PSBB menuai Polemik di Sistem Kapitalis, Sistem Islam Solusinya


By : Dian Mayasari
Tenaga Pendidik

Pasien covid-19 meningkat, Jakarta memberlakukan kembali PSBB. Namun kebijakan ini disikapi negatif baik oleh pengusaha maupun kemenko perekonomian karena dianggap akan menurunkan kembali pergerakan sektor ekonomi.Ini disebabkan PSBB meniru cara barat yaitu menetapkan blanket Lockdown yang mematikan ekonomi dan menimbulkan masalah sosial pada area yang luas tanpa jaminan total  dari pemerintah.

Peningkatan korban akibat kesalahan fatal yang terjadi diawal pandemi, saat dunia menyebut wabah ini berbahaya para pejabat justru mengentengkannya. Saat dunia menyebut wabah ini akan mendunia, para pejabat justru bilang Indonesia tak mungkin kena. Kalaupun kena, corona bisa dihadang dengan memakai kayu putih saja.

Saat dunia mengunci rapat pintu gerbang negaranya, pemerintah  malah melihat itu sebagai peluang meraup sebesar-besar keuntungan.

Maka dibukalah pintu gerbang negeri ini lebar-lebar bagi para investor dan para wisman. Sampai-sampai pemerintah rela mengucurkan dana besar demi membayar jasa influencer untuk iklan “welcome to Indonesia“.

Penyelamatan ekonomi negara, memang selalu menjadi alasan utama pemerintah. Pasalnya, sejak sebelum pandemi, ekonomi Indonesia memang sudah kolaps. Namun dari sini tampak bahwa bagi pemerintah, urusan nyawa rakyat adalah nomor dua.

Saat itu pemerintah merasa cukup dengan menerapkan PSBB lokal saja. Itu pun hampir selalu diiringi drama perdebatan di kalangan para pejabatnya, baik antara pusat dan daerah, ataupun antara daerah dengan daerah.

Pemerintah memang mencanangkan proyek-proyek pemulihan ekonomi nasional. Namun yang terjadi justru hanya menghambur-hambur uang negara karena semua programnya nyaris gagal dan hanya menambah utang negara dengan bunga berbunga.

Begitu pun dengan penerapan protokol kesehatan. Semua terkesan seremonial dan asal jalan. Faktanya, banyak pejabat yang justru tak memberi keteladanan. Saat mereka kumpul-kumpul, mereka abai dengan protokol kesehatan. Bahkan pernah ada pejabat yang menggelar acara hajatan.

Kalaupun pemerintah menyadari ada keliruan, semua sudah terlambat. Korban telah berjatuhan dan terus berjatuhan. Si virus pun telanjur bermigrasi ke berbagai tempat hingga nyaris seluruh wilayah menjadi zona mengerikan.

Sikap pemerintah seperti inilah yang justru menyumbang semua kekacauan. Selama ini alam bawah sadar masyarakat telanjur menangkap bahwa wabah ini hanya khayalan.

Saat dunia mulai menuai keberhasilan dari berbagai upaya yang dilakukan, Indonesia justru repot berjibaku dengan tantrum wabah yang kian sulit dikendalikan. Indonesia pun harus menerima kenyataan pahit, di-lockdown 59 negara.

Ditambah lagi dengan pemikiran bahwa solusinya adalah menerapkan kepemimpinan yang otoritarian. Ini berarti pemerintah akan menambah kezaliman. Terlebih Indonesia pernah punya pengalaman pahit saat sistem itu diterapkan.

Para penguasa seharusnya berpikir untuk menghadirkan sebuah sistem yang bisa memberi solusi tuntas atas semua persoalan. Yakni sebuah sistem yang tegak di atas landasan yang benar dan bebas dari konflik kepentingan.

Sistem itu tak lain adalah sistem Islam, yang landasannya adalah keimanan. Bahwa di balik semua yang ada, ada Zat Yang Maha Mencipta dan Mahasempurna, dan bahwa setelah kehidupan di dunia ini ada hari hisab dan pembalasan

Dari landasan ini akan lahir aturan-aturan hidup yang mampu memecahkan seluruh persoalan kehidupan termasuk menghadapi wabah besar dan fakta sejarah membuktikan sistem islam mampu menghadapi wabah besar yang terjadi pada masanya dengan penyelesaian yang selaras dan sempurna. Hingga dengannya akan mewujud kerahmatan bagi seluruh alam.

Post a Comment

Previous Post Next Post