Trend Citayam Merebak Ke Baubau, Kapitalisasi Potensi Pemuda



Oleh Annisa Al Maghfirah
(Pegiat Dakwah)

Fenomena “Citayam Fashion Week” (CFW) membooming. Aktivitas  ini awalnya diramaikan anak muda dari wilayah Sudirman, Citayam, Bojonggede, dan Depok. Para remaja yang nongkrong di tempat inipun dijuluki sebagai remaja SCBD (Sudirman Central Business District).

Lokasinya berada di dekat Terowongan Kendal, tak jauh dari stasiun MRT Dukuh Atas dan stasiun KRL Sudirman. Tepatnya berlokasi di kawasan Dukuh Atas, Menteng, Kecamatan Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Nongkrong seakan telah menjadi budaya utamanya. Tampil gaya adalah akitivitas utamanya. Jalan raya dan zebra cross dianggap catwalknya.

Tren fashion di jalanan ini mulai merebak ke berbagai daerah. Seperti di Padang, Makassar, Raha dan masih banyak lagi termasuk kota Baubau. Hal itu telihat dari aksi mahasiswa Ilmu Komunikasi, salah satu universitas ternama yang menggelar event ini di jalan Betoambari tepat di depan kampus tersebut. Mereka berlenggak lenggok menggunakan pakaian seragam sekolah hingga pakaian dengan kain tenun khas Buton (Tribunnewssultra.com, 27/07/2022)

Walaupun panen komentar negatif dari netizen, fenomena ini justru mendapat apresiasi dari penguasa dan sebagian masyarakat kita. Misalnya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno yang berharap kawasan Sudirman Center Business District (SCBD) dan CFW ini bisa menjadi pusat budaya dan fesyen ekstrem sebagaimana Harajuku di Jepang. Lalu, ada potensi ekonomi sebagai sumber konten menarik untuk mengangkat urban tourism alias pariwisata perkotaan serta bisa membantu para UMKM bidang fashion.

Jika dilihat sepintas, fenomena CFW di SCBD memang tampak wajar saja. Apa salahnya jika kaum muda menikmati masa mudanya dengan penuh kreasi dan ekspresi? Terlebih lagi, bisa menjadi salah satu sumber cuan yang bisa memutar roda perekonomian?

Masalahnya, anak-anak muda kita justru sedang diaruskan menjadi objek pasar budaya sekuler liberal, sekaligus lapak bagi produk industri kapitalis lokal dan internasional. Kalaupun ada harapan menggenjot UMKM, tetap saja posisi mereka hanyalah sebagai objek pasar.

Belum lagi mereka melakukan fashion show di jalan raya dan zebra cross. Berkerumunnya orang yang melihat bisa mengakibatkan kemacetan, ada hak pengguna jalan yang bisa saja terabaikan. Serta para kawula muda yang masih usia sekolah malah keluar malam hanya untuk ikut-ikutan trend.

Adanya apresiasi dan dukungan terhadap trend CFW memperlihatkan persetujuan terhadap kebebasan bertingkah laku. Jika kita lihat tingkah laku para kawula muda di CFW, para ABG berpakaian serba bebas, memperlihatkan auratnya, berdandan berlebihan, berlenggak lenggok, bercampur baur antara laki-laki dan perempuan. Beginilah jika hidup dalam sistem sekuler. Trend CFW membuka mata kita bahwa potensi pemuda hari ini hanya diarahkan ke arah kapitalisasi semata.

Padahal, kelakuan kawula muda di CFW tersebut, jelas bertentangan dengan aturan Islam. Justru yang ada, diidentik dengan budaya Barat yang mengedepankan kebebasan berekspresi.Jika trend dan kegiatan ini terus didukung, tidak menutup kemungkinan akan melahirkan generasi yang akan selalu berkiblat pada Barat. Mereka terlena dengan racun fun, food, fashion yang sengaja dicekokkan kaum Barat untuk merusak generasi. 

Lagi-lagi, akar persoalannya ada pada sistem yang dianut negeri ini, yaitu sekularisme. Asas kehidupan sekularisme telah menjungkirbalikkan nilai kehidupan. Kebebasan didewakan terlebih bisa menghasilkan cuan,cuan dan cuan. Eksistensi diri melatah pada hal-hal viral.

Penguasa dan masyarakat pada umumnya tidak boleh mendukung apa yang dilakukan para generasi terlebih bila bertentangan dengan ajaran Islam.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:" Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim no. 49)

Seharusnya para generasi muda diarahkan ke orientasi dan arah perubahan ke arah yang benar. Maka masyarakat yang hidup dalam sebuah negara seharusnya harus memiliki perasaan, pemikiran dan peraturan yang satu dalam hidup yakni Islam. Sebab hanya dengan Islam, generasi muslim bisa menjadi sebaik-baik generasi sebagaimana dicontohkan para pemuda terdahulu. Yang ketenarannya eksis hingga sepanjang masa. Misal Avicenna atau Ibnu Sina, Al Farabi dan masih banyak pemuda islam lainnya yang mereka tenar sebab kepandaiannya dalam perkara dunia juga agama. Yang menjadikan hidupnya, masa mudanya untuk Allah semata.

Ingatlah bahwa masa muda kelak akan dipertanyakan untuk apa dipergunakan. Maka pergunakanlah usia muda sebelum tua dengan mengikuti syariat pencipta. Bukan pada hal viral apalagi demi cuan saja.

Wallahu a'lam bishawwab 

Post a Comment

Previous Post Next Post