Moderasi Islam Menghadang Dakwah Penegakan Syariah dan Khilafah



Oleh: Nisrina Hayati 
(Muballighah Kota Banjarbaru)

Situasi pandemi Covid-19 tidak menyurutkan tekad pemerintah dan negara adidaya untuk terus menancapkan gagasan moderasi Islam. Ide yang dipercaya dapat menangkal radikalisme-ekstrimisme yang masih merebak di dunia hingga saat ini. Saat kunjungan Menlu AS Mike Pompeo ke Indonesia, dia mengatakan, sejak reformasi 1998, Indonesia telah memberikan citra positif kepada dunia tentang bagaimana aspek yang berbeda-beda, etnis yang berbeda-beda dapat hidup bersama dengan damai. Pernyataan Pompeo ini bukan tanpa alasan. Pemerintah terutama di era Jokowi memang tampak serius memastikan proyek moderasi Islam dan deradikalisasi terus berjalan. Presiden Jokowi pernah mengungkapkan bahwa Indonesia akan menjadi model Islam yang menekan radikalisme, tidak melanggar HAM dan menjunjung demokrasi.
 Dengan kunjungan Pompeo tersebut, AS memastikan Indonesia yang merupakan negeri muslim terbesar di dunia tetap berjalan sesuai keinginan menuju Islam moderat.(muslimahnews.com, 3/11/2020)
 
Di sisi yang lain, gelombang kesadaran dan persatuan umat terhadap syariah dan khilafah di dunia terus meningkat.  Perkara ini menjadi masalah besar bahkan ancaman bagi Barat. Mereka tidak ingin penjajahan dan dominasi mereka lenyap. Barat pun berusaha melakukan berbagai upaya untuk menghadang tegaknya khilafah. Barat menyusun strategi terhadap kaum muslimin, salah satu upaya yang dilakukan Barat yaitu dengan memecah belah kaum muslimin dengan politik belah bambu. Juga menjadi hal penting bagi Barat untuk menggunakan ‘tangan-tangan’ rezim penguasa untuk menjauhkan umat Islam dari Islam yang sebenarnya (Islam kafah). 

Barat menyebut Islam ideologi sebagai bahaya hijau yang menggantikan bahaya merah yang telah ‘mati’ sejalan dengan runtuhnya Uni Soviet di tahun 90-an. Maka sejalan dengan narasi terorisme dan radikalisme, merekapun gencar mengaruskan deradikalisasi dan moderasi Islam. Demi suksesnya agenda ini, mereka menggandeng berbagai kalangan untuk menjadi agen mereka, mulai dari kaum cendikiawan, aktivis LSM, kalangan media, bahkan kalangan ulama yang hati dan pikirannya sudah terikat dengan dunia. Mereka gencar membantu  rezim penguasa untuk berjalan bersama penjajah. Meligitimasi kezaliman penguasa, dan di saat bersamaan mereka memusuhi para pejuang Islam kafah dan khilafah. 

Mereka sebut Islam tidak menentukan bentuk negara dan sistem pemerintahan. Umat Islam diberi kewenangan menentukan bentuk negara dan sistem pemerintahan sesuai zaman dan tempat umat Islam berada. Bahkan mereka mengibaratkan persoalan khilafah seperti penyakit yang semakin parah sehingga memerlukan penanganan yang tepat. 

Proyek Moderasi-Proyek Global

Narasi radikalisme sejatinya proyek Barat yang ditujukan untuk melawan kebangkitan Islam. Barat sangat sadar tegaknya khilafah akan menghancurkan penjajahan politik-ekonomi dan cengkraman mereka terhadap negeri-negeri muslim. Barat harus menjauhkan umat dengan Islam ideologis-Islam politik dan Barat juga menciptakan dari kaum muslimin sendiri Islam moderat, yang mendukung prinsip-prinsip demokrasi, dan penentangan terhadap terorisme. Proyek ini sudah ada sejak tahun 2007, yang disebut membentuk jaringan muslim moderat (Building moderate muslim network). 

Barat menghimpun para ulama pengarang buku, pemberi ceramah untuk menyerukan moderasi. Pendanaan pun disiapkan diantaranya USAID, berupa proyek yang diberi nama Islam dan masyarakat beradab. Program moderasi Islam kemudian menyasar berbagai kalangan, baik dunia pendidikan mulai dari sekolah maupun kampus, organisasi, instansi-instansi, hingga pegiat dunia maya. 

