Islamophobia Menjamur di Barat, Buah Narasi Sekuler



Oleh: Hanifah Khalisa
(Aktivis Dakwah Kupang)

Peradaban dunia dalam membangun teknologi buatan yang serba canggih saat ini nyatanya berbanding terbalik dengan perkembangan generasi umat manusia. Pada era ini manusia dibuat semakin ganas dengan ide-ide kebebasan bak kemerdekaan semu yang diidamkan. Akibatnya istilah Islamophobia mulai booming di tengah-tengah masyarakat, terutama di bagian barat. Mereka menganggap bahwa Islam adalah virus yang berbahaya. Islam harus disingkirkan karena dianggap menentang nilai-nilai kebebasan. Akhirnya bermuncullah tokoh-tokoh, dan kelompok masyarakat yang mengusung ide anti-Islam. Mereka ini melakukan tindakan-tindakan yang ekstrem yang memicu timbulnya kerusuhan antar umat beragama.

Saat ini kita ketahui bersama bahwa kondisi dunia sedang tidak baik-baik saja karena adanya wabah Covid-19 yang tidak kunjung usai.Namun kali ini, dunia teralihkan oleh kejadian yang menimpa kaum muslim. Bukan karena sikap ekstrem teroris namun karena munculnya Islamophobia. Tepatnya di negara Swedia telah terjadi kerusuhan yang melibatkan sekitar 300 demonstran anti- Islam di Jalan Raya Tamo di Malmo, Swedia pada hari Jumat malam (28/08/2020) sekitar pukul 19.30 waktu setempat. Para demonstran ini melakukan kerusuhan sebagai tindakan penolakan terhadap kebijakan pemerintah yang melarang Rasmus Paludan untuk menghadiri aksi Islam. Rasmus Paludan adalah seorang Politikus asal Denmark  yang sering melakukan aksi-aksi anti Islam. Selain pelarangan tersebut, pihak berwenang juga melarang Rasmus Paludan untuk memasuki wilayah Swedia selama dua tahun. Dia juga ditangkap di dekat Malmo.

Dikutip dari detiknews.com (29/08/2020), pelarangan untuk memasuki wilayah Swedia dan penangkapan Rasmus Paludan bukan tanpa sebab. Hal ini dikarenakan beberapa rentetan aksinya yang memicu kerusahan dan melanggar hukum di Swedia serta bisa menjadi ancaman bagi masyarakat. Mulai dari aksi pembakaran Al-Qur’an yang dibungkus dengan daging babi, pelanggaran hukum, menyebarkan video anti-Islam di media sosial, termasuk tindakan rasisme. Ia juga sudah beberapa kali dihukum akibat perbuataannya.

Bahkan sebelum kerusuhan itu terjadi, pada sore harinya terjadi pembakaran Al-Qur’an oleh salah seorang aktivis dari kelompok anti-Islam. Tidak hanya itu mereka bahkan merekam dan menyerbarkan video itu secara online. Hal ini membuat warga dunia heboh dan mengecam aksi tersebut. Banyak sekali kritik dan protes akan aksi tersebut.

Aksi anti-Islam sebagai bentuk dari Islamophobia bukan baru kali ini dilakukan di negara-negara Eropa dan Barat. Namun seringkali Islamophobia hadir dengan berbagai bentuk yang berbeda-beda. Mulai dari larangan memakai cadar bagi muslimah, diskriminasi terhadap pelaksanaan ibadah, pembakaran kitab Al-Quran sampai pembantaian dan pembunuhan yang dilakukan kepada umat muslim. Semua bentuk Islamophobia yang terjadi di belahan bumi barat akibat framing negatif yang ditujukan terhadap Islam.

Berat memang membangun narasi negatif terhadap Islam. Mereka bahkan mengatakan bahwa Islamophobia ada diakibatkan karena ulah kaum muslimin itu sendiri. Salah satu aktivis liberal di Eropa bahkan mengatakan sebab munculnya Islamophobia dikarenakan serangan bom yang mematikan oleh para jihadis muslim di Eropa yang dikampanyekan sebagai teroris. Puncak-puncak Islamophobia terjadi setelah peristiwa serangan 11 September 2001 di kota New York.

Islamophobia merupakan narasi barat yang digunakan untuk menjauhi umat Islam dari agamanya sendiri. membuat umat Islam perlahan demi perlahan meninggalkan agamanya karena dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Ini semua dilakukan untuk menghancurkan umat muslim dan mencegah kebangkitan Islam dengan tegaknya sistem pemerintahan Islam yakni khilafah.

Di dalam sistem Islam penerapan syariah Islam dilakukan secara kafah, dan dakwah Islam juga diemban ke seluruh dunia. Negara juga bertugas untuk melindungi dan mengurus kemaslahatan kaum muslimin serta merupakan perisai pelindung bagi kaum muslimin dari serangan teror musuh-musuh Islam. Dengan adanya daulah kaum muslimin juga dapat melawan semua pihak yang merusak kehormatan Islam. Karena negara justru akan menghancurkan musuh-musuh Islam yang ingin menghalangi dakwah Islam. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kondisi yang kondusif agar umat Islam dapat terpelihara fitrahnya sebagai muslim yang tunduk kepada penciptanya sehingga tidak ada yang namanya penistaan agama.

Daulah juga menjamin terjaganya jiwa dan agama bagi setiap warga negaranya baik muslim maupun non muslim. Dalam naungan daulah, kaum non muslim tetap bebas untuk beribadah, menikah, bercerai, serta bebas pula untuk makan dan minum sesuai dengan ketentuan agama mereka. Adapun jika ada kebencian pada pemeluk agama lain, yang berujung pada penyerangan secara fisik yang melukai atau sampai membunuh orang tersebut, maka khalifah akan menjatuhkan sanksi yang keras, bisa dalam tebusan diyat ataupun qishas. Daulah  tidak akan pernah membiarkan pihak manapun bebas untuk menista agama Islam.

Oleh karena itu, hanya sistem pemerintahan Islam lah satu-satunya solusi yang bisa menghentikan dan menuntaskan Islamophobia yang menjangkit di dunia. Serta memuliakan Islam dan kaum muslimin sebagai agama yang membawa rahmatan lil alamin dan merupakan umat yang terbaik.
Wallahu a’lam bishawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post