Semakin Dilarang akan Semakin Bersinar

By : Novianti

Opini tentang khilafah kian viral sampai sampai Megawati selaku Ketua Badan Pembinaan Idiologi Pancasila disingkat BPIP, ikut bicara. Dalam sebuah acara worshop wawasan Kebangsaan di lingkungan Kementrian Sosial, beliau mempersilakan  para pengusung khilafah untuk datang ke DPR menyampaikan keinginan dan tujuannya. Dalam pandangannya, khilafah adalah ancaman yang dapat merusak kedamaian negara Indonesia dan berkaitan dengan aksi terorisme. Sebagaimana diberitakan dalam Detik.news (9/12/2019). 

Karenanya, tidak heran jika pemerintah sangat  gerah terhadap para pengusung khilafah. Dan sikapnya makin terlihat jelas.  Mulai dari  pembubaran salah satu ormas pengusungnya, rencana pembuatan tap MPR terkait larangan individu menyebarkan ide khilafah, rencana penghapusan kandungan khilafah dari buku sejarah, dan tudingan radikal. Sikap pemerintah ini seperti orang yang kebakaran jenggot, panik ketika menyadari  pengikut ide  khilafah semakin besar jumlahnya .  Menko Polhukam, Wiranto, mengatakan  pemerintah  tidak waspada terhadap meluasnya para pendukung khilafah (Detik.news, 13/9/2019). 

Sebetulnya pemerintah tidak perlu panik jika merasa yakin  terhadap kinerjanya selama ini. Karena meluasnya pengikut  ide khilafah bukan tanpa sebab melainkan berangkat dari kegelisahan umat islam terhadap berbagai realitas yang terjadi di negara ini. Bila ditelaah dengan jernih, pemerintah memang gagal dalam mengemban amanahnya menyejahterakan rakyat, menciptakan keadilan dan melindungi warganya. Setidaknya terlihat dalam  empat keadaan.

Pertama, barang pemenuh hajat hidup publik, seperti pangan, air bersih, listrik, transportasi, maupun jasa seperti kesehatan dan pendidikan menjadi dikomersilkan. Dan ini berdampak pada gejolak harga yang membuat rakyat bertambah menjerit. Urusan vital yang terkait dengan hajat hidup orang banyak yang seharusnya dikuasai negara, diserahkan pada pihak swasta. Negara sebatas regulator dan fasilitator. 

Dengan konsep ini, pemerintah yang seharusnya berfungsi melayani urusan umat  justru berlepas tangan dan kendali ada pada para pemodal atau kapital. Bahkan pemerintah tidak segan-segan melakukan pemusnahan demi menstabilkan harga dan kepentingan perusahaan.  Seperti rencana pemusnahan 10 juta bibit ayam atau “day old chick” per minggu, di tengah jutaan rakyat miskin yang kelaparan. 

Dalam layanan kesehatan, pemerintah menyerahkan tanggung jawabnya pada BPJS Kesehatan.  Dan selanjutnya rakyat harus berhadapan dengan BPJS untuk memperoleh layanan kesehatan.   

Pemerintah pun lebih berpihak pada BPJS di saat rakyat menuntut  pemenuhan  haknya.  Seperti kenaikan premi hingga 100% memaksa rakyat harus iuran dan gotong royong untuk menjamin keberlangsungan  layanan  yang seharusnya menjadi tanggung jawab negara.

Kedua, spirit hubungan penguasa dan rakyat adalah sprit untung rugi. Negara sudah seperti korporasi.  Tidak mau rugi meski itu untuk rakyat. Contoh dalam masalah pendidikan di jenjang pendidikan tinggi. Rakyat dibebani uang kuliah tunggal (UKT) karena perguruan tinggi dituntut harus mampu menghidupi dirinya sendiri. Negara tidak lagi memberikan subsidi sehingga pergurun tinggi dikelola layaknya perusahaan. 

