Generasi Dijebak Pola Pikir Sekuler Kapitalis



Oleh  Erni Setianingsih
(Aktivis Dakwah Kampus)

Akhir-akhir ini, masyarakat dibuat resah dengan kreativitas pemuda yang kebablasan. Hingga mereka melampaui batas-batas kepantasan, apalagi norma-norma agama, ditabrak semua. Mirisnya, fenomena Citayam Fashion Week tidak dianggap masalah, bahkan mendapatkan dukungan dan fasilitas pemerintah. Walhasil, generasi muda menjadi krisis identitas. Lalu, Bagaimana Menyelamatkan generasi muda saat ini dari gempuran pembajakan potensi oleh kapitalisme sekuler saat ini?

Belakangan ini istilah Citayam Fashion Week menjadi bahan pembicaraan paling ramai di kalangan masyarakat, terutama warganet di media sosial. Meskipun menuai pro dan kontra, tidak sedikit yang mendukung trend fashion street di kawasan Dukuh Atas-Sudirman ini. Semua berawal dari para remaja asal daerah penyangga Jakarta seperti Citayam, Bojong Gede, dan Depok, yang mengubah kawasan ruang terbuka Dukuh Atas-Sudirman, Jakarta Pusat, menjadi tempat nongkrong.

Viralnya kawasan Dukuh Atas-Sudirman sebagai lokasi Citayam Fashion Week bermula dari beredarnya video-video para anak muda itu di media sosial, khususnya TikTok.(cnnindonesia.com, 26/07/2022).

Kita mungkin merasa agak aneh ketika berita Citayam Fashion Week (CFW) mendadak viral. Bagaimana tidak? Kaum muda yang semestinya menjadi generasi terbaik dan berperan sebagai problem solver, malah begitu mudah tersesat dalam kubangan nikmat sesaat yang sejatinya mereka sedang menjadi pembuat masalah. Penguasa pun bukannya mencegah, malah memfasilitasi. Bahkan, peran mereka ditunggangi kepentingan kapitalisme sekuler untuk mengkampanyekan kebebasan yang mereka suarakan.

Padahal, mereka adalah para remaja putus sekolah yang semestinya dibina dan disadarkan akan peran sejati mereka. Bukan malah membiarkan mereka latah dengan perbuatan yang tidak jelas tujuannya, bahkan hanya ikut-ikutan dengan gaya hidup yang tidak bermanfaat. Seharusnya ini menjadi tamparan keras bagi penguasa akibat kegagalannya dalam membangun sistem pendidikan yang mampu menghidupkan jati diri generasi muda. Namun, pendidikan selama ini justru menjadi instrumen bisnis. Sekolah yang selalu diklaim terbaik ternyata berbiaya cukup fantastis.

Dunia anak muda sekarang sedang tidak baik-baik saja. Berbagai fenomena saat ini membuat miris banyak orang. Selain dari pada viralnya Citayam Fashion Week (CFW) yang kemudian meluas bagaikan virus ke kota-kota lain. Di sisi lain, ada duka menyelimuti atas meninggalnya seorang bocah 11 tahun yang depresi akibat dirundung teman-temannnya yang memaksa korban menyetubuhi seekor kucing.

Dikuti juga dari merdeka.com, (22/07/2022). Seorang siswa kelas V Sekolah Dasar (SD) berinisial F (11) di Tasikmalaya, Jawa Barat menjadi korban perundungan hingga meregang nyawa. Diketahui F mengalami depresi usai dipaksa menyetubuhi seekor kucing sambil direkam oleh teman-temannya.

Sungguh sangat miris, berbagai masalah yang menimpa generasi bukanlah hal kebetulan. Peristiwa ini adalah hasil dari racun fun, fashion, dan food. Melalui tiga cara itu, mereka digiring untuk memikirkan kebahagiaan dunia saja tanpa sedikit pun berpikir dengan persiapan hidup setelah kematian. Potensi mereka telah dibajak, kemudian dirusak dengan racun sekularisme, liberalisme, hedonisme, dan pola hidup kapitalis.

