Tantangan Islam Atas Isu Radikalisme


Oleh : Oktavia, S.Pt
Member AMK

Senang sekali mempunyai negeri seperti Indonesia ini. Bagaimana tidak? Kesehatan terfasilitasi dengan baik, pendidikan gratis, transportasi tidak macet, lapangan pekerjaan tersedia. Bahkan, SDM di negeriku sangat dihargai. Para pemimpin adalah pemimpin yang amanah. Tak pernah sekalipun aku dapati mereka korupsi. Umat Islam dijaga keharmonisannya dengan agama lain. Saat Corona menyerang negeri ini, mereka sigap menangani. Oh inilah negeri yang aku dan masyarakat Indonesia inginkan. Sayangnya itu hanya khayalan belaka seperti ilusi janji-janji para pemimpin saat mencalonkan menjadi pemimpin.

Hampir 2 periode ini Islam menjadi bulan-bulanan di negeri mayoritas muslimin ini, seolah seorang muslim yang ingin menjalankan keislaman salah di mata pemimpin kami. Bagaimana tidak, tuduhan dan narasi yang ditujukan pemimpin kami tajam sekali. Namun, sangat tumpul untuk para pengkhianat bangsa seperti para koruptor yang membawa kabur uang negara yang sangat banyak. Ketika ada permasalahan yang sangat pelik bukan tidak mungkin Islam dikambinghitamkan. Saat ekonomi resesi, pejabat korup, atau tiba-tiba gedung Kejaksaan Agung terbakar, berita itu hilang bak ditelan bumi. Isu yang santer terdengar di media nasional bukan soal kasus di atas tapi soal radikalisme yang dibalut good looking, hafal Qur'an, ASN berpaham  khilafah dan imam masjid.

Tidak ada angin tidak ada hujan, seketika Kemenag merevisi materi yang dianggap dapat menyebarkan paham radikalisme. Kementerian Agama (Kemenag) melakukan revisi terhadap konten-konten ajaran terkait khilafah dan jihad dalam pelajaran agama Islam di madrasah. Padahal sebelumnya materi ini tidak bermasalah. Hal itu ditegaskan dalam Surat Edaran B-4339.4/DJ.I/Dt.I.I/PP.00/12/2019 yang ditandatangani Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Kemenag, Ahmad Umar. Revisi terhadap kompetensi inti dan kompetensi dasar (KI-KD) ini dengan tujuan untuk pengarusutamaan moderasi beragama serta pencegahan paham radikalisme di satuan pendidikan madrasah (CnnIndonesia.com, 12/8/2020).

 Fachrul mengungkapkan pernyataan yang tak kalah menyakitkan kaum muslimin Indonesia. Orang yang good looking, hafiz Al-Qur'an, penceramah di masjid juga menjadi sorotan tajam di negeri ini. Mereka ditakutkan dapat menyebarkan paham radikalisme.

Fachrul mengungkapkan "Saya katakan di tempat institusi pemerintahan sangat banyak peluang untuk masuk pemikiran-pemikiran radikalisme. Sehingga saya pernah mengingatkan seorang menteri karena saya pernah salat Jumat di tempat itu, mohon maaf kalau saya bilang salat Jumat, bukan berarti kalau radikal itu hanya Islam saja, bukan. Saya salat Jumat di masjid itu saya terkejut saya WA menteri yang bersangkutan 'Bu ini bahaya sekali nih, kok saya salat Jumat di situ khutbahnya menakutkan banget itu, kok bisa seperti itu masuk di kita'. Beliau bilang 'Pak dulu banyak lagi, sekarang sudah saya kikis habis masih ada sisa-sisanya sedikit akan saya kikis habis lagi', jadi kembali ini, luar ibadah bukan hanya di luar sana. Di dalam BUMN, di lingkungan pemerintahan pun masuk," (Detik.com, 07/09/2020)

Mengenai strategi paham radikal masuk melalui orang yang berpenampilan menarik ini awalnya disampaikan Fachrul dalam webinar bertajuk 'Strategi Menangkal Radikalisme Pada Aparatur Sipil Negara', yang disiarkan di YouTube KemenPAN-RB, Rabu (2/9). Fachrul mulanya meminta ASN untuk waspada terhadap pemikiran radikal.

Bola api senantiasa dimainkan oleh pemimpin negeri ini, mereka lupa umat Islam di Indonesia mempunyai semangat yang tak kalah menyala yang diwariskan oleh pejuang Indonesia pada masa perjuangan. Tak rela Islam terus dikambinghitamkan, lantas penolakan pernyataan Kemenag dikritik habis-habisan oleh banyak kalangan. Mereka bersepakat bahwa apa yang dinyatakan oleh Fachrul dan penguasa tidak tepat. Masukan dan kritik dari banyak kalangan, dari rakyat biasa, politisi, MUI, para ilmuan dan sastrawan mengkritik pernyataan pedas yang ditujukan untuk kaum muslimin secara langsung maupun tidak langsung (melalui sosmed).

