Oleh: Ermaliati, M.Pd
(Akademisi)
5 Oktober 2024 lalu merupakan peringatan Hari Guru Sedunia. Peringatan ini telah dirayakan sejak tahun 1994. Peringatan ini merupakan hari bagaimana para guru mentransformasi pendidikan, juga untuk merefleksikan dukungan yang mereka butuhkan untuk mengerahkan bakat dan panggilan mereka sepenuhnya, serta untuk memikirkan kembali jalan ke depan bagi profesi ini secara global.
UNESCO mengusung tema “Valuing teacher voices: Towards a new social contract for education” yang artinya “Menghargai Suara Guru: Menuju Kontrak Sosial Baru untuk Pendidikan”. Detiknews
Sekretaris Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Temu Ismail, mengapresiasi kontribusi guru-guru Indonesia. Menurut Temu, para guru yang telah membawa kemajuan pada pembangunan pendidikan nasional dalam mewujudkan sumber daya manusia (SDM) unggul dan bisa menghadapi semua tantangan. Kompas.com
Dengan tema yang diangkat tersebut menggarisbawahi urgensi menyerukan dan mendengarkan suara guru untuk mengatasi tantangan mereka, tetapi yang paling penting adalah mengakui dan mengambil manfaat dari pengetahuan dan masukan para ahli yang mereka berikan kepada dunia pendidikan.
Sedemikian penting peran guru, dalam hal ini suara guru dalam kemajuan Pendidikan, namun fakta di Indonesia justru menunjukkan hal sebaliknya.
Guru dihadapkan pada berbagai persoalan, baik gaji yang belum menyejahterakan, bahwa gaji guru PNS dan gaji guru honorer pun PPPK di Indonesia menjadi topik yang hangat diperbincangkan. Terdapat beberapa kekurangan dalam sistem pendidikan kita, termasuk masalah kegagalan gaji guru di beberapa daerah.
Salah satu protret buram tentang gaji guru sebagaimana yang dialami Bapak Alvi Noviardi, 56 tahun, salah satu guru honorer di Kampung Bantar Muncang, Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Dia menjadi viral di media sosial karena menyambi jadi pemulung selepas mengajar. Kisah Alvi menjadi ramai di media sosial setelah seseorang membagikan video ketika dirinya sedang memulung. Ia telah menjadi guru honorer selama 38 tahun di lebih dari 30 sekolah di Kota Sukabumi maupun Kabupaten Sukabumi. jawapos.com
Dunia Pendidikan juga berhadapan dengan kurikulum yang membingungkan dan menjauhkan anak dari perilaku utama, juga tekanan hidup yang tinggi. Guru juga tak dihargai sepatutnya, hanya dianggap sebagai faktor produksi, pendidik siswa. Tata kehidupan sekulerisme pun mempengaruhi jati diri guru, sehingga tega melakukan tindakan buruk pada siswa, berupa kekerasan fisik maupun seksual, bahkan mengakibatkan siswa meregang nyawa.
Kasus tragis yang terjadi pada 5 Oktober 2024 di sebuah Pondok Pesantren (Ponpes) di Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, di mana seorang santri membakar gurunya karena dendam akibat kerap dibully. Sebaliknya Tindakan guru terhadap murid juga baru-baru ini terjadi dengan beragam tindakan kriminalitas dengan berbagai latar belakang.
Persoalan seputar guru tersebut bersifat sistemis, bukan hanya kasus personal individual maupun instansi tertentu. Oleh karenanya, kita butuh solusi sistemis untuk menyelesaikan persoalan yang guru hadapi secara tuntas hingga terwujud guru berkualitas dan selanjutnya menghasilkan generasi cerdas bertakwa.
Islam memiliki sistem pendidikan yang mampu menghasilkan guru yang berkualitas, bersyaksiyah Islamiyah, kemampuan terbaik, dan mampu mendidik siswanya dengan baik pula. Pendidikan adalah kebutuhan asasi dan harus dikecap oleh manusia dalam hidupnya. Keduanya termasuk masalah pelayanan umum dan kemashlahatan hidup terpenting.
Negara merupakan pihak yang berkewajiban mewujudkan pemenuhan kedua hal ini untuk seluruh rakyatnya. Islam telah menetapkan bahwa yang akan menjamin dua jenis kebutuhan dasar itu adalah negara. Pengadaaan dan jaminan terhadap kedua kebutuhan mendasar ini akan ditanggung sepenuhnya oleh negara, baik untuk orang miskin maupun kaya, muslim maupun non muslim.
Islam juga memberikan porsi perhatian yang sangat besar terhadap gaji guru. Pada saat itu, gaji guru diambilkan secara langsung dari Baitul Maal. Sebab, jaminan untuk mendapatkan pendidikan terbaik merupakan tanggung jawab negara Islam. Rasulullah pernah menetapkan kebijakan terhadap tawanan perang Badar, apabila seorang tawanan telah mengajar 10 orang penduduk Madinah dalam hal baca dan tulis akan dibebaskan sebagai tawanan.
Ad-Damsyiqy menceritakan suatu kisah dari al-Wadliyah bin Atha’, yang mengatakan bahwa di kota Madinah ada tiga orang guru yang mengajar anak-anak. Oleh khalifah ‘Umar bin Khaththab ra guru-guru tersebut digaji 15 dinar tiap bulannya.
Bila demikian kenyataannya, kita sebagai orang yang berakal sehat pasti akan lebih condong kepada sistem Islam yang demikian sempurna dan agung. Alangkah indahnya jika syari’at Allah diterapkan di muka bumi ini. Sungguh, rahmat, kemuliaan dan kesejahteraan akan dikecap oleh setiap umat manusia, baik muslim maupun kafir, bila hukum-hukum Allah ditegakkan di muka bumi ini.
COMMENTS