Fenomena Bullying: Generasi Yang Lahir Dari Rahim Sistem Sekuler


Oleh Yunita M 
(Anggota Komunitas Sahabat Hijrah Balut-Sulteng)

Baru-baru ini viral seorang bocah kelas enam SD di Tasikmalaya menjadi korban bullying. Mirisnya, bocah malang itu akhirnya meninggal dunia setelah mengalami depresi, usai dipaksa menyetubuhi kucing oleh teman sebayanya.

Psikiater RSIA Limijati Kota Bandung, dr Elvine Gunawan mengatakan, aksi bullying sebetulnya bukan kasus baru. Bullying menurutnya memiliki dampak yang luas.

"Setiap kasus bullying baik ringan atau seperti ini sudah ekstrem. Bukan lagi bullying secara verbal, tapi ini lebih pada kekerasan secara fisik walaupun gunakan cara lain. Ini berdampak pada kesehatan jiwa, buat orang yang melakukan sudah pasti ada gangguan jiwa. Untuk orang terkena dampak jelas dan terakhir juga saksinya, dampaknya luas banget." (detik.com, 21/7/2022)

Fenomena bullying atau perundungan yang menimpa siswa SD di Tasikmalaya tersebut hanyalah salah satu kasus dari sekian banyak kasus bullying yang menimpa generasi di negeri ini. Pada tahun 2020, KPAI mencatat ada 119 kasus bullying terhadap anak. KPAI menyebutkan jumlahnya melonjak dari tahun ke tahun yakni sebanyak 30-60 kasus pertahun. (Hai.Online.com, 24/06/2022) 

Tidak henti-hentinya kasus bullying menimpa generasi saat ini. Mirisnya, hal ini hingga mengakibatkan kematian. Muncul pertanyaan bagaimana keseriusan negara dalam meminimalisir atau mencegah terjadinya kasus-kasus semacam ini? Sementara, kita melihat kasus bullying yang menimpa anak terutama di lingkungan sekolah makin banyak terjadi dan begitu memperihatinkan.

Fenomena bullying memang tidak bisa dianggap sepeleh apalagi menimpa remaja dan anak-anak. Sebab, bullying secara fisik akan berpengaruh pada psikis korban. Korban akan mudah trauma, depresi, stres hingga berakibat fatal yakni kematian. 


Bullying Dampak Diterapkannya Sistem Sekuler

Fenomena bullying yang terjadi di tengah-tengah kehidupan kita tidak terlepas dari sistem yang diterapkan di negeri ini. Sistem yang berbasis sekuler yakni memisahkan agama dan kehidupan, menjadikan generasi bahkan yang masih dikategorikan anak-anak berperilaku liberal. Yakni bebas melakukan apapun yang mereka kehendaki tanpa peduli dosa atau tidak. Contohnya bullying yang mereka lakukan secara fisik maupun psikis. Semua itu mereka lakukan demi meraih kepuasan tersendiri. Bisa juga karena adanya unsur kebencian, ketidaksukaan dan semacamnya. 

Selain itu, merebaknya kasus bullying tidak terlepas dari pengaruh tontonan atau media.  Di zaman yang serba digital ini, begitu mudah mengakses informasi, video atau apa saja yang diinginkan. Parahnya, begitu banyak konten-konten beredar yang unfaedah , mengandung unsur kekerasan bahkan tidak layak ditonton anak-anak. Inilah gambaran kehidupan dalam sistem sekuler yang begitu liberal. Perilaku manusia di dunia nyata maupun di dunia maya seringkali sangat jauh dari yang namanya aturan syariat Islam. Ditambah lagi peran negara yang minim dalam memfilter berbagai tontonan yang layak atau tidak.