Implementasi dalam dunia pendidikan, pada bulan Oktober 2015 diluncurkan kurikulum Islam Damai yang mengancam akidah 47 juta siswa muslim. Kemudian yang terbaru adalah perubahan kurikulum Madrasah,Kementerian Agama mengeluarkan KMA No.183 tahun 2019 yang bertujuan untuk mereduksi ajaran Islam terkait jihad dan khilafah. 

Narasi perang melawan radikalisme terus diaruskan. Barat terus membangun opini bahwa Islam garis keras mendorong munculnya bibit-bibit radikal dan ini mengancam kedamaian, menimbulkan perpecahan. Oleh karena itu Islam yang harus dikembangkan adalah Islam yang damai, ramah dan bisa menerima keberagaman dengan tidak ada klaim kebenaran terhadap agama. Sejatinya inilah proyek moderasi Islam, agar memahami agama tidak secara ekstrim.

 Di tengah situasi pandemi, dengan dalih menangkal radikalisme dengan moderasi Islam maka berbagai kegiatan diadakan baik oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme maupun oleh Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme secara maraton. Kondisi ini membuat umat digempur dengan pemikiran yang menyesatkan dan menjauhkan umat dari pemikiran Islam politik. Islam hanya diletakkan di ruang privat, seputar ibadah dan akhlak. Walhasil umat Islam tidak mengenal Islam politik. 

Diin Islam, Ideologi Istimewa

Islam adalah diin yang berasal dari Allah Swt. Risalah Islam diturunkan untuk mengatur kehidupan manusia di sepanjang zaman. Mengkompromikan Islam dengan ajaran di luar Islam dengan menggugat/merevisi ayat-ayat Al-Qur’.an agar sejalan dengan hawa nafsu manusia merupakan kelancangan dan kesombongan. Islam adalah diin terakhir dan penghapus agama samawi sebelumnya. Islam menjelaskan hukum-hukum untuk berbagai persoalan manusia. Menghadirkan Islam politik di tengah umat merupakan keharusan agar umat Islam memahami Islam yang sebenarnya(Islam kafah). Syari’ah dan Khilafah bukan ancaman justru kapitalis yang diadopsi negeri inilah yang membuat negeri ini terus menuai masalah yang tak berujung.    
Sesungguhnya pertarungan yang ada antara ideologi kapitalis dengan ideologi Islam, moderasi Islam adalah strategi Barat untuk menghadang tegaknya Khilafah. Narasi sesat moderasi Islam harus dilawan dengan menderaskan opini syari’ah dan khilafah. Beberapa hal yang dilakukan : 
Pertama, edukasi terkait pemahaman Islam yang benar harus disampaikan. Islam adalah diin yang berasal dari Allah dan mustahil membawa kerusakan bagi manusia. Justru Islam adalah diin yang sesua dengan fitrah manusia dan memberikan solusi atas berbagai persoalan kehdupan. 

Kedua, menjelaskan bahwa khilafah ajaran Islam, bahkan merupakan perkara sangat penting untuk dapat menerapkan Islam secara kaffah. Perlu menjelaskan Khilafah dengan pendekatan normatif, empirik dan historis.

Ketiga, menderaskan perang opini di media massa (elektronik dan cetak).  Umat dicerdaskan dengan Islam ideologis dan memahamkan umat akan rusaknya ideologi kapitalis yang membawa kesengsaraan pada manusia.

Keempat, mendorong umat untuk berjuang bersama dalam perjuangan penegakkan syari’ah dan khilafah. Tanpa Khilafah, tidak ada yang melindungi umat Islam dan tidak terwujud Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. 

Dengan menyadarkan umat akan situasi yang sebenarnya, maka umat akan mampu melihat hakekat kebenaran, dan akan kembali pada Islam. Penderitaan yang dialami manusia akibat diterapkannya kapitalis tidak dapat ditutupi. Meski Barat selalu memperlihatkan kemajuan-kemajuan yang mereka raih. Kebangkitan yang ada pada ideologi kapitalis disertai berbagai keburukan. Berbagai makar yang dilakukan Barat untuk menjauhkan umat dengan Ideologi Islam akan gagal. Barat tidak akan mampu menhadang tegaknya Khilafah. Sebuah keniscayaan, benturan peradaban yang terjadi akan berujung pada kemenangan Islam. 
Wallahu’alam bishawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post