Ini sangat tidak manusiawi karena hanya orang-orang mampu secara finansial  yang bisa menikmati pendidikan di perguruan tinggi. Layanan Bidik Misi bagi mahasiswa tidak mampu berjalan dengan minimalis. Dan program ini tidak bisa menjaring  semua  yang berpotensi namun terkendala secara ekonomi. Ada gerakan alumni yang biasanya ikut membantu. Akhirnya masyarakat didorong berpartisipasi  memenuhi hajat hidup yang seharusnya tanggung jawab negara. 

Ketiga, ketidakaadilan dirasakan oleh rakyat terutama di kalangan umat islam  Sebagai  contoh  ujaran kebencian yang dilakukan oleh non muslim tidak dilanjutkan  prosesnya.  Sementara pada pelaku  dari kalangan muslim, prosesnya begitu cepat.  Terhadap pengibar bendera Papua Merdeka, pemerintah seperti membiarkan.  Sedangkan pengibar bendera tauhid langsung diusut bahkan dicap radikal. 

Kasus yang baru-baru ini terjadi yaitu penghinaan pada Nabi Muhammad oleh Sukmawati.  Ini adalah kali kedua setelah sebelumnya  telah melakukan penghinaan pada agama Islam lewat puisinya berjudul Ibu Indonesia. Pemerintah tidak melakukan tindakan tegas  sehingga kian hari kian  berani yang menghina dan melecehkan islam. 

Keempat, semakin tingginya tindak kejahatan dan perilaku yang dilarang agama.  Salah satunya ditunjukkan  oleh data  jumlah pengidap penyakit HIV yang meningkat.  Penyakit yang disebabkan oleh virus mematikan karena melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia telah menjadi ancaman. Kondisi yang memiriskan  karena terjadi di negara dengan jumlah penduduk muslimnya terbesar. 

Penyebabnya  adalah  negara membiarkan bahkan terkesan melindungi praktek kemaksiatan seoerti perzinahan dan penyuka sesama jenis. Negara menjadi lahan  suburnya kaum liberalis.  Keran  berbagai pemikiran yang  bertentangan dengan agama diberi  tempat.  

Ini sangat kontras dengan para ulama yang beramar makruf nahi munkar. Pengajian  dibubarkan,beberapa ulama dilarang berceramah.  Dengan tuduhan memecah belah, anti Pancasila, anti NKRi..

Keempat keadaan ini membuat rakyat jenuh dan lelah. Janji-janji penguasa bekerja demi kepentingan rakyat omong kosong belaka. Dan ini adalah realitas yang tak mungkin dihindari dari penerapan sistem kapitalis. Sistem yang akan menghancurkan kehidupan manusia itu sendiri.

Kegelisahan manusia harus diakhiri karena persoalannya sudah demikian serius. Ketika gaung khilafah makin terdengar, sepantasnya pemerintah tidak langsung bersikap apriori sebelum mengetahui hakekat sebenarnya.  Sistem ini telah   teruji selama kurang lebih 13 abad dan tingkat kehebatan tidak  tertandingi oleh sistem manapun. 

Alih-alih memusuhi,   lebih baik pemerintah mulai melihat khilafah sebagai solusi alternatif.  Karena terbukti sistem kapitalis tidak akan pernah mampu mengangkat derajat manusia.  Jika negara masih melanjutkan akadnya dengan para pemilik modal sama artinya negara sedang menggali kuburannya sendiri. 

Akan  kembalinya khilafah adalah bisyarah Rasulullah.  Sebesar apapun usaha menghilangkannya dan menjauhkannya dari umat, Allah pasti akan mendekatkan kembali.  Khilafah adalah janji Allah yang keberadaannya pasti akan terjadi.  Barang siapa yang menentang ketetapan Allah artinya sedang menantang Allah.  Sekuat apapun negara menekan para pengusungnya, mereka akan terus memperjuangkannya. Khilafah kian dilarang kian bersinar namanya.

Post a Comment

Previous Post Next Post