Kemudian dalam sistem sekuler, nilai-nilai agama juga dipisahkan dengan kehidupan. Islam dijadikan sebagai agama ritual semata, tidak dijadikan aturan kehidupan. Sehingga, generasi yang lahir memandang Islam hanya sekadar di masjid-masjid saja, di tempat pengkajian semata, ataupun di tempat-tempat menimba ilmu agama. Sementara pada ranah kehidupan dan interaksi, Islam dikerdilkan peranannya. Jika seperti ini, jelas generasi akan jauh terdidik dari yang namanya kepribadian Islam dalam diri mereka.

Sementara yang perlu kita ketahui, peran Islam tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sebagai dasar untuk membangun dan melahirkan generasi yang paham nilai-nilai moral, adab, dan perbuatan-perbuatan yang baik. Jika agama dipisahkan, lantas standar apa yang harus dijadikan tolak ukur dalam membangun generasi? Nyatanya sistem sekuler saat ini yang diterapkan adalah sistem yang bersumber dari ketetapan manusia. Ia lahir dari keterbatasan akal manusia di mana baik dan buruk selalu beriringan dengan standar manusia itu sendiri.  

Islam Membina Generasi

Jika dalam sistem sekuler, generasi yang terlahir demikian bobroknya moral dan adabnya, bahkan sampai bermental pembully, maka ini berbeda jika generasi itu lahir dalam pengaturan sistem Islam. Sebagaimana yang kita ketahui, Islam adalah agama sekaligus solusi dalam setiap persoalan kehidupan. Sebab, Islam diturunkan Allah sebagai agama sekaligus solusi.

Sistem Islam yang pernah diterapkan selama 13 abad lamanya, telah terbukti melahirkan generasi yang gemilang. Generasi rabbani yang perilakunya hanya akan berporos pada syariat Islam.

Dalam sistem Islam, generasi yang berkarakter pembully bisa dipastikan tidak akan ada. Sebab, dalam Islam pendidikan yang diberikan sejak dini adalah pendidikan yang berbasis akidah Islam. Bertujuan untuk memahamkan generasi maupun anak-anak untuk berpola pikir dan sikap Islam.  Sehingga, perilaku atau tindakan mereka akan senantiasa berstandar pada syariat.

Karakter pembully jauh dari karakter generasi muslim. Sebab, mereka paham bagaimana interaksi sosial sesama manusia tidak menjadikan mereka berbuat zalim pada siapa saja. Justru Islam akan mengajarkan generasi agar senantiasa mencintai sesamanya dan berperilaku sebagai sebaik-baik manusia kepada manusia lainnya sebagaimana yang telah Allah dan Rasul-Nya perintahkan.

Islam juga akan mengontrol perkembangan media. Media yang menyediakan konten-konten unfaedah yang dapat merusak akidah dan generasi akan ditiadakan. Jika ada yang nekat menyebarluaskannya, maka pemimpin dalam sistem Islam akan memberikan sanksi tegas sesuai dengan aturan Islam. Konten-konten yang disediakan dalam Islam hanya bermuara pada edukatif, memperkuat keimanan dan akidah yang benar untuk masyarakat terutama para generasi.  

Satu hal yang penting dalam sistem Islam, kewajiban mengkaji Islam secara kafah akan ditekankan pada setiap individu. Individu  terikat dengan pemahaman Islam dan menjadikan akidah mereka benar-benar mengkristal dalam diri mereka. Sehingga keluarga yang lahir adalah keluarga yang paham akan Islam, berperilaku sesuai dengan syariat Islam. Jika ia seorang ayah, akan membimbing keluarganya. Jika ia seorang ibu, akan menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya, agar senantiasa menjadi orang yang berkepribadian Islam. 

Begitulah Islam mengatur kehidupan secara menyeluruh dari segala aspek kehidupan. Maka, saatnya kita berpikir mau terus menerus hidup dalam sistem kufur sekuler atau mau menjadikan Islam kafah sebagai sistem kehidupan yang akan menyelamatkan generasi dari kehancuran moral, juga menyelamatkan kita di dunia maupun di akhirat.

Wallahua'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post