Shutdown Sistem Sekuler, Install Islam Kaffah

By : Novianti

Wuhan, kota yang mendadak viral dengan  Virus Coronanya. Nama cantik tapi tidak demikian dengan akibatnya. Seseorang yang sudah terinfeksi olehnya akan mengalami sesak napas yang berujung kematian.

Ancaman ini menimbulkan ketakutan. Bayang bayang maut  kapan saja bisa datang.  Terlebih beredar video pasien pasien pengidap  Covid-19, nama resminya dari WHO, kesulitan napas dan saat batuk seolah ada pecahan pecahan kaca di dada. 

Wuhan, yang masyarakatnya doyan mengkonsumsi makanan ekstrim. Mulai dari binatang kecil hingga besar.  Ulat , kodok, tikus, ular, hingga kelawar. Kelawar yang diduga menjadi asal muasal virus ini.

Saat masyarakat mengkonsumsinya, bisa jadi tak ada yang pernah membayangkan kondisinya sampai sejauh sekarang. Yang makan saya, uangnya juga dari saya. Yang penting saya suka dan tidak merugikan orang lain. 

Tapi saat ini, sudah tidak bisa bicara tentang saya. Tapi harus bicara tentang kita umat manusia karena  dunia sudah dalam ancaman. Yang meninggal sudah ribuan. Bahkan korban meninggal di Italia sudah melebihi di China.
 https://www.cnbcindonesia.com/news/20200323084210-4-146810/lampaui-china-5476-orang-meninggal-akibat-corona-di-italia.

Sementara itu secara global, wabah asal Wuhan, China ini telah menginfeksi 336.638 orang, dengan kematian mencapai 14.611 orang dan pasien sembuh 97.636 orang.

Virus Corona jadi wabah yang paling mahal dalam 20 tahun terakhir. Di China, diproyeksikan menghabiskan dana 62 milyar dollar atau setara dengan 847.21 trilliun. 

https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/tren/read/2020/02/05/204500465/habiskan-dana-rp-847-triliun-virus-corona-jadi-wabah-paling-mahal-di-dunia.

Jika dihitung secara global, biaya penanganan  virus ini telah menelan biaya yang sangat besar dan ini menghantam ekonomi negara manapun  termasuk Indonesia. Dunia di ambang resesi.

Indonesia, bukan negara dengan kemampuan keuangan sekuat China. Jika China saja berpotensi rontok, apalagi Indonesia.

Melihat rantaian yang ditimbulkannya, seharusnya umat islam berpikir.  Satu saja pelanggaran terhadap hukum Allah bisa mengakibatkan kerugian berantai. Tidak hanya berakibat pada pelaku tapi juga  mengancam jiwa orang lain  dan berdampak luas pada sosial ekonomi.

Sesungguhnya sebelum Covid-19, manusia sudah diingatkan.  Kemunculan  virus yang juga karena perilaku yang melanggar pakem Allah, yaitu virus HIV yang kebanyakan karena pergaulan bebas. HIV singkatan dari Human Immunodeficiency Virus,  virus yang bisa menyebabkan AIDS. HIV menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh rentan terhadap berbagai penyakit.

Jika kekebalan tubuh telah dirusak oleh virus, maka akan berkembang menjadi AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome. AIDS yaitu infeksi dan penyakit yang muncul karena virus HIV.

Belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, namun usia pengidap HIV/AIDS bisa diperpanjang dan untuk menghentikan penularan virusnya. Biaya pengobatannya sangat mahal. Di tahun 2019, pemerintah menganggarkan 400 milyar bagi pengobatan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS).

Jadi, manusia sebenarnya sudah diingatkan  akan ancaman virus akibat perbuatan  maksiat.  Namun, manusia tetap saja sombong  hingga muncullah Covid-19 bahkan lebih tepatnya mengundang ancaman virus.


Islam Kaffah

Islam artinya selamat dan hanya Islam, agama dengan seperangkat aturan lengkap  yang mengatur kehidupan manusia. Kebutuhan manusia tidak hanya melaksanakan ibadah ritual seperti sholat dan puasa. Manusia perlu sandang, pangan, papan dan kesehatan serta  ekonomi  untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.

Sehingga bentuk ketaatan pada Allah tidak  cukup dengan melaksanakan ibadah sholat dengan meninggalkan hukum lainnya. Bukti seorang beriman pada Allah adalah mengambil seluruh aturanNya tanpa dipilih dan dipilah. Mustahil melihat keagungan Islam ketika aturanNya  tidak diterapkan secara kaffah  (keseluruhan).

Tujuan penerapan islam kaffah bukan hanya untuk melindungi umat islam melainkan untuk keselamatan  seluruh manusia. 

