Dilan dan HIV-AIDS

Penulis : Sofia Ariyani, S.S 
(Member Akademi Menulis Kreatif)

Pada Minggu kemarin, tanggal 24 Februari ditetapkan menjadi Hari Dilan. Hari Dilan dibuat sebagai promosi sekuel film terbaru Dilan 1991 yang dibintangi Iqbaal Ramadhan, Vanesha Prescilla, dan lain-lain.
Kru dan pemain film Dilan 1991 serta awak media dijadwalkan untuk melihat sudut film Dilan yang akan diresmikan pada hari ini di daerah Sabuga.

Belum sembuh luka kemarin malah menaburkan garam ke atas luka. Inilah gambaran pergaulan bebas yang tengah terjadi di masyarakat, maraknya aborsi, pelecehan seksual, pencabulan, perkosaan dan kejahatan seksual lainnya yang belum terselesaikan dengan tuntas produser film serial Dilan malah mencanangkan 24 Februari sebagai hari Dilan.

TEMPO.CO, Bandung - Produser film serial Dilan mencanangkan Hari Dilan pada 24 Februari 2019. Pencanangan hari spesial itu terkait dengan rencana pemutaran perdana film Dilan 1991, sekuel film Dilan 1990 di Bandung. “Hari Dilan kita canangkan karena kondisi film Dilan lagi hype (hits),” kata Produser Max Pictures Ody Mulya di Bandung, Ahad, 10 Februari 2019.

Tak dinyana pencanangan hari "pergaulan bebas" ini justru disambut baik oleh gubernur Jawa Barat.

Tempo.co melansir, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil alias Emil mengatakan, pembuatan Taman Dilan di Kota Bandung untuk mengabadikan legenda Dilan. Selain itu Taman Dilan dibangun untuk menambah lokasi wisata baru. Menurut Emil, lokasi untuk foto sekarang tidak cukup hanya berlatar tempat, benda, tapi juga tulisan atau gambar mural.

Tidakkah pemerintah memperhatikan betapa luar biasanya dampak pergaulan bebas yang kini menjadi life style kawula muda?

Virus HIV-AIDS hingga Sarkoma Kaposi yang telah menelan banyak korban akibat pergaulan bebas dan perilaku menyimpang. Data yang diperoleh dari depkes.go.id menyatakan, Jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sampai dengan Juni 2018 sebanyak 301.959 jiwa (47% dari estimasi ODHA jumlah orang dengan HIV AIDS tahun 2018 sebanyak 640.443 jiwa) dan paling banyak ditemukan di kelompok umur 25-49 tahun dan 20-24 tahun. Adapun provinsi dengan jumlah infeksi HIV tertinggi adalah DKI Jakarta (55.099), diikuti Jawa Timur (43.399), Jawa Barat (31.293), Papua (30.699), dan Jawa Tengah (24.757). Seharusnya pemerintah aware terhadap masalah ini, karena tidak hanya merenggut jiwa namun merenggut masa depan generasi muda juga merusak tatanan kehidupan manusia. Bukan malah memfasilitasi aktivitas mendekati zina mau pun aktivitas zina.

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا [الإسراء/32]
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS Al-Israa’/ 17: 32).

Selama sistem sekular masih bercokol di negeri ini maka tak akan terselesaikan masalah demi masalah, yang ada malah menambah masalah baru karena aturan yang dipakai adalah aturan yang berasal dari manusia-yang notabene manusia adalah mahluk yang lemah lagi terbatas. Sekularisme yang jelas-jelas memisahkan hidup dari agama tidak akan mungkin mampu menyelesaikan problematika umat. Dan liberalisme yang menjadi ruh dari sistem kapitalisme-sekularisme ini di mana kebebasan dijamin oleh negara. Negara akan menjamin semua kebebasan yang dilakukan oleh tiap individunya, entah itu sesuai norma atau pun tidak. Maka utopis jika ingin memberangus pergaulan bebas dengan paradigma kapitalisme yang rusak dan merusakkan ini.

Hanya Islam yang mampu menyelesaikan segala problematika umat. Karena Islam memiliki aturan yang berasal dari Sang Pencipta, Allah SWT, yang tertuang di dalam Alquran dan Assunnah. Dan hanya Khilafah Islam yang akan membebaskan manusia dari penyebaran “virus” global ini dan sistem sanksi yang akan mencegah pergaulan bebas dengan merajam dan menjilid (mencambuk) pelaku dan hukuman mati bagi pelaku penyimpangan seksual (LGBT). Sistem sanksi ini akan memberikan efek jera bagi pelaku dan memberikan efek takut untuk mencegah orang yang ingin berbuat maksiat. Dan Daulah Khilafah Islam akan menerapkan pendidikan yang berlandaskan ketaqwaan kepada Allah yang akan berdampak bagi lingkungan yang kondusif terhadap ketaatan manusia kepada Allah SWT. 

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan mengerjakan amal saleh, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai (Islam). Dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur; 24:55)

Wallahu’alam bishawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post