloto yang masuk bui karena menempatkan Nabi Muhammad Saw di peringkat ke-11 pada jajak pendapat dengan tajuk "50 Tokoh yang Dikagumi Pembaca" yang diterbitkan tabloid Monitor. Yang menambah kontroversinya adalah nama Arswendo berada satu tingkat di atas Nabi Muhammad Saw.

Tidak aneh memang jika di era sekarang Islam menjadi bahan olok-olokan Barat, mengingat dalam sistem Demokrasi-Kapitalisme ikatan perbuatan disandarkan pada kebebasan yaitu kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, kebebasan kepemilikan dan kebebasan berperilaku.

Wacana tersebut juga tidak lepas dari agenda Barat untuk memukul umat Islam dan menjatuhkan kemuliaan syariat Islam. Bermula dari Amerika Serikat yang sadar akan kebangkitan umat Islam, sehingga Amerika Serikat menghalalkan segala cara agar umat Islam jauh dari kehidupan Islam.

Amerika menggencarkan liberalisme yang membuat Osama bin Laden bereaksi untuk melawannya. Osama bin Laden dan orang-orangnya melakukan pembajakan pesawat yang menjadikan gedung _World Trade Center_ sebagai targetnya. Akhirnya, tragedi 9/11 pun terjadi dimana gedung tertinggi di New York itu runtuh.

Pertanyaannya, bagaimana bisa Amerika Serikat yang memiliki badan intelijen rahasia terhebat yaitu FBI bisa kecolongan? Benarkah tragedi ini murni ulah Osama bin Laden untuk melawan liberalisme atau justru ada campur tangan dari Amerika? 

Berawal dari situlah, Amerika Serikat melalui George Bush membuat wacana _"War On Terrorism",_ dengan maksud yang sebenarnya adalah _"War On Islam"._ Akibatnya Islam dicap sebagai agama yang mendukung aksi terorisme dengan kata lain muslim adalah teroris. Tidak cukup sampai di situ, Islam dianggap dogmatis, tidak toleran, dan tidak cocok dengan kebebasan berekspresi, kebebasan beragama, dan kebebasan lain yang dinyatakan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.

Bertahun-tahun umat Islam hidup dalam lingkaran setan wacana busuk _War On Terrorism,_ namun pada perjalanannya agama Islam dicap sebagai agama yang mendukung terorisme itu tidak pernah terbukti. Itu semua dibuktikan dengan gelombang masyarakat dunia yang berbondong-bondong masuk Islam. Bahkan diprediksi Eropa akan menjadi pusat perkembangan Islam di masa depan. (Republika, 25/4/2019)

Barat tidak kehilangan akal untuk memberangus Islam. Sebuah lembaga penelitian Amerika Serikat, _Rand Corporation_ mensekat umat Islam menjadi beberapa kelompok.

_Pertama,_ kelompok fundamentalis. Kelompok ini adalah kelompok yang menolak nilai-nilai Demokrasi dan budaya barat, kelompok ini biasanya kelompok yang memperjuangkan penegakkan syariat Islam dalam naungan Negara Islam, Khilafah Islamiyah. Maka, kelompok ini harus dimusuhi dengan menunjukkan kelemahan pandangan keislaman mereka. Caranya yaitu dengan mendorong wartawan untuk mengekspos isu-isu korupsi, kemunafikan, dan tidak bermoralnya kaum fundamentalis. Memposisikan mereka sebagai pengacau dan pengecut, bukan sebagai pahlawan.

_Kedua,_ kelompok modernis yang menginginkan dunia Islam menjadi bagian modernitas global, Islam harus menyesuaikan perkembangan zaman. Maka, kelompok ini harus didukung dengan mengembangkan visi mereka tentang Islam sehingga mengungguli kelompok tradisionalis. Caranya dengan memberikan  arena yang luas agar mereka dapat menyebarkan pandangan mereka. Mereka harus dididik dan diangkat ke tengah-tengah publik untuk mewakili wajah Islam kontemporer. 

_Ketiga,_ kelompok tradisionalis yaitu kelompok yang menginginkan suatu masyarakat yang konservatif. Maka, kelompok ini harus didukung namun sebatas untuk mengarahkan mereka agar berlawanan dengan kelompok fundamentalis dan untuk mencegah pertalian yang erat di antara mereka. Caranya yaitu dengan mendorong perbedaan antara kelompok tradisionalis dan fundamentalis; mendorong kerjasama antara kaum modernis dan kaum tradisionalis sehingga membuatnya lebih dekat dengan kaum modernis. 

