Oleh: Dwi Oktaviani Tamara (Pegiat Literasi)
Makin ke sini, generasi muda kita makin mendekat dengan lingkungan kriminal dan makin jauh dari ketaatan. Seperti halnya berita yang datang dari Lamongan, Jawa Timur. Telah ditemukan jasad membusuk di sebuah warung kopi yang sudah lama tutup. Setelah ditelusuri, jasad yang ditemukan dalam kondisi mengenaskan ini akhirnya terungkap sebagai korban pembunuhan, dengan pelaku yang tak lain adalah teman korban sendiri.
Setelah penyelidikan lebih lanjut dan hasil autopsi, polisi mengungkapkan bahwa korban adalah seorang pelajar berinisial VPR (16), asal Desa Banjarejo, Kecamatan Sukodadi, Lamongan. Pelaku, yang ternyata adalah teman korban, diidentifikasi sebagai AI (16), warga Kecamatan Made, Lamongan, Jawa Timur. (Kompas.com, 15/1/2025).
Motif pembunuhan itu ternyata berawal dari penolakan cinta. Karena tak terima dengan penolakan yang dilakukan korban, pelaku kemudian melakukan pembunuhan sadis tersebut. "Ketika pelaku menyatakan cinta, ditolak oleh korban," ujar Kapolres Lamongan.
Miris, melihat berita kasus pembunuhan belakangan ini, apalagi pelaku dari kasus tersebut adalah seorang remaja yang masih berumur belasan tahun. Sungguh tidak habis pikir, seorang anak sekolah bisa-bisanya dengan teganya menghabisi nyawa teman sebayanya sendiri dengan begitu kejam, hanya karena cintanya ditolak. Ini baru satu kasus, belum lagi kasus-kasus lainnya. Hal ini tentu mencerminkan betapa pilunya kondisi generasi muda saat ini.
Hal ini menunjukkan bahwa remaja hari ini sangat jauh dari tuntunan Islam yang semestinya. Seharusnya generasi kita menjadi umat yang terbaik (*khairu ummah*), tetapi justru generasi kita saat ini menjadi generasi yang sadis, agresif, pendendam, memiliki mental yang rusak, berpikiran pendek, bahkan sampai melakukan tindak kriminal.
Di sinilah peran keluarga sangat dibutuhkan. Sejatinya, keluarga adalah tempat seorang anak mendapatkan kehangatan, pendidikan terbaik, perlindungan yang aman, serta penanaman nilai-nilai moral yang berasal dari Islam sehingga kesehatan mental seorang anak terjaga dengan baik.
Namun, karena sulitnya ekonomi dan gaya hidup sekuler, banyak orang tua sibuk dengan pekerjaan mereka sehingga lupa bahwa ada anak yang harus mereka didik dan jaga.
Kondisi ini diperparah dengan lingkungan sosial yang tidak mendukung. Banyaknya kasus kekerasan yang terjadi di tengah masyarakat membuat masyarakat seolah abai dan bersikap individualis serta liberal. Akibatnya, hilangnya fungsi kontrol dalam masyarakat membuat lingkungan bak hutan belantara hingga hal-hal negatif pun merajalela.
Di sini, negara seharusnya menjadi tameng terdepan dalam menyelesaikan masalah yang terjadi pada rakyatnya, termasuk dalam mengatasi kerusakan generasi yang semakin parah setiap harinya. Namun, dalam sistem sekuler ini, kebebasan justru dijunjung tinggi bebas bertingkah laku, berpendapat, dan beragama. Kebebasan inilah yang mempengaruhi pola pikir dan sikap generasi muda saat ini.
Tak hanya itu, kurangnya pendidikan moral di sekolah membuat para pelajar hanya fokus pada pembelajaran akademis. Mungkin ada pelajaran agama, tetapi sifatnya hanya teoritis, tidak melekat pada perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya, generasi muda saat ini sangat jauh dari agama. Mereka beranggapan bahwa kesenangan dunia adalah fokus utama, seperti gawai, uang, musik, percintaan, dan lain-lain.
Belum lagi kurangnya pengawasan negara terkait media elektronik, terutama media sosial. Banyak orang salah menggunakannya. Banyaknya konten yang mempertontonkan tindak kekerasan membuat generasi muda beranggapan bahwa itu sesuatu yang keren dan patut ditiru. Akibatnya, aksi seperti tawuran, perundungan (*bullying*), pornografi, serta pembunuhan justru dijadikan bahan konten di media sosial, sehingga menginspirasi generasi lain untuk melakukan hal yang sama.
Semua penyebab kekerasan yang terjadi saat ini adalah buah dari sistem kapitalisme-sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Agama hanya dijadikan sebagai urusan spiritual (*ruhiyah*) belaka, yang hanya mengatur ibadah dan akidah saja, sedangkan urusan lain tidak boleh dikaitkan dengan Islam. Akibatnya, masyarakat tumbuh tanpa mengenal konsep halal dan haram serta bertindak semaunya sendiri tanpa rasa takut terhadap murka Allah.
Sudah jelas bahwa masalah yang terjadi pada generasi kita saat ini adalah hasil dari sistem kapitalisme-sekularisme. Maka dari itu, kita sangat membutuhkan sistem yang memberikan solusi terbaik dan tuntas untuk masalah umat, yaitu dengan menerapkan sistem Islam secara *kaffah*.
**Islam Solusinya**
Untuk membentuk generasi yang berkualitas, cerdas, dan bertakwa, dibutuhkan pemimpin dan negara yang bisa mengatur urusan umat sesuai dengan syariat Islam. Negara memiliki kewajiban dan tanggung jawab penuh atas pertumbuhan dan perkembangan generasi di bawah kontrol serta pengawasannya. Karena pengurusan dan kontrol negara sangat berpengaruh terhadap pembentukan generasi muda di masa depan.
Dalam sistem Islam, kekerasan akan dicegah dengan menerapkan sistem pendidikan berbasis akidah Islam yang tidak hanya berfokus pada aspek akademis, tetapi juga membentuk akhlak mulia pada anak-anak. Dengan sistem Islam yang diterapkan, karakter dan kepribadian Islam akan terbentuk pada diri generasi muda.
Tak hanya dalam sistem pendidikan, Islam juga menerapkan aturan dalam sistem sosial dan pergaulan. Di antaranya adalah menjaga pergaulan antara laki-laki dan perempuan, larangan berkhalwat (berduaan tanpa mahram), ikhtilat (campur baur tanpa aturan), pacaran, serta kewajiban menutup aurat secara syar’i bagi perempuan. Rasulullah saw. bersabda:
*"Janganlah sekali-kali seorang pria dan wanita berkhalwat, kecuali jika wanita itu disertai mahramnya."* (HR. Bukhari)
Negara juga akan mengontrol dan mengawasi media sosial serta memberantas habis tayangan-tayangan yang dapat merusak pola pikir generasi, seperti konten pornografi, kekerasan, dan kemaksiatan. Negara juga akan menerapkan sistem sanksi tegas bagi pelaku kemaksiatan, sehingga mereka jera dan tidak mengulangi perbuatannya.
Inilah gambaran ketika sistem Islam diterapkan di dunia. Dengan sistem ini, generasi berkualitas akan lahir, yang siap melanjutkan kehidupan Islam di masa mendatang.
Wallahu a'lam bish-shawab.
COMMENTS