Sekularisme membuat mereka jauh dari agamanya. Liberalisme mengeluarkan mereka dari batasan berperilaku. Hedonisme membuat mereka terlena dengan dunia fana. Sedangkan pola hidup kapitalistik melahirkan generasi yang memandang kebahagiaan sebatas materi.

Bila kaum muda sudah dicekoki dengan pola pikir  materialis, liberalis, kapitalis atau lainnya, maka mereka pun akan cenderung berpikir dengan salah satu paham tersebut. Perang pemikiran dilahirkan dalam bentuk media-media baik cetak maupun elektronik. Dari sana pula timbul persaingan untuk saling memperkenalkan sesuatunya semakin banyak iklan maka semua orang akan melihat dan menjadikannya sebagai gaya hidup atau properti dalam menentukan jalan hidupnya.

Di berbagai media massa, musuh-musuh Islam melancarkan program-program yang bertujuan merusak akhlak generasi Muslim mulai dari anak-anak, remaja, maupun dewasa. Di antara perusakan itu adalah lewat majalah, televisi, handphone, serta musik.

Dalam media-media tersebut selalu saja disuguhkan penampilan tokoh-tokoh terkenal yang pola hidupnya jelas-jelas jauh dari Islam. Mulai dari cara berpakaian, gaya hidup dan ucapan-ucapan yang mereka lontarkan. Dengan cara itu mereka telah berhasil membuat idola-idola baru yang membuat generasi Islam berkiblat kepada mereka.

Beda dengan Islam, yang selalu meletakkan tanggung jawab mendidik generasi tidak hanya pada orang tua, melainkan juga pada masyarakat dan negara. Negara memiliki kekuasaan untuk menentukan arah pandang pendidikan yang benar. Dengan mengevaluasi bahwa sistem pendidikan sekarang ada yang salah dan kurang.

Sistem pendidikan yang hanya terfokus pada materi membuat kita lupa bahwa generasi butuh bimbingan agama untuk membentuk kepribadiannya (pola pikir dan sikapnya). Jadi, penting sekali menciptakan sistem pendidikan yang berlandaskan Islam yang bertujuan membentuk kepribadian Islam.

Islam dalam sejarahnya banyak mencentak generasi muda mumpuni dan berkualitas seperti Ali bin Abi Thalib, Usamah, Mus'ab bin Umair, Muhammal al-Fatih, dan lain-lain. Mereka inilah kaum muda pada masanya sangat teguh dalam memperjuangkan Islam, bahkan meninggalkan perkara dunianya untuk mengejar akhirat. Sehingga sampai sekarang namanya masih harum dengan keteguhannya dalam memuliakan Islam. Kalau saat ini generasi Muslim sudah terlena dengan peradaban serba bebas seperti saat ini, sulit bagi umat Islam untuk bangkit dari keterpurukan. Dalam hal ini orang-orang kafir sangat senang dengan kondisi generasi Muslim yang sibuk dengan perkara duniawi.

Islam mengajarkan bahwa tujuan hidup manusia semata-mata untuk beribadah kepada Allah Swt. Hal ini menuntut manusia untuk senantiasa mengikatkan seluruh perbuatannya sesuai syariat. Makanya, tidak akan kita temui manusia yang taat syariat akan bingung menjalani hidup, apalagi kehilangan arah. Sudah seharusnya untuk menghentikan kerusakan pemuda-pemuda di zaman sekarang dan menuntun para pemuda untuk tetap berada di jalan Islam.

Jadi, hal utama dan penting dilakukan saat ini adalah merevisi tujuan hidup kaum pemuda. Selain itu juga menciptakan sistem kondusif dan sehat untuk mereka. Agar kelak dimasa yang mendatang Islam akan kembali berjaya dan dunia kembali sejahtera sebagaimana yang telah dibuktikan sejarah selama 14 abad lamanya.

Wallahu a'lam bishawab 

Post a Comment

Previous Post Next Post