Bullying, Potret Buruk Pelajar Indonesia


Oleh Nahla Nabila
Pegiat Literasi 

Kasus bullying atau perundungan makin kerap terjadi di dunia pendidikan Indonesia. Kasus terbaru adalah seorang bocah kelas 2 SD di Malang menjadi korban pengeroyokan 7 orang kakak kelasnya hingga koma. Diduga motif pengeroyokan ini adalah pemalakan, dan ini sudah terjadi sejak korban duduk di bangku kelas 1. (www.merdeka com, 25/11/2022)

Sebelumnya, seorang siswa kelas 9 di Bandung dipukul dan ditendang oleh teman sekelasnya hingga pingsan dan harus dilarikan ke rumah sakit. Saat itu mereka sedang memainkan sebuah game, dan korban diminta untuk ikut bermain walaupun korban sudah menolak. (www.kompas.com,19/11/2022)

Kasus bullying tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah tapi juga sering terjadi di luar sekolah. Seperti yang terlihat dalam sebuah video yang baru-baru ini viral, di mana beberapa orang pelajar tingkat menengah atas di Tapanuli selatan, menghampiri seorang perempuan tua yang sedang berjalan dan salah seorang pelajar menendang perempuan tersebut hingga tersungkur ke aspal. Ketika ditanya alasannya, mereka mengaku iseng. Miris. (www.detiknews.com, 24/11/2022)

Islam sangat menentang aktivitas perundungan. Dalam Al-Qur'an surat al-hujurat ayat 11 disebutkan:
"Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."

"Bukan termasuk dari kami orang yang tidak menyayangi yang kecil dan menghormati yang besar." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dari sahabat Abdullah bin 'Amr Bin 'Ash)."

Di antara penyebab terjadinya kasus bullying di lingkungan sekolah adalah kurangnya pengawasan guru, ketidakpedulian para siswa, bahkan pembiaran yang dilakukan oleh pihak sekolah. Kurikulum sekolah saat ini juga sangat minim membahas masalah akhlak. Padahal ini adalah hal utama yang harus dipelajari oleh siswa sebelum mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Apalagi ada wacana pelajaran agama akan dihapuskan. Maka bukan tidak mungkin ini akan menumbuh suburkan kasus bullying di sekolah.

Aturan yang tegas di sekolah juga diperlukan untuk memberantas aktivitas bullying. Pihak sekolah harus konsisten memberikan sanksi kepada pelaku tanpa melihat latar belakangnya. Juga diperlukan adanya komunikasi antara pihak sekolah dengan orang tua siswa, agar kedua belah pihak bisa mencari solusi terbaik dan benar saat terjadi aktivitas bullying.

Kondisi keluarga juga sangat mempengaruhi. Banyak pelaku bullying yang lahir dari keluarga yang kurang harmonis, atau kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Anak adalah imitasi orang tua, mereka sering meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya, termasuk perbuatan yang buruk. Akhirnya perbuatan buruk ini "dipraktekkan" kepada orang lain di luar rumah. Karena itulah orang tua harus menjadi model yang baik bagi anak-anaknya.

Orang tua harus menanamkan keimanan sejak dini kepada anak-anaknya. Ajarkan mereka tentang syariah Islam, termasuk adab dan akhlak. Kenalkan juga anak-anak kita kepada sosok teladan yaitu Rasulullah saw. beserta para sahabat. Jauhkan mereka dari sosok-sosok yang akan memberikan pengaruh buruk. Tanamkan hobi membaca, terutama buku-buku Islami. Dampingi mereka saat menonton TV dan bermain gadget. Ajak mereka ke kajian-kajian supaya bertambah pengetahuan agamanya. Dan jangan sungkan untuk menegur atau memberikan sanksi yang bersifat mendidik apabila mereka melakukan perbuatan yang buruk.

Dan lagi-lagi negara sangat berperan penting dalam memberantas kasus bullying ini. Negara harus turut serta dalam menciptakan sekolah yang kondusif, dengan kurikulum berbasis akidah Islam serta metode pembelajaran yang tepat. Pelajaran agama dan akhlak porsinya harus lebih banyak untuk membentuk karakter dengan keimanan yang kuat pada anak didik. Diharapkan nantinya sekolah akan mencetak generasi muda yang tidak hanya berilmu tapi juga beradab.

Benarlah ucapan Abu Zakariya An Nabari, ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh.
Wallahualam bissawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post