Sisa Duka dan Kenangan Wamena

Oleh : Fitri
(Pemerhati Umat/Ibu Rumah Tangga, Asal Konawe)

Negri ini sedang berduka. Bagaimana tidak, krisis Papua yang berujung banyaknya jumlah korban jiwa yang tewas, terdiri dari 10 orang padang dan 22 orang bugis. Sangat Tragis karna beberapa di antaranya di bakar. Sebuah prilaku dan perbuatan sangat biadab, bahkan tidak berprimanusiaan. Sampai hari ini, masih banyak masyarakat yang acuh akan kisruh ini.

Komandan Kodim 1702 Jayawijaya, Letkol Candra Dianto, mengatakan masyarakat pendatang dan penduduk asli Papua perlu waktu dalam mengatasi trauma menyusul kerusuhan yang terjadi di tengah gelombang eksodus berjumlah sekitar 400 orang dan pengungsi lebih dari 5.000 orang (Kompas.com, Senin 22/9/2019).

Akibat trauma dan dendam konflik horisontal yang terjadi saat “Wamena Berdarah” pada tahun 2000, menyebabkan masih ada yang mengingat kejadian itu. “Memang perlu ada waktu, sejarah pernah terjadi tahun 2000 yang namanya Wamena Berdarah, di mana konflik horisontal antara pendatang dengan pribumi, terjadi pembantaian besar-besaran”.

Kejadian di Papua selama ini, membesar karna keinginan rakyat Papua untuk merdeka. Di sebabkan adanya kesengangan hidup antara rakyat Papua dengan pendatang, begitupun dengan penduduk di luar Papua. Ketika masalah rasis mencuat, lalu di asrama mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang, telah menjadi pemicu yang menggerkkan  pembangkangan rakyat distabilitasi ke amanan dan politik di Papua mencapai titik terendah.

Gagalnya Negara Dalam Mendamaikan Papua

Sebenarnya ketika kita melihat masalah Wamena ini, menjadi bukti bahwa kegagalan pemerintah dalam mengatasi masalah laten Papua. Ini adalah konflik kepentingan yang sudah terjadi sejak pendatanganan perjanjian New York, 15 agustus 1962, yang menetapkan penyerahan Papua Barat dari Belanda ke Indonesia. Sejak saat itulah Pemerintah Indonesia tidak pernah mampu mengusir cengkraman kekuatan asing di bumi cendrawasih ini.

Seperti AS dan Australia, kedua Negara ini memiliki kepentingan strategis sebagaiQuad indo pacific. Begitupulah Inggris memberi suaka pada Benny Wenda, sebagai ketua libaretion movement for west Papua(ULMWP). Maka jelaslah, negara-negara asing ini tidak mau perusahaan migasnya kehilangan sumber eksplorasi utamanya.

Tidak ketinggalan juga Cina, yang sangat bersaing secara ekonomi dengan barat, di sinyalir ikut berambisi dalam menanamkan pengaruh di Indonesia,dengan mengelontarkan bantuan pada Negara-negara Melanesia. Karena di Papua menyimpan kekayaan alam terbesar, maka berpotensial bisa menjadi faktor seperti cadangan minyak di laut Timor itu, adalah kekayaan tambang emas yang saat ini dikuasai oleh Free Port (AS), dan pengelolaan cadangan gas yang di kuasai oleh BP (Inggris).

Wajar jika Negara-negara penjajah ini,kerap ikut menyuarakan kemerdekaan Melanesia dan ikut serta mendukung pembentukan gerakan-gerakan baru di kawasanya, seperti Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Sehingga, menyelesaikan kasus HAM Papua adalah hal yang sangat mustahil. Maka, pergantian rezim yang berkuasa di Indonesia sejak orde lama sampai rezim saat ini, tidak mampu menyelesaikan masalah Papua. Dengan tawaran solusinya selalu hanya sebatas pengalihan tanggung jawab, baik dalam bentuk referendum dengan potensi papua merdeka, ataupun otonomi khusus dengan peluang penguasaan pihak kuat termaksud korporasi asing.

Padahal sebab terjadinya kekisruhan di Papua  hanya satu, yaitu pemerintahan tidak pernah dan mau memposisikan diri sebagairi'ayatunnas, sebagai penanggung jawab dan pemimpin serta penjamin keamanan. Kenyamanan dan martabat hidup hidup rakyat Papua, baik itu dari penduduk asli maupun pendatang.

