Potret Buram Masyarakat Sekuler


Oleh Yunita M 
(Anggota Komunitas Sahabat Hijrah Balut)

Baru-baru ini publik dibuat heboh dengan kabar kematian satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat. Satu keluarga tersebut terdiri dari kepala keluarga, istri, anak serta satu ipar dari sang istri. Mirisnya, dari hasil autopsi diketahui mereka telah meninggal 3 minggu yang lalu dan dugaan sementara meninggalnya empat anggota keluarga tersebut akibat kelaparan. Namun, hal itu masih dugaan belum dipastikan kebenarannya, sehingga saat ini proses penyelidikan masih terud dilakukan. (kumparannews.com,14/11/2022)

Sampai saat ini publik dibuat bertanya-tanya mengapa sampai tragedi itu bisa terjadi dan apa motif dibalik meninggalnya satu keluarga di Kalideres tersebut. Bahkan ada yang mengaitkan sikap antisosial dari keluarga tersebut yang membuat kematian mereka bisa tak diketahui warga sekitar. Pasalnya, keluarga tersebut dikenal sebagi keluarga yang tertutup dan antisosial. Saking tertutupnya, bahkan kematian keluarga itu baru terungkap setelah tiga minggu. (republika.co.id, 12/11/2022)

Sungguh miris fakta dari kasus kematian satu keluarga tersebut. Hal ini menggambarkan kepada kita bahwa kehidupan bermasyarakat saat ini jelas tidak baik-baik saja. Ada persepsi, pemahaman maupun tingkah laku yang harus diperbaiki dalam menjalani kehidupan sebagai makhluk sosial yang memang fitrahnya saling membutuhkan satu sama lain. Apalagi dalam kehidupan sosial, bermasyarakat dan bertetangga.

Sikap Antisosial

Pada dasarnya, sikap antisosial adalah seseorang yang tidak suka bergaul, sikap menutup diri dari masyarakat dari banyak hal.  Sehingga, orang yang mempunyai sikap demikian cenderung menjauh dari masyarakat tempat ia tinggal. Pada akhirnya, orang-orang di sekitarnya pun tak akan tahu-menahu perihal diri maupun keluarganya yang akan memicu sikap cuek dan cenderung apatis bagi orang-orang di sekitar nantinya.

Tidak bisa dimungkiri, kehidupan kita saat ini cenderung berorientasi pada sikap individualistis. Entah dengan berbagai macam alasan, banyak dari mereka yang menarik diri dari interaksi sosial dari masyarakat tempat tinggalnya. Hal inilah yang menjadikan krisisnya hubungan baik dalam skala bertetangga.

Pola Hubungan Bertetangga Dalam Masyarakat Sekuler

Krisisnya moral dan tertancap kuatnya sikap individualis masyarakat hari ini berdampak pada hilangnya kepedulian antar sesama bahkan kepedulian terhadap tetangga. Hal ini menumbuh suburkan sikap apatis yang seharusnya tidak ada dalam diri seseorang. Sebab, bagimanapun juga manusia adalah makhluk sosial yang saling ketergantungan satu dengan yang lain.

Namun, tabiat masyarakat yang seperti itu tidak akan hilang. Pasalnya, masyarakat saat ini terdidik dan dibentuk dari pola kehidupan yang sekuler. Sekuler pada dasarnya berangkat dari diterapkannya sistem kapitalisme yang melahirkan kehidupan yang berorientasi pada nilai materi semata. Manusia diajarkan untuk senantiasa mengejar materi, sementara kehidupan yang seharusnya saling mengayomi, saling memberi sekalipun itu hanya sekadar memberi perhatian antar sesama terkikis dan dilupakan. 

Masyarakat dalam kehidupan sekuler, sejatinya tidak memahami hakikat dari kehidupan bertetangga. Mereka tahu hanyalah sekadar hidup dalam satu lingkungan yang sama, sedangkan bagaimana seharusnya hubungan di jalani secara baik dan benar agar tercapainya kemaslahatan bersamabersama, tidak diketahui. 

Di samping itu, kehidupan sekuler yang jauh dari aturan agama ini cenderung  meniadakan peran pemerintah atau pemimpin sebagai penjaga dan pengayom masyarakat. Pemimpin yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam mengatur pola kehidupan dalam bermasyarakat justru tidak melakukan perannya sebagaimana mestinya. Padahal, apapun yang terjadi dalam masyarakat yang dipimpinnya adalah tanggungjawabnya.

Inilah dampak dari pola pengasuhan sekuler kapitalisme. Tertancapnya sikap apatis, individualis, sebab tak paham hakikat kehidupan antar sesama. Padahal nantinya hal tersebut akan di minta pertanggungjawaban dihadapan Allah Swt. 

Bagaimana Islam Mengatur Kehidupan Bertetangga

Dalam Islam, Allah Swt. telah mengatur bagaimana hubungan yang baik antar sesama termasuk dalam kehidupan bertetangga. Bahkan hal tersebut dikaitkan dengan keimanan seorang muslim. Seperti dalam hadis berikut:

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya, dan siapapun yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Muslim)

Hadis di atas menjelaskan kepada kita bagaimana kedudukan kehidupan  bertetangga dalam Islam. Sehingga memuliakan dan berbuat baik kepada tetangga adalah hal wajib untuk di lakukan seorang muslim.

Islam dengan segala aturannya yang rinci telah menjelaskan pentingnya bagaimana mengatur pola hubungan yang baik antar tetangga. Maka dalam kehidupan yang menerapkan Islam, sikap apatis maupun antisosial atau individualis jelas tidak akan ada. Jika pun ditemukan, tidak dibiarkan tumbuh subur di tengah-tengah masyarakat.

Pemimpin dalam Islam akan menerapkan aturan yang bersumber dari syariat dalam mengatur bagaimana kehidupan bertetangga yang harus dijadikan acuan masyarakat. Melalui pembinaan akidah dan keimanan masing-masing individu, sehingga kesadaran setiap orang dalam berbuat baik kepada sesamanya tertancap kuat atas dasar imannya kepada Allah Swt. sehingga sikap antisosial tidak akan tumbuh di tengah- tengah masyarakat.

Di samping itu, negara akan menegaskan kewajiban setiap orang adalah beramar makruf nahi mungkar yakni senantiasa mengajak pada yang baik dan mencegah dari yang mungkar. Sehingga sikap individualis apalagi antisosial tidak akan tumbuh dalam kehidupan masyarakat Islam. Sebab dalam Islam, masyarakat adalah sekumpulan manusia yang memiliki pemikiran, perasaan dan peraturan yang sama yakni bersumber dari syariat Islam.

Sehingga, tujuan kehidupan mereka satu dan jelas yakni beribadah kepada Allah dan senantiasa berlomba dalam kebaikan. Tidak akan rela jika saudaranya terjatuh dalam kemasiatan dan penderiataan hidup.

Maka, sudah saatnya Islam dijadikan sebagai aturan kehidupan yang menyeluruh tanpa tapi. Hanya Islam yang mampu mewujudkan kehidupan yang terbaik di dunia maupun di akhirat. Sebab, bersumber dari Allah Swt dan sesuai dengan fitrah manusia. 
  
Wallahualam bissawab

Post a Comment

Previous Post Next Post