Anggota Komisi VIII DPR dari fraksi PAN Ali Taher Parasong bahkan meminta Fachrul berhenti mengeluarkan pernyataan terkait radikalisme yang berpotensi memunculkan kontroversi kembali di tengah-tengah masyarakat. Ali sedih, Fachrul yang notabene beragama Islam, justru melontarkan pernyataan yang tak sepantasnya diucapkan terlebih tuduhan tak mendasar pada anak good looking dan hafiz Al-Qur'an. 

"Sampai saya bertanya, Pak Menteri Agama Islam atau bukan? Saya mohon maaf perasaan suuzan terhadap seseorang tidak boleh sebenarnya, tapi perasaan tak enak," kata Ali.

*Apa yang ditakutkan ?*

Sebenarnya apa yang ditakutkan oleh pemimpin negeri ini?.
Sampai-sampai segala permasalahan hampir ditujukan kepada kaum muslimin, perhatian mereka lebih banyak untuk menuduh Islam itu radikal, intoleran dan ungkapan serupa.
Memahami makna radikalisme sekilas nampaknya lebih adil, sebelum kita menghakimi kaum muslimin radikal. Dalam majalah Al waie tahun 2018 diungkapkan_ makna radikalisme. Radikalisme sebenarnya kata yang berasal dari barat yang mempunyai arti mengakar. Dalam kamus Inggris-Indonesia susunan Surawan Martinus kata radical disamaartikan dengan kata fundamentalis dan ekstrem.

Radikalisme adalah alat yang digunakan Barat untuk menyerang Islam dan menghambat kebangkitan Islam. Barat terus melakukan monsterisasi bahwa berislam secara kafah, jihad, berpenampilan good looking dan hafiz Al-Qur'an dapat menjadi jalan masuknya radikalisme dalam diri. Jika paham sekularisme sudah merasuk dalam diri seorang muslim akan sangat berbahaya, hingga tega melontarkan kata-kata yang tak seharusnya terucap untuk menciderai kaum muslim lainnya. Dengan ungkapan good looking dan hafiz Al-Qur'an_ menjadi jalan masuknya paham radikalisme sangat melukai banyak pihak. Padahal, tak sedikit orang tua yang menginginkan anaknya good looking juga dapat menghafal Al-Qur'an secara apik karena di dalamnya lainnya. Ada mahkota kebanggaan yang akan diberikan dari seorang anak salih kepada kedua orangtuanya kelak.

Sekuler, memisahkan antara agama dengan kehidupan, seolah agama hanya boleh ditanamkan dalam diri pribadi saja tak perlu ditampakkan. Inilah yang membedakan Islam dengan sekuler. Jika sekuler hanya menyembunyikan yang ia yakini tanpa mengaplikasikan dalam kehidupan berbeda dengan Islam yang sesungguhnya. Dalam kitab fiqih karangan Dr. Ali bin Sa'id Al-Ghamidi dijelaskan bahwa orang yang beriman kepada Allah Swt. akan melakukan ibadah. Yang dimaksud ibadah adalah segala  hal yang dicintai dan diridai Allah baik berupa perkataan dan amalan yang nyata.

Berpenampilan good looking sangat dianjurkan di dalam Islam. Bahkan untuk ke masjid saja ada anjuran memakai baju yang terbaik dan bersih. Menghafal Al-Qur'an menjadi salah satu aktivitas yang sangat dicintai Allah. Bahkan, ada posisi spesial di sisi Allah bagi yang dapat menghafal ayat-ayat Allah Swt. tersebut. Dua hal tersebut termasuk amalan nyata yang akan dilakukan ketika dia sudah mengimani. Efek terbesar dari iman adalah dengan mengaplikasikan dalam kehidupan. 

Tujuan Barat sengan narasi-narasi negatif hanya menginginkan kaum muslimin  jauh dari Islam dan menghambat kebangkitan Islam. "Menghambat kebangkitan Islam", sejatinya mereka telah mengetahui Islam akan bangkit tapi mereka tak dapat membendung Islam yang akan bangkit. Namun, mereka hanya bisa mengurangi laju kebangkitan Islam dengan narasi-narasi seperti yang dipaparkan diatas.

Setidaknya ada empat karakteristik dan tujuan melancarkan imperialisme epistemologi sebagai propaganda Barat menyerang Islam yang dijelaskan dalam majalah Al-Wai'e tahun 2018. 

