Ancaman Liberalisasi Generasi, Siapa Yang Sanggup Menghentikan?

Oleh: Dede Yulianti 
(Pemerhati Remaja)

Apa yang bisa Anda lakukan dengan uang miliaran rupiah? Membeli rumah, mobil, modal memulai usaha, atau modal untuk menikah? Di luar dugaan, seorang perempuan di Pontianak menghabiskan 1,8 miliar rupiah untuk bermain mobile legend (ML). Mirisnya uang sebanyak itu didapat dengan cara kecurangan, membobol Bank. Fakta tersebut dilansir dari situs berita viva.co.id tertanggal 18 Mei 2019. YS perempuan 26 tahun melakukan aksi berkali-kali, membeli fasilitas yang ada di ML tanpa mengurangi uangnya. Hingga pihak bank dirugikan 1,8 miliar rupiah. Aksi ini mengakibatkan YS berujung dipenjara. 

Memprihatinkan, tak sedikit remaja dan orang dewasa menghamburkan waktu tenggelam bermain game online. Bahkan sampai menyita sebagian besar hidupnya. Efeknya tak bisa dihindari, ketagihan hingga berbuat nekat melakukan tindakan kriminal. Demi menikmati sensasi kesenangan yang dicapai saat bermain game online. Di tengah beban kehidupan yang semakin tinggi, mengapa fenomena ini begitu mudah didapati?

Sekularisme yang diterapkan di negeri ini sukses melahirkan gaya hidup serba bebas (free lifestyle). Manakala agama hanya diizinkan mengatur hubungan individu dengan Tuhannya, sementara urusan publik diserahkan pada manusia, jadilah manusia bebas menentukan gaya hidup sesuka hatinya. Tanpa peduli halal dan haram. Inilah pangkal dari berbagai perilaku kriminal. Liberalisasi yang diagungkan, merusak fitrah dan tujuan hidup manusia. 

Apalagi negara lalai dalam melindungi generasi. Bukannya dibatasi, malah difasilitasi. Sempat ada wacana game ML masuk ke pelajaran sekolah. Lengkap sudah potret kelam generasi milenial. Liberalisasi lifestyle yang berlangsung sistematis. Masa depan negeri ini terancam, jika para pemuda sibuk tenggelam dalam dunia game. Sungguh kerugian yang amat besar bagi bangsa ini, harus ada upaya untuk mengubahnya.

Sejatinya, umat Islam ditempatkan Allah SWT sebagai umat terbaik. Namun sayang, saat ini hanya menjadi follower gaya hidup ala Barat. Inilah efek terdahsyat dari lenyapnya perisai atau pelindung umat. Umat butuh pelindung untuk menghalau deras arus liberalisasi yang mengancamnya. Rasulullah Saw bersabda, 

"Sesungguhnya seorang imam adalah perisai, orang-orang berperang dari belakangnya dan menjadikannya pelindung, maka jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah ‘azza wa jalla dan berlaku adil, baginya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan yang selainnya maka ia harus bertanggungjawab atasnya)“ (HR. al-Bukhari, Muslim, an-Nasai dan Ahmad).

Begitu tegasnya Islam menjelaskan, bahwa perisai bagi setiap individu itu adalah Imam (Khalifah) atau pemimpin. Sebab dengan kekuasaannya sanggup mencegah kerusakan, kemudaratan dan keburukan tersebar di tengah masyarakat. Termasuk efek buruk dari game online. Itu mudah saja, menghentikan aktivitas media sosial saja bisa, apalagi menghapus peredaran game. Hanya saja tentu bukan sembarang pemimpin. Dibutuhkan bukan hanya pemimpin yang bertakwa, tapi berkomitmen menjalankan syariat Islam. 

Dengan demikian wujud nyata penyelamatan dari arus liberalisasi adalah dengan memperjuangkan tegaknya kepemimpinan Islam, agar generasi terlindungi dan kembali menjadi umat terbaik. Wallahu'alam.

Post a Comment

Previous Post Next Post