Menhut Zulkifli Hasan : “Indonesia Miliki Kekayaan Hutan Berlimpah”

Nn, Padang -- Sumberdaya hutan di Indonesia merupakan sumberdaya alam terbarukan, sehingga mutlak bagi Pemerintah dan Masyarakat untuk melakukan pemanfaatan dengan diiringi kegiatan pengelolaan secara berkelanjutan. Di Indonesia bisa panen kayu dalam jangka waktu 5 tahun, Tanaman Sengon, yang nilai ekonomisnya lebih tinggi dari pada tanaman padi. Dan hal ini tidak bisa di negara lain, seperti Singapura, Korea, Cina bahkan Amerika, namun untuk pulau Jawa ini dibatasi karena kita juga perlu menjaga kelestarian pangan.

Hal tersebut diungkapkan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan ketika memberikan orasi ilmiah pada acara wisuda Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat di Padang (Sabtu 18/05).

Lebih lanjut Menhut menegaskan, program ini amat cocok bagi daerah-daerah diluar pulau Jawa yang lahan masih luas dan belum tergarap. Sayang hal ini belum banyak masyarakat kita diluar pulau Jawa memanfaat potensi ini. Selain masyarakat kita belum lagi ada kemauan kuat untuk menanam hal-hal yang bernilai tinggi ini karena faktor kebiasaan.

Ada seorang peneliti yang tidak setuju dengan prinsip bahwa ” pontensi alam terbatas”, ia menyatakan sebaliknya kebutuhan yang mesti dibatasi. Dimana jika manusia itu dapat membatasi kebutuhannya, ” tidak mungkin seseorang memakai pakaian berlebihan, toh yang dipakai tetap satu ”. Karena Allah menciptakan alam semesta itu dengan potensi yang berlimpah, tidak akan ada habisnya, jika ada sesuatu yang kekurangan alam bumi selalu bergerak kembali memperbaiki dirinya menutupi kekurangan, melalui pergeseran yang kita sebut dengan bencana alam dan lain-lain, terori ini lebih dengan pemahaman dalam Al-Quran, ungkapnya.

Menhut Zulkifli Hasan juga mengatakan, sumberdaya hutan di Indonesia mempunyai arti penting bagi kelangsungan pembangunan ekonomi, sosial, lingkungan, bahkan dapat menentukan posisi geopolitik Indonesia di tataran Internasional. Hal tersebut sangat dirasakan pada decade 1980-an, ketika hutan menjadi penyumbang devisa negara terbesar ke 2 setelah minyak dan gas. Namun masa kejayaan dimaksud menurun drastis mulai tahun 1999 hingga 2000-an.

Turunnya nilai ekonomi hutan berdampak langsung terhadap penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya hutan, sebagai akibat eksploitasi yang berlebihan. Laju deforestasi sangat tinggi mencapai 3 koma 8 juta Hektar per tahun. Untuk itu, degradasi hutan harus segera diperbaiki, namun diupayakan hutan tetap memberikan hasil ekonomis bagi masyarakat. Pola yang bisa dilakukan yakni dengan membuat hutan kemasyarakatan, hutan rakyat, hutan nagari di Sumatera Barat, dimana masyarakat sekitar hutan diizinkan memanfaatkan hutan dengan syarat harus menanam pohon terlebih dahulu.

Masyarakat di sekitar hutan yang saat ini jumlahnya mencapai 6 ribu desa, diberikan peluang mengolah dan memanfaatkan hutan. Namun mereka terlebih dahulu harus melakukan perbaikan hutan, sehingga langsung terdapat nilai pemeliharaan dan pemanfaatan. Selain itu masyarakat akan mempunyai rasa kepemilikan terhadap hutan, sehingga tanggung jawabnya pun terbentuk, ungkapnya.

Zulkifli menambahkan, banyak hasil hutan non kayu yang bisa dimanfaatkan. Komoditi tersebut harus dioptimalkan pemanfaatannya. Dengan upaya pemanfaatan hutan sekaligus pelestarian, Zulkifli yakin hutan di Indonesia akan kembali hijau. Ada 2 hal pokok untuk membangun sektor hutan ke depan yakni, membangun industri kehutanan berbasis tanaman, dan membangun taman nasional.

Indonesia memiliki iklim sangat menguntungkan untuk menumbuhkan aneka ragam tanaman yang nantinya dapat diolah oleh pihak industri menjadi bahan pakai, seperti tanaman obat-obatan. Sementara itu, dengan membangun Taman Nasional, maka banyak keuntungan yang bisa dimanfaatkan, diantaranya, pembuatan wisata alam, melimpahnya sumber air, dan adanya energy terbarukan di kawasan hutan konservasi. Berdasarkan perhitungan, di kawasan hutan konservasi di Indonesia terdapat 6 koma 7 milyar kubik massa air komersial, 29 koma giga ton watt gas bumi, serta energy mikro hydro yang besar.

Sangat besar manfaat jika kita benar-benar mampu merealisasikan hutan tanaman dan taman nasional. Namun nantinya, pemanfaatan komoditi yang ada juga butuh kehati-hatian, jelasnya.

Menteri Zulkifli menjelaskan, dalam mewujudkan program hutan tanaman dan penciptaan taman nasional, dibutuhkan biaya yang cukup besar. Pembangunan hutan tanaman hingga 2025, diperkirakan membutuhkan investasi swasta 1500 Trilliun, dengan proyeksi devisa yang bisa didapat sebesar 690 Trilliun. Sedangkan pembangunan taman nasional membutuhkan investasi pihak swasta dan publik sebesar 27 koma 1 Trilliun, dengan keuntungan devisa yang didapat 39 koma 97 Trilliun. Zardi

Previous Post Next Post