Pertama, harakah at-tasykik yakni menumbuhkan sikap takut (skeptis) pada umat akan kebenaran Islam, salah satunya dengan mengaruskan opini Islam itu agama yang dibuat oleh Muhammad. Dampak dari at-tasykik pada umat yang masih awam akan memandang sebelah mata terhadap orang Islam yang memperjuangkan apa yang ia yakini, dan akan mengecap orang tersebut sebagai fundamentalis, radikalis, islamis bahkan teroris.

Kedua: Harakah at-tasywih, menghilangkan rasa bangga terhadap agamanya dengan member stigma buruk agama Islam melalui media-media yang dimiliki. Yakni, menampakkan Islam itu keji, perang, bengis dan sebagainya. Dampak yang buruk pun dirasakan oleh kaum muslimin. Yakni, menggejalanya inferiority complex islamofobia dan memuja Barat.

Ketiga: harakah at-tadzwib, yaitu gerakan mengakulturasikan pemikiran dan peradaban. Dampaknya, kaum muslimin akan memiliki pemikiran pluralisme. Karena Islam tidak menjadikan keberagaman sebagai pengakuan atas tuhan-tuhan kaum muslimin. Dalam surat Al-kafirun dijelaskan dengan jelas, agamamu, agamamu dan agamaku, agamaku.

Keempat: harakah at-taghrib, yakni gerakan westernisasi dalam segala kehidupan. Tujuannya supaya umat Islam menjadikan Barat sebagai kiblat dari segala aktivitasnya, termasuk kiblat dalam pemikirannya.

Perang pemikiran senantiasa digencarkan oleh Barat untuk menghambat laju kebangkitan Islam, dengan mendominasi media masa yang diarahkan untuk kepentingan Barat, dominasi kurikulum pendidikan, medirikan partai boneka, mendirikan sekolah, memberi dukungan penuh kepada orang-orang yang loyal kepada Barat. Di samping itu juga menyuntikkan dana besar kepada lembaga dan organisasi untuk menyebarluaskan racun-racun pemikiran mereka. Mereka senantiasa menjauhkan umat terhadap pentingnya bahasa Arab bagi ruh Islam.

*Yang harus dilakukan umat*

Isu radikalisme yang semakin merembet kemana-mana ini bukanlah isu yang bergulir secara alami terjadi di Indonesia ataupun negeri muslim lainnya. Isu ini direkayasa sedemikian rupa hingga ujung dari isu radikalisme ini adalah untuk menghambat laju kebangkitan Islam di muka  bumi. Harus ada upaya yang kita lakukan sebagai umat Rasulullah saw. dalam melawan isu yang memerangi Islam ini, setidaknya ada tiga poin.

Pertama, menanamkan kesadaran politik. Banyak umat Islam yang menganggap propaganda ini berjalan secara alami tanpa ada rekayasa Barat sedikit pun, termasuk isu tentang radikalisme,  jihad dan khilafah yang dicitra burukkan. Sejatinya yang di maksudkan Barat melawan radikalisme adalah melawan Islam, maka kita harus menyadari dan juga harus melawan dengan segala yang kita miliki. Setidaknya umat jangan terbawa atau terpengaruh dengan ide radikalisme yang sedang digencarkan.

Kedua, membina diri dengan Islam. Menjadikan Islam sebagai landasan segala aktivitas sangatlah penting, mengimani Islam secara utuh dari akidah, syariah hingga khilafah dan juga menyampaikan kepada orang lain. Sehingga umat Islam dapat memilah mana yang harus dilakukan dan mana yang harus dihindari (termasuk isu radikalisme).

Ketiga, menjadikan sabar dan ikhlas tertanam dalam diri, sehingga jika kita sebagai seorang muslim mendapatkan ujian dan tantangan tak akan berburuk sangka kepada Allah atas yang ditetapkan. Dalam surat Al-asr Allah Swt. mengabarkan bahwa sesungguhnya semua manusia itu berada dalam keadaan merugi kecuali dia termasuk orang-orang yang beriman dan selalu beramal saleh, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.

Semoga dengan amunisi akidah Islam yang kokoh dalam diri kita, meyakini segala kebaikan hanya milik Allah dan berjuang semaksimal mungkin dapat menjadi hujah kita di hadapan Allah Swt. Bahwa kita sudah berjuang.

Semoga tiga tips di atas dapat menjadi referensi untuk memerangi narasi yang gencar dilakukan Barat untuk kaum muslimin dan Islam.
Wallaahu a'lam bishshawaab.

Post a Comment

Previous Post Next Post