_Keempat,_ kelompok sekuler yaitu kelompok yang ingin agama dibatasi pada ruang lingkup pribadi saja. Maka, kelompok ini harus didukung secara per kasus dan mendorong pengakuan fundamentalis sebagai suatu musuh bersama. 

Inilah yang terjadi saat ini kepada umat Islam. Umat Islam disekat ke dalam beberapa kelompok kemudian kelompok-kelompok ini dibenturkan, diadu domba. Seiring dengan pengelompokan ini, munculah wacana _"War On Radicalism",_ diharapkan melalui wacana ini kebangkitan umat Islam mampu diredam. Maka, akan nampak kelemahan umat Islam di sini. 

Lalu, bagaimana agar umat Islam sadar akan wacana-wacana busuk tersebut? Yaitu dengan dakwah.

Allah SWT berfirman :
_"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran (3) : 104)_

Dakwah di sini bukan hanya dakwah yang memperbaiki dari segi akhlak, namun dakwah yang memperbaiki pemikiran umat Islam. Sehingga mampu membuat umat Islam bangkit. 

Ya, dakwah pemikiran adalah dakwah yang mengajak umat untuk _move on_ dari pemahaman jahiliyah kepada pemahaman Islam, dari _Daarul Kufur_ kepada _Daarul Islam._

Dakwah pemikiran yaitu dakwah yang mengajak umat Islam untuk melek terhadap makar musuh-musuh Islam dan kezaliman yang terjadi di tengah-tengah umat, sehingga menjadikan umat Islam kritis dan aktif baik dalam memerangi kezaliman maupun pemahaman-pemahaman kufur yang menyerang pemikiran umat Islam secara masif. Bukan menjadikan umat Islam yang pasif, yang pasrah dengan keadaan atau memahami bahwa segala problematika yang terjadi pada umat Islam dianggap sebagai takdir dari yang Maha Kuasa.

Ketika pemikiran umat Islam sudah terpahamkan dengan Islam, maka umat Islam akan memiliki pemikiran yang _mustanir_ (cemerlang), dan juga memiliki _Qiyadah Fikriyah_ (kepemimpinan berfikir/kepemimpinan intelektual) yang mumpuni.

Dengan dakwah pemikiran, maka akan membuat pemikiran/pemahaman dan perasaan umat Islam menjadi satu (sama), sehingga umat Islam akan menginginkan satu peraturan yang sama untuk mengatur kehidupan mereka yaitu Islam yang _kaffah_ dalam naungan Daulah Khilafah Islamiyah. Dan ketika itulah geliat kebangkitan umat Islam akan sulit untuk dibendung.

Umat Islam tentu tidak akan pernah lupa dengan Ahok yang tidak suka dengan Islam. Melegalkan miras, melegalkan bisnis prostitusi, melarang umat Islam untuk takbir keliling ketika malam hari raya, melarang siswi muslim di Jakarta untuk memakai kerudung, bahkan mengatakan bahwa serbet di rumahnya lebih bagus di bandingkan kerudung, melarang umat Islam untuk menyembelih hewan qurban di jalan, di rumah atau di masjid sampai puncaknya adalah menistakan agama Islam dengan mengatakan bahwa orang-orang yang berada di balik surah Al-Ma'idah ayat 51 adalah orang-orang yang munafik.

Karena itulah umat Islam bangkit, memprotes atas hinaan-hinaan yang diucapkan Ahok. Kebangkitan tersebut tidak akan pernah terjadi jika tidak ada peran dakwah pemikiran yang diserukan oleh para _hamlud dakwah._

Namun, kini pertanyaannya sampai kapan Islam akan menjadi bahan olok-olokan? Jika Demokrasi-Kapitalisme tidak mampu melindungi _marwah_ Islam tapi justru malah sebaliknya, tentunya kenyataan tersebut seharusnya membangkitkan kesadaran di benak kita, bahwa Khilafah menjadi satu-satunya institusi yang mampu mengangkat martabat dan kemuliaan umat Islam.

_"... Kemudian, datanglah masa Khilafah ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian)...." (HR. Imam Ahmad)._

Wallahu a'lam bish-shawab. [ ]

Post a Comment

Previous Post Next Post