Akhirnya, TNI AD Berhasil Rebut Desa Arwanop dan Evakuasi Guru Korban Perkosaan TPN OPM

N3, Timika – Pasukan TNI AD pada hari Kamis, 19 April 2018 pukul 07.30 WIT telah berhasil merebut dan menduduki desa Arwanop, Distrik Tembagapura, Kab. Mimika Papua. Pasukan TNI juga berhasil mengevakuasi dan menyelamatkan guru-guru yang telah menjadi korban kebiadaban TPN OPM di desa tersebut. Operasi penyerbuan TNI ke desa Arwanop dipimpin langsung oleh Komandan Brigif 20/IJK Kolonel Inf Frits Pelamonia. Pasukan TNI AD yang bergerak dibagi dalam 4 Tim, berhasil menyusup dan mengepung daerah sekitar desa Arwanop sejak Kamis pagi jam 05.30 WIT. Selanjutnya pasukan mobil udara (Mobud) diterjunkan di Arwanop dengan menggunakan 2 helikopter Penerbad TNI AD. Dua heli itu diterbangkan oleh Kapten Cpn Iqbal dan Kapten Cpn Ferli Herdiansyah.

Mengetahui kedudukan mereka dikepung dan diserbu oleh pasukan TNI, gerombolan separatis OPM lari berhamburan dan menyelamatkan diri ke arah utara menuju kampung Jagamin. Pasukan TPN OPM itu lari kocar-kacir tanpa perlawanan dan memilih kabur meninggalkan pos-pos mereka yang diserbu secara mendadak oleh pasukan TNI AD. Setelah berhasil menduduki dan menguasai desa Arwanop, tim penyelamat dari pasukan TNI AD segera bergerak cepat untuk menyelamatkan guru-guru yang telah dikumpulkan dan dijaga oleh warga setempat di rumah kepala desa Arwanop Bapak Yonatan Beanal.

Tim penyelamat mendapati para guru korban tindak penganiayaan dan pemerkosaan TPN OPM dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Para guru itu terlihat sangat ketakutan, tertekan dan cemas. Bahkan kondisi guru perempuan korban perkosaan TPN OPM mengalami depresi berat. Nampak memar-memar dan luka-luka di wajah guru akibat penganiayaan berat yang dilakukan oleh TPN OPM beberapa hari sebelumnya.

Para guru itu segera diangkut dengan helikopter Penerbad TNI AD dan diterbangkan ke kota Timika. Sebanyak 13 orang guru yang terdiri dari 7 guru laki-laki dan 6 guru perempuan berhasil di evakuasi pada Kamis pagi sekitar pukul 09.05 WIT. Sementara selebihnya sebanyak 5 orang guru belum berhasil di evakuasi karena cuaca tidak mendukung dan masih berada di Arwanop. Rencananya para guru yang masih tertinggal akan di evakuasi pada hari Jumat (20/4) apabila kondisi cuaca memungkinkan. Para guru yang masih berada di Arwanop saat ini dijaga oleh pasukan TNI AD. Setiba di Timika, para guru perempuan segera dilarikan ke RSMM Charitas, Distrik Kuala Kencana, Mimika untuk mendapatkan pemeriksaan dan perawatan kesehatan. 

Seperti yang telah diberitakan sebelumnya di media ini bahwa telah terjadi insiden penganiayaan dan pemerkosaan terhadap guru di desa Arwanop pada hari Jumat malam (13/4)  sekitar pukul 19.00 WIT. Tindakan biadab yang dilakukan oleh gerombolan separatis TPN OPM tersebut telah menyebabkan guru perempuan berinisial MM (24 tahun) mengalami luka berat hingga pingsan akibat diperkosa oleh puluhan anggota gerombolan itu secara keji. Bahkan warga setempat sempat mengira ibu guru mereka meninggal di tempat kejadian pada malam itu. Tetapi rupanya guru MM masih hidup dan siuman pada Sabtu pagi (14/4) sekitar pukul 06.30 WIT. Segenap elemen masyarakat antara lain Bupati Mimika Eltinus Omaleng dan para akademisi di Universitas Cenderawasih Jayapura sangat marah dan mengecam kebiadaban TPN OPM terhadap para pejuang pendidikan di pedalaman Papua tersebut. Mereka meminta aparat TNI Polri agar segera bertindak mengejar para pelakunya.
Insiden ini telah membuka mata publik, baik nasional maupun internasional bahwa perjuangan memerdekakan Papua oleh gerombolan separatis TPN OPM dan sayap politik Papua Merdeka hanya omong kosong belaka. Secara nyata mereka di tanah Papua justru melanggar hak asasi orang Papua. Mereka melakukan perusakan dan pembakaran fasilitas umum milik masyarakat Papua berupa sekolah, rumah sakit, kantor distrik dan perumahan guru di desa Waa Banti, Distrik Tembagapura, Kab. Mimika pada awal April 2018 lalu. Tindakan penganiayaan dan pemerkosaan terhadap guru di desa Arwanop merupakan kelanjutan dari insiden pembakaran fasilitas umum di Waa Banti. Pasukan TPN OPM yang dipukul mundur oleh pasukan TNI Polri dari wilayah Waa Banti lari ke desa Arwanop melalui Opitawak. 

Dari dua insiden yang saling berangkai di desa Waa Banti dan Arwanop tersebut dapat ditarik benang merahnya bahwa gerakan TPN OPM dan sayap politik Papua Merdeka secara sistematis ingin membuat orang-orang Papua bodoh dan sengsara. Pembakaran gedung sekolah milik warga Papua, menyebabkan anak-anak generasi emas penerus Papua menjadi hancur masa depannya. Anak-anak di pedalaman Papua tersebut menjadi tidak dapat sekolah untuk menyiapkan masa depan mereka. TPN OPM juga merusak dan membakar klinik kesehatan warga. 

Hal ini mengakibatkan warga setempat menjadi kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai. Warga yang sakit harus ditandu puluhan kilometer menuju Tembagapura untuk berobat karena klinik mereka dibakar oleh TPN OPM. 

Komunitas nasional dan internasional perlu bersatu dan menyamakan persepsi bahwa gerakan Papua Merdeka pada kenyataannya justru menyengsarakan warga Papua. Oleh karena itu gerombolan separatis TPN OPM harus dilawan oleh seluruh elemen masyarakat di dalam dan luar negeri. Dukungan internasional terhadap gerakan separatis Papua Merdeka harus dihentikan. Insiden di Waa Banti dan Arwanop merupakan bukti nyata bahwa TPN OPM adalah pelaku pelanggar hak asasi orang Papua sehingga tidak layak didukung. Alih-alih memperjuangkan kesejahteraan masyarakat Papua, justru yang terjadi sebaliknya bahwa gerakan separatis Papua Merdeka menyengsarakan dan merugikan masyarakat sipil di Papua. 

 Lembaga-lembaga internasional termasuk PBB tidak boleh diam dan berpangku tangan menyaksikan tragedi di Banti dan Arwanop, Papua. Dunia internasional seharusnya membuka mata telinga mereka bahwa telah terjadi pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh gerombolan TPN OPM di desa Waa Banti dan Arwanop, Distrik Tembagapura Kab. Mimika, Papua. Sampai kapan warga Papua akan bisa hidup maju dan sejahtera kalau kelompok separatis Papua Merdeka selalu berusaha menghalangi kemajuan dan kesejahteraan warga Papua.( wawan )
Previous Post Next Post