Halloween Itaewon Berujung Maut


Oleh  Rina Ummu Meta
(Ibu Rumah Tangga)

Sebuah tradisi tahunan perayaan Halloween baru-baru ini digelar di Korea Selatan. Malangnya party ini berujung pada kematian masal. Pasalnya warga yang menghadiri perayaan ini mencapai ratusan ribu. Hingga menyebabkan saling berdesakan, sulit bernapas, pingsan hingga jatuh bertumpuk-tumpuk.

Tragedi pesta Halloween menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Mereka melewati malam tanpa tidur di luar rumah sakit, bertanya-tanya di mana anak mereka berada. Setidaknya 149 orang, sebagian remaja dan orang-orang berusia 20 tahunan, tewas ketika kerumunan besar melonjak ke gang sempit pada Sabtu, 29 Oktober 2022 malam.
(pikiran rakyat, 30/10/2022)

Faktor yang mendorong mereka berbondong-bondong ke pesta Halloween tersebut diantaranya karena ingin exis di jagat maya. Di samping dampak dari pandemi yang mengekang mereka sekian lama sehingga mereka butuh hiburan. Maka ketika ada pesta seperti ini mereka langsung turun merayakannya. 

Ini menggambarkan mereka hidup hanya mencari kesenangan dunia semata, tanpa memandang maksiat atau tidak, berbahaya atau tidak, yang penting happy. Pada pesta Halloween itu terjadi aktifitas kemaksiatan seperti, ikhtilat yaitu campur baur laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, minum miras, buka aurat, nge-drugs dan lainnya. 

Mereka tidak paham tujuan hidup yang hakiki, karena memang lahir dari sistem Sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan hingga jauh dari pemahaman agama.
Ketika suatu negara menganut sistem Liberalisme yaitu pandangan hidup yang membebaskan segala sesuatu maka masyarakat bebas melakukan apa saja yang mereka suka. Bahkan negara pun  mengijinkan para korporat membangun industri hiburan yang orentasinya adalah materi.

Peristiwa di atas layak jadi perhatian, pasalnya remaja yang seharusnya haus akan  ilmu, justru lebih suka hadir dalam  pesta dan hura-hura yang unfaedah.

Kondisi ini jauh berbeda dengan saat Islam diterapkan secara menyeluruh di bawah naungan negara Khilafah. Pada masa itu masyarakat tidak mudah melakukan aktifitas yang mengarah pada kemaksiatan karena mereka paham bahwa aktifitas di dunia ini kelak akan dihisab di akhirat. Sehingga mereka terdorong untuk senantiasa dalam ketaatan kepada Rabbnya. 

Islam diterapkan secara total dalam setiap aspek kehidupan termasuk dalam sistem pendidikan, yang bertujuan mencetak generasi tangguh yang memiliki pola pikir dan pola sikap Islam. Konser-konser atau pun festival yang merupakan ajang kemaksiatan dilarang oleh negara. Jika masih ada yang melanggar aturan tersebut maka akan diberi sanksi tegas.

Dalam negara Khilafah yang ada adalah kajian-kajian, forum diskusi Islam yang menghantarkan pada ketaatan. Sehingga tidak ada orang meninggal dalam keadaan bermaksiat.

Waallahu a'lam bishshowab

Post a Comment

Previous Post Next Post