Hilangnya Naluri Ibu, Akibat Sistem Rusak


Oleh. Tutik Haryanti
Pemerhati Umat dan Aktivis Dakwah


Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki
Penuh darah penuh nanah
Seperti udara
Kasih yang engkau berikan
Tak mampu 'ku membalas
Ibu
Ibu

Demikianlah penggalan lirik lagu "Ibu" yang dilantunkan oleh musisi  legendaris dan kenamaan  "Iwan Fals" yang tentunya tidak asing bagi kita. Lagu tersebut mengisahkan bagaimana perjuangan seorang  Ibu yang rela berkorban demi anaknya. Begitulah sejatinya naluri  ibu, berbagai cara  beliau lakukan demi kebahagiaan sang anak. Tanpa kenal lelah, penuh kesabaran  dan pantang menyerah.  Sungguh besar peran seorang ibu, sehingga kita tidak akan pernah mampu membalas jasanya.

Namun bagaimanakah nasib ibu di tengah pandemi covid-19 seperti sekarang ini? yang penyebarannya kian hari kian masif. Entah sampai kapan berakhirnya wabah tersebut. Seperti pepatah "Sudah jatuh tertimpa tangga" begitulah yang dirasakan kaum Ibu  saat ini. Permasalahan terus datang mendera keluarga. Masalah  satu belumlah terselesaikan timbul masalah baru. Keluarga miskinlah yang begitu besar terasa dampaknya. 

Kemiskinan memang sering menjadi akar permasalahan.  Himpitan ekonomi membuat naluri keibuan sirna seketika. Seorang ibu di pulau Nias Utara Sumatra Utara yang berinisial MT, tega membunuh tiga anak kandungnya. Kemudian ibu tersebut pun mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, meski sempat beberapa kali digagalkan oleh sang suami. (vivo.co.id/13 /12/2020).

Buah sistem Demokrasi Kapitalisme

Miris, nasib anak dan kaum perempuan di sistem Demokrasi sungguh mengenaskan. Peran seorang ibu seakan dipaksakan dan sangat menyesakkan. Tugas ibu yang harusnya mendidik anak untuk menjadi generasi cemerlang yang taat pada syariat terpaksa ditinggalkan. Membantu suami sebagai pencari nafkah, demi tercukupi kebutuhan keluarga. Hak anak mendapatkan kasih sayang dan kelembutan ibu tidaklah mereka dapatkan. Kebahagiaan untuk dapat hidup tenang dan sejahtera hanya menjadi mimpi belaka. Kewarasan kaum ibu diuji keberadaanya. Penderitaan yang dirasakan tak menemukan solusi, kematian  dijadikannya akhir dari permasalahan. Sehingga berujung pada pelanggaran syariatNya. Tak peduli bahwasannya kelak ada hisab dan pertanggung jawaban  dari setiap perbuatan.

Sekularisme  buah demokrasi, menjauhkan agama dari kehidupan. Membuat tipislah keimanan uma,  yang jauh dari fondasi akidah. Aturan hidup  dari Sang Pencipta ditinggalkan.  Maka setiap perbuatan pun tidak sesuai dengan syariat-Nya.


Negara seharusnya memberikan jaminan pada rakyatnya seperti kebutuhan dasar seperti pangan, sandang dan papan. Termasuk jaminan pendidikan, kesehatan, keamanan dan fasilitas umum lainnya. Agar rakyat dapat hidup makmur dan sejahtera. Namun sistem rusak Demokrasi yang menyengsarakan rakyat, lebih mengutamakan para kapitalis (pemilik modal). Sumber daya alam yang tersedia  untuk kasejahteraan  rakyat diserahkan pengelolaan kepada  asing dan aseng.


Ironi memang, negeri kaya akan sumber daya alam (SDA), tapi kemiskinan merajalela. Kesenjangan sosial tampak terlihat jelas antara Si kaya dan Si miskin.  Bukti kesejahteraan rakyat yang tidak merata. Sungguh sangat disayangkan, harusnya rakyat yang menikmati tapi hanya bisa gigit jari. Malah ditambah hutang yang menggunung  jadi beban rakyat lagi.

Perempuan Mulia Dengan Islam

Sistem Islam mengatur  seluruh aspek kehidupan manusia. Dengan aturan hidup yang datang dari Sang Pencipta menerapkan syariatNya secara menyeluruh di tengah umat manusia. Dipimpin seorang Khalifah sebagai  penanggungjawab dan pelindung bagi rakyatnya.  Maka kehidupan akan dijamin sejahtera.

Perempuan dengan naungan Khilafah Islamiyah sangat dimuliakan. Mereka akan mendapatkan perlindungan atas kehormatannya, dan terjamin pula hak-haknya. Mereka tidak  akan terbebani untuk mencari nafkah dan permasalahan hidup lainnya. Bila mereka tidak bersuami, maka keluarga yang menanggungnya. Dan bila keluarga pun tak mampu, maka negara yang memberikan jaminan kehidupannya. 

Karena seluruh sumber daya alam yang ada, serta aset yang dimiliki akan dikelola sepenuhnya oleh negara. Dipergunakan untuk kemakmuran rakyat sepenuhnya. Khalifah benar-benar akan memperhatikan dan melindungi rakyatnya. Fasilitas-fasilitas disediakan negara untuk kepentingan rakyatp. Sehingga  rakyat pun bisa hidup tenang dan nyaman, terutama kaum  perempuan. Mereka bisa melayani keluarga penuh dengan kasih sayang. Tiada  lagi beban yang harus diemban. 

Sudah saatnya buang jauh-jauh sistem demokrasi yang rusak, merusak, dan membahayakan  manusia.  Tiada guna berharap lagi dengan sistem ini.  Segera beralih ke sistem Islam yang membawa berkah bagi langit dan bumi. 
Wallahu'alam  bishowab.

Post a Comment

Previous Post Next Post