Ironi Negeri Kaya, Rakyat Menderita



Oleh : Silpianah 
Member Akademi Menulis Kreatif

"Indonesia negara kaya, tetapi rakyatnya miskin." Begitulah bunyi cuplikan yang disampaikan oleh salah satu calon presiden Indonesia Prabowo Subianto dalam pidato Kebangsaan, "Indonesia Menang" di Plenary Hall, Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (14/1).

Kutipan tersebut benar adanya. Indonesia disebut-sebut sebagai negara dengan Sumber Daya Alam yang sangat kaya. Namun pada kenyataanya banyak sekali rakyat Indonesia yang hidup masih dibawah garis kemiskinan. Hal itu terbukti dalam gambaran fakta yang tertuang dalam film dokumenter Sexy Killers yang ramai dibicarakan belakangan ini. Film yang digagas oleh tim expedisi biru dan rumah produksi Watch Doc ini menggambarkan lingkungan hidup di daerah pertambangan batubara Kalimantan Timur.

Indonesia memiliki SDA yang melimpah, termasuk batubara. Namun SDA yang melimpah tersebut tidak digunakan untuk kepentingan rakyat tetapi justru dirampas oleh pengusaha yang dilegalkan pemerintah. Seperti yang terjadi di KalimantanTimur, pertambangan batubara terbesar tepatnya di kabupaten Kutai Kartanegara sama sekali tidak mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat tetapi justru menimbulkan bencana lingkungan yang menyengsarakan rakyat.

Dilansir oleh Kompasiana.com (16/04/2019), pertambangan batubara terbesar di Kalimantan Timur berada di kabupaten Kutai Kartanegara, alih-alih mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat yang ada di sana justru pertambangan tersebut menimbulkan bencana lingkungan yang tiada taranya. Berdasarkan peraturan daerah kabupaten Kutai Kartanegara menyatakan bahwa jarak minimal lokasi tambang dengan pemukiman ialah minimal 500 M tapi pada faktanya di lapangan sangat jauh malahan hampir tidak ada batasan antara lokasi tambang dan pemukiman. Sehingga sangat berdampak pada pemukiman warga diantaranya retaknya tembok-tembok rumah hingga matinya sektor pertanian milik warga.

Pertambangan batubara tersebut tak hanya berdampak pada pemukiman warga, bahkan pada November 2018 lalu sudah memakan korban sebanyak 31 orang. Seperti dilansir oleh Merdeka.com (05/11/2018), lubang bekas tambang batubara di Kalimantan Timur telah merenggut nyawa 31 orang.

Betapa banyak penderitaan rakyat akibat rakusnya para pengusaha yang hanya mengeruk kekayaan alam namun tidak bertindak sebagaimana mestinya terhadap alam dan lingkungan. Lubang-lubang bekas tambang ditinggal begitu saja. Menyisakan penderitaan terhadap jiwa yang bermukim di sana. Betapa tidak menderita, rumah-rumah tempat tinggal rusak bahkan roboh terkena imbas pertambangan batu bara tersebut, tanaman di persawahan rusak dan gagal panen, bahkan puluhan nyawa pun ikut melayang.

Begitulah pengelolaan SDA dalam sistem ekonomi kapitalis, hanya mementingkan keuntungan individu atau pemodal tanpa mempedulikan kepentingan rakyat. Rakyat justru menjadi korban. Mirisnya pengelolaan SDA yang merusak lingkungan dan menimbulkan penderitaan tersebut justru legal di mata pemerintah. Pemerintah yang seharusnya melindungi rakyatnya justru membuat nyawa rakyatnya melayang satu demi satu menjadi korban atas dasar kerja sama bisnis serta eksplorasi alam Indonesia. Nyatanya yang terjadi di lapangan bukanlah eksplorasi melainkan ekploitasi.  

Ada apa dengan negeri ini? Negeri kaya raya namun penderitaan di mana-mana. Jelas ada cacat serius di tubuh pemerintahan saat ini. Jika tak ada cacat maka tidak mungkin seluruh penjuru negeri ini mendengar adanya penderitaan yang dialami oleh penduduk yang tinggal di daerah penambangan batubara tersebut. Belum lagi adanya penderitaan rakyat di berbagai penjuru nusantara yang bisa kita lihat dalam fakta hari ini.

Dalam sistem politik demokrasi dan sistem ekonomi kapitalisme seperti sekarang ini, tidak heran jika pengelolaan SDA justru lebih banyak berdampak buruk terhadap rakyat. Hal itu karena pemerintah memprivatisasi pengelolaan SDA kepada swasta dan para kapitalis. Tentu tak hanya tambang batu bara di Kalimantan Timur saja yang dikuasai oleh asing. Banyak tambang lain juga sumber daya yang telah dikuasai oleh swasta asing. Seperti tambang emas Freeport di Papua, tambang Gheotermal di Jawa Barat, tambang Nikel di Sulawesi dan masih banyak pertambangan-pertambangan lain di berbagai daerah. Para kapitalis tentu lebih mementingkan keuntungan sebesar-besarnya tanpa peduli ada pihak lain yang terkena imbas atas kepentingannya.

Hal ini tentu akan jauh berbeda jika SDA dikelola sesuai hukum-hukum Islam. Islam hadir bukan hanya sebagai pengatur ibadah ritual belaka, Islam merupakan sistem kehidupan yang mampu mengatur segala problematika hidup termasuk dalam pengelolaan SDA. Dalam Islam, SDA akan dikelola oleh negara untuk kesejahteraan rakyat, sebab menurut aturan Islam SDA atau kekayaan alam adalah bagian dari kekayaan umum. Hasil pengelolaan akan dikembalikan untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat secara umum. Maka haram hukumnya jika menyerahkan pengelolaan umum kepada individu, swasta apalagi asing.

Sabda Rasulullah Saw terkait pengelolaan kepemilikan umum :
"Kaum Muslim berserikat (memiliki hak yang sama) dalam tiga hal: air, rumput dan api (HR Ibnu Majah)."

Rasul Saw  juga bersabda :
"Tiga hal yang tak boleh dimonopoli: air, rumput dan api (HR Ibnu Majah)."

Berdasarkan hadits tersebut, semua milik umum tidak boleh dikuasai oleh individu, swasta maupun asing. Menurut  aturan Islam, tambang yang jumlahnya sangat besar  baik batubara, emas, perak, besi, tembaga, timah, minyak bumi, gas dan sebagainya semuanya adalah tambang yang terkategori milik umum yang harus dikelola oleh negara untuk kepentingan rakyat secara umum.

Sebagai konsekuensi keimanan kepada Allah Swt dan Rasul-Nya, setiap muslim, termasuk para penguasanya, wajib terikat dengan seluruh aturan syariah Islam. Karena setiap problematika hidup termasuk persoalan pengelolaan batu baru, harus dikembalikan pada Alquran dan As-Sunah. Allah Swt berfirman :

"Jika kalian berselisih pendapat dalam suatu perkara, kembalikanlah perkara itu kepada Allah (Alqur'an) dan Rasul-Nya (As-Sunah) jika kalian mengimani Allah dan hari akhir"  (TQS an-Nisa [4]: 59).


Islam sempurna lagi paripurna, tak hanya menjadi solusi terkait pertambangan batubara, Islam menjadi solusi atas segala problematika hidup. Maka kembali dan terikat kepada aturan Islam dalam bingkai khilafah adalah suatu keharusan.

Wallahu a'lam

Post a Comment

Previous Post Next Post