Perhatikan seruan untuk makan yang halal dan thoyyib, tidak hanya pada kaum muslimin tapi pada seluruh manusia.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُوا۟ مِمَّا فِى ٱلْأَرْضِ حَلَٰلًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ

"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu."

Dan terbukti, saat manusia mengkonsumsi yang Allah haramkan yaitu kelelawar, muncul Virus Corona.

Demikian juga larangan berzina: 

وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَٰحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلًا

"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk."

Penyebutan zina sebagai perbuatan keji dan hukuman bagi penzina  sampai hukum rajam bagi pelaku  mengindikasi bahwa perbuatan tersebut berbahaya  sehingga Allah sudah memberikan perlindungan berlapis. Diperintahkan bagi perempuan  muslimah menutup aurat dan menjaga kehormatan. Laki-laki menundukkan pandangan. Kehidupan laki laki dan perempuan terpisah.  Larangan berkhalwat. Hukuman bagi penzina untuk menimbulkan efek jera. Semua merupakan benteng berlapis agar manusia tidak berbuat zinah bahkan mendekatinya saja dilarang.

Tatkala perlindungan berlapis ini dilepas satu demi satu  muncullah virus HIV yang tidak hanya bisa diidap pelaku tapi bisa menyebar pada orang baik sekalipun.

Penyebaran wabah virus yang membelalakkan manusia sedunia seharusnya membawa pada titik kesadaran bahwa manusia tak bisa  berlepas dari aturan Allah. Virus HIV, Covid-19 adalah mahluk Allah yang sudah memiliki qodar (kadar) nya. Namun saat ada  pelanggaran  muncullah ketidakseimbangan hingga sampai pada tingkat yang membahayakan jiwa manusia sendiri.

Mengapa pelanggaran pelanggaran ini sulit dihentikan? Semua negara di dunia menerapkan aturan dengan asas sekuler, pemisahan agama dengan kehidupan. Setiap individu dibebaskan melakukan apa saja selama "tidak mengganggu  orang lain" atas nama HAM. Tanpa kecuali, negara negara kaum muslimin, yang mayoritas penduduknya beragama islam menerapkannya.

Sistem sekuler mengakui kebebasan manusia secara absolut bahkan  manusia dianggap memiliki hak penuh atas tubuhnya sendiri.  Tuhan tidak  memiliki peran apapun dalam kehidupan manusia kecuali hanya yang menciptakan

Manusia bisa berbuat apa saja tanpa batasan. Karena itulah negara mandul dan    membiarkan maksiat dimana-mana.  Negara tidak berhak mengatur urusan individu.  Hubungan dengan tuhan menjadi wilayah pribadi. 

Virus HIV dan Covid-19 adalah bom waktu yang sudah meledak. Padahal kerusakan secara kasat mata sudah terlihat.

Zinah telah  merusak tatanan sosial dan memunculkan potensi hubungan sedarah.  Pelanggaran aturan makan  dampaknya  tidak hanya pada kesehatan tapi juga sosial ekonomi dalam tingkat global. 

Dua perilaku ini sudah cukup membuktikan, pelanggaran aturan Allah pasti akan bertabrakan dengan fitrah manusia dan munculnya banyak masalah.

Membangkitkan "mahluk hidup" tak terlihat tapi mematikan. Mau perang bagaimana melawan yang tidak terlihat?  Penelitian untuk mencari obatnya, pengobatannya demikian mahal.  Biaya trilliunan akan percuma jika gaya hidup manusia tak berubah. Kita tetap gagal mencari akar masalah.

Akar masalah paling mendasar, manusia sudah melepas diri dari aturan Allah dan solusinya  hanya ada pada Islam. Islam mengatasi secara holistik, ekonomi, kesehatan, pendidikan, makanan, pakaian, ibadah. Semua aturan rinci sudah Allah berikan. Islam memiliki konsep sistem kehidupan yang paripurna.

Wabah di depan mata memang tetap harus kita hadapi. Namun seyogyanya pengorbanan para medis , orang orang baik yang meninggal  jangan sia-sia. Cukuplah ribuan yang meninggal karena kesombongan manusia. Dan saatnya dunia menyambut kehidupan yang lebih baik dengan sebuah sistem yang bersumber dari Dzat yang menciptakan.  Sangat tidak rasional tatkala ada  sistem kehidupan yang menjamin keselamatan dunia akhirat tapi  ditinggalkan hanya demi kepentingan dunia yang sementara bahkan menimbulkan kesengsaraan. Bukankah ini kebodohan?

Wallahu'alam.

Post a Comment

Previous Post Next Post