Pantaskah K-Pop Jadi Inspirasi?


Oleh: Maya Dhita
Aktivis Dakwah Muslimah dan Member Akademi Menulis Kreatif

Wakil Presiden, Ma'ruf Amin menegaskan bahwa K-Pop (musik pop Korea) dan K-Drama (film drama Korea) diharapkan menginspirasi kreativitas anak muda Indonesia dalam berkreasi dan mengenalkan keragaman budaya Indonesia ke luar negeri. Hal ini diungkapkan beliau pada acara peringatan 100 Tahun Kedatangan Warga Korea di Indonesia melalui konferensi video, dalam keterangan tertulisnya.  (www.detiknews.com, 20/09/2020)

Hallyu wave

Hallyu atau Korean wave sendiri merupakan istilah kebudayaan atau pop culture yang berasal dari Republik Korea Selatan. Dalam Korean wave ini orang-orang diperkenalkan tentang kebudayaan Korea Selatan melalui musik, film, drama, makanan, fashion, dan juga tren-nya. 

Sedangkan di Indonesia sendiri, Korean wave masuk sekitar tahun 2000an. Diawali dengan masuknya film drama Korea. Alur cerita yang kuat, genre yang bervariasi dan juga akting dari para pemeran. Konsep cerita mengenai cinta sejati dan pengorbanan. Faktor-faktor tersebut menjadikan drama Korea lebih mengena bagi masyarakat Asia dibandingkan dengan drama dari Barat. (www.wikipedia.com)

Musik Pop Korea juga tak kalah banyak pendukungnya. K-poper adalah nama bagi pecinta lagu K-pop. 
Musik pop Korea merupakan akulturasi dari budaya musik pop Jepang dan pop Amerika. Tak heran jika jenis musik ini lebih mudah diterima oleh pecinta musik Asia dan Amerika.

Di Indonesia, hallyu wave dengan mudah menjangkiti karena paham sekulerisme dan liberalisme sudah mengakar
di masyarakat. Ditambah lagi mudahnya akses informasi tentang budaya Korea membuat anak-anak, remaja, hingga ibu muda negeri ini kehilangan jati diri mereka. Mereka akan banyak menghabiskan waktu untuk melihat film drama atau konser musik K-pop selama berjam-jam di layar gadget. Belum lagi gaya hidup serba bebas mulai dari cara berpikir, cara berpakaian, bersikap, dan tren yang secara tidak sadar akan mempengaruhi tingkah laku pecinta kebudayaan ini.

Realitas Kehidupan Artis Korea

Gemerlap kehidupan artis Korea pun tak seindah realita kehidupan mereka. Tampilan sempurna di panggung adalah hasil kerja keras bertahun-tahun ditempa oleh sebuah perusahaan atau agensi. Operasi plastik dan tubuh ideal adalah syarat wajib untuk terus eksis di dunia entertainmen.

Kontrak kerja yang mirip perbudakan sudah sangat lazim dialami para artis Korea. Hal ini rela dilakukan untuk mendapatkan ketenaran yang hanya bertahan 5 sampai 7 tahun saja. Tingginya kasus bunuh diri menunjukkan realita beratnya tekanan hidup artis Korea.

Campur tangan Pemerintah

Berkembangnya hallyu wave di Indonesia juga tak luput dari peran serta pemerintah. Pemerintah sebagai pemimpin seharusnya mampu melindungi rakyat dari arus liberalisme dan budaya hedonisme yang marak di media sosial. Pemerintah juga abai dalam melihat dampak yang diakibatkan oleh meluasnya hallyu wave di Indonesia. Seharusnya pemerintah mampu memfilter konten-konten bermasalah yang mampu merusak akhlak generasi muda negeri ini. Seperti,  konten pornografi, LGBT, kriminalitas dan obat terlarang.

Tak hanya itu, pemerintah bahkan mengusulkan untuk menjadikan budaya Korea berupa K-pop dan K-Drama sebagai rujukan inspirasi bagi generasi muda negeri ini. Budaya yang mengagungkan kebebasan dan jauh dari nilai-nilai mulia Islam.

Sistem pendidikan yang minim tsaqofah Islam membuat generasi muda dengan mudah menyerap kebudayaan asing yang bertentangan dengan ajaran Islam. Syariat Islam dijauhi karena sistem pendidikan telah disekulerisasi. 

*Idola Dalam Islam*

Saat sistem Islam diterapkan secara kafah, maka akan melahirkan generasi gemilang. Generasi unggul di usia belia dengan pemahaman tsaqofah Islam yang mumpuni dan ahli diberbagai bidang kehidupan. 

Sebutlah Umar bin Abdul Aziz, yang telah menjadi penghafal Qur’an sejak kecil dan menjadi gubernur Madinah pada usia 23 tahun. Begitu juga Sultan Muhammad Al-Fatih yang menjadi Sultan Turki Utsmani pada umur 19 tahun dan menaklukkan benteng legendaris Konstantinopel pada usia 21 tahun. 

Allah Swt. berfirman, 

بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَاباً أَلِيماً
الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاء مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِندَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ العِزَّةَ لِلّهِ جَمِيعاً

“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” (QS. An Nissa: 138-140)

Menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya, yang dimaksud dengan lafaz “auliya’” itu berarti penolong, kekasih, teman akrab, pemimpin dan idola. Adanya rasa simpatik dan empatik dalam hati karena menjadikan mereka sebagai penolong, kekasih, teman akrab, pemimpin. Idola ghairul muslim, bisa menyebabkan lunturnya iman seseorang dan bisa merubah dari mukmin menjadi munafik.

Syariat Islam menjaga Generasi

Islam adalah agama yang sempurna. Segala aspek kehidupan diatur oleh syariat demi kemaslahatan umat. Begitu juga dalam penjagaan generasi. Di mulai dari tingkat tertinggi yaitu pemerintahan. Saat suatu negara atau wilayah diatur dengan sistem Islam, maka segala akses yang  berdampak buruk bagi akidah dan akhlak generasi akan ditutup dan tidak akan dibiarkan ada celah sedikit pun untuk bisa masuk ke dalam negara. 

Penggunaan media internet akan diawasi secara ketat. Sistem filtering untuk konten yang bersifat destruktif akan dioptimalkan. Para pekerja Informasi dan Teknologi (IT) akan mendapat perhatian untuk meningkatkan keahlian mereka.

Sistem pendidikan akan menjadikan tsaqofah Islam sebagai fokus utama kemudian baru ilmu kehidupan yang lain. Kurikulum berbasis syariat Islam akan diterapkan bagi semua pelajar. Pelajar nonmuslim tidak akan dilarang mengikuti pelajaran agama sesuai kepercayaannya. Pengkondisian kurikulum berdasarkan syariat Islam akan membentuk akidah yang kuat dan akhlak mulia sehingga mampu menjauhkan generasi muda dari hal-hal yang tidak sesuai dengan aturan Islam.

Kemunculan generasi muda Islam yang gemilang akan kembali terulang saat syariat Islam diterapkan secara menyeluruh. Hanya daulah Islam yang mampu mengakomodasi penerapannya. Dalam sebuah institusi bernama khilafah.

Wallahu a'lam bishshowab.

Post a Comment

Previous Post Next Post