Bahkan janji-janji yang mereka buat tidak mampu mereka jalankan. Baik janji-janji kebaikan ekonomi, bahkan tidak mampu memberikan pemerataan ke sejahtraan sepanjang berada dalam pengakuan Indonesia apalagi martabat.Pemerintah gagal membangun SDM Papua, agar kualifikasinya merata dan setara hingga mampu mandiri membangun wilayahnya. Harapan itu sulit dipenuhi oleh penguasa kapitalistik, dan kini hanya tinggal kenangan.

Cara Islam Menghadapi Berbagai Krisis

Ketika kita melihat, kegagalan pemerintah dalam membangun wilayah yang sejahtera sudah tidak dapat di percaya lagi. Sedangkan Rasulullah SAW, pertamakali yang di lakukan dalam mendirikan negara Islam di madinah yaitu, beberapa hal ini adalah kinerja besar yang menjadi asas berdirinya daulah di Madinah.

Diantara kinerja itu adalah, masjid di pusat oprasional negara; pemersaudaraan Muhajirin dan Anshar sebagai langkah strategis untuk menjaga persatuan dan kesatuan internal umat; Piagam Madinah sebagai nota kesepakatan untuk menjaga kedamaian antar kelompok di luar Islam; Untuk menghadapi kondisi tersebut, Rasulullah memiliki strategi yang sederhana namun cukup ampuh, yaitu:

1. Mempersaudarakan antara muhajirin dan anshor tanpa memperdulikan asal-usul mereka.Rasulullah berusaha mempersatukan antara Abdurrahman bin Auf ra misalnya, dipersaudarakan dengan seorang Anshor bernama Sa’ad bin Rabi’ ra. Di mana saat itu, kalangan Muhajirin berada dalam situasi yang sangat memerlukan bantuan untuk meringankan segala beban hidup di tempat yang asing, dengan kondisi ekonomi yang masih lemah, dan pengaruh psikologis lantaran berpisah dengan keluarga besar mereka di Mekah.

Langkah ini merupakan bentuk sikap yang lurus, kesempurnaan nubuwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kematangan politik beliau, dan kebijaksanaan yang dapat diterima semua kalangan. Walhasil, melalui konsep persaudaraan seperti itu masyarakat Islam Madinah saling menyatu dan menjadi satu tubuh untuk sama-sama memikul beban yang ditanggung.

2. Melakukan upaya perbaikan akhlak pengikutnya. Saat itu, para sahabatnya masih banyak yang mewarisi mental jahiliyah, sebagai upaya untuk melakukan proses transformasi social ditengah komunitas masyarakat Madinah. Beliau menekankan pada setiap sahabatnya untuk berlaku sopan terhadap siapa saja, saling menghormati, bekerja keras untuk mencukupi kebutuhannya dan bukan dengan meminta-minta, serta keharusan membantu tetangga yang membutuhkan tanpa memandang agama dan suku.

3. Proses islah (perbaikan) terhadap berbagai suku yang ada. Rasul SAW menekankan perlunya toleransi terhadap penganut agama lain, kebebasan untuk beribadah, perlindungan terhadap tempat-tempat ibadah dan perlakuan yang sama di depan hukum.

4. Perjanjian bantu membantu.Penduduk Madinah sesudah peristiwa hijrah itu terdiri atas tiga golongan yaitu: kaum muslimin. Bangsa Yahudi dan bangsa Arab yang belum menganut Islam. Rasulullah menciptakan suasana bantu membantu dan sifat toleransi antara golongan-golongan tersebut.

Berikutnya yang di lakukan Rasulullah adalah penguatan militer melalui pengiriman ekspedisi sariyyah sebagai penguat stabilitas keamanan; pembinaan dari segi pendidikan dan keilmuan sebagai peningkatan mutu SDM; dan pembangunan pasar sebagai faktor fundamental untuk membangun ekonomi masyarakat madinah.

Maka hari ini, jika ingin belajar kesuksesan membangun wilayah plural dan sulit medan, bercerminlah pada khilafah islamiyyah. Kesuksesan khilafah menyatukan 2/3 dunia dengan meleburkan semua ras manusia dalam wadah yang sama hanya terjadi bila di lakukan sesuai petunjuk Allah SWT. Dan tuntunan Rasulullah SAW. Bukan dikte asing atau nafsu berkuasa atas harta dan tahta. Wallahu 'alam

Post a Comment

Previous Post Next Post