Islamofobia Sepanjang Masa


Oleh: Watik Handayani, S.Pd.
Aktivis Muslimah



Kebencian terhadap Islam/Islamofobia yang dihembuskan kaum kafir ternyata sudah ada sejak Rasulullah SAW diutus menjadi seorang Rasul. Salah satunya yang dilakukan sejumlah tokoh Quraisy, seperti Abu Jahal dan Abu Lahab, gencar membuat propaganda agar masyarakat Makkah menolak kehadiran Islam. Mereka memprovokasi orang-orang Makkah untuk berbuat jahat terhadap Rasulullah SAW, dan pengikutnya.

Begitu banyak para sahabat menjadi korban kekejaman kaum kafir. Salah satunya Ammar bin Yasir, Khabbab bin al-Arats dan Bilal bin Rabbah dan masih banyak kisah budak yang tersiksa karena memeluk agama Islam. Sangat sadis, kaum kafir menyiksa para budak yang bersaksi atas nama Allah SWT. Tak ketinggalan, Rasulullah SAW pun menjadi sasaran aksi kebencian kaum kafir Quraisy. Nabi SAW pernah dihina, dilempar kotoran kambing, diludahi, bahkan disakiti oleh orang-orang yang memusuhi beliau. Namun, selama berada di Makkah, semua perlakuan itu dihadapi oleh beliau dengan penuh kesabaran.

Walaupun sepeninggalnya Rasulullah SAW pengaruh Islam semakin berkembang hingga ke luar Jazirah Arab, namun sikap kebencian dan permusuhan pun tumbuh di tengah-tengah masyarakat Barat dan ketakutan terhadap pengaruh Islam yang semakin meluas mulai tertanam di kalangan masyarakat Barat. Seperti pada masa Perang Salib (antara 1095–1291) yang melibatkan tentara Muslim dan Kristen Eropa, pada masa itu, Kekaisaran Bizantium dan Gereja Roma menggunakan propaganda sentimen anti-Islam untuk merebut Yerusalem dari tangan kaum Muslim. 

Menurut catatan sejarah, Raja Philip III dari Spanyol mengusir 300 ribu Muslim Andalusia antara 1610 dan 1614 lewat titah yang ia keluarkan pada 22 September di 1609. Melalui praktik tersebut, rezim Barat berusaha melenyapkan semua jejak peradaban Islam yang nyata telah banyak memberikan kontribusi dalam proses pencerahan Eropa.

Semua peristiwa tersebut merupakan bagian dari wajah anti-Islamisme atau Islamofobia yang terus berevolusi di tengah-tengah masyarakat Barat, bahkan sampai hari ini. Salah satunya yang dilakukan Profesor Budi Santosa Purwokartiko, guru besar yang juga Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK). Ia menjadi perbincangan publik karena diduga telah melakukan tindakan rasisme dan melecehkan ajaran Islam. 

Budi Santosa telah mengunggah tulisan panjang melalui status akun Facebook pribadinya, berisikan pengalaman saat mewawancarai beberapa mahasiswa untuk seleksi beasiswa LPDP dan diduga kuat menyindir kaum Muslimah yang menggunakan hijab (jilbab) dengan sindiran manusia gurun. Tampak sekali, ia diduga kuat menjadi bagian dari para penganut Islamofobia akut yang makin marak akhir-akhir ini. 

Sebenarnya, makin maraknya penganut Islamofobia adalah hasil dari penerapan sistem sekularisme-demokrasi yang penuh dengan kebebasan. Di negara demokrasi semacam ini propaganda Islamofobia akan terus menyebar ke seantero negeri. Padahal, siapa pun itu tidak seharusnya takut dan benci terhadap Islam. Karena Islam adalah agama mulia, yang bersumber dari zat Yang Mahamulia, Allah SWT, Pencipta manusia.

Islam membimbing manusia dengan aturan yang mulia. Ajaran tentang kewajiban jilbab bagi Muslimah, misalnya, jelas bertujuan untuk memuliakan mereka. Bukan merendahkan mereka.  Islam pun memberikan perlindungan kepada segenap umat manusia. Bahkan jihad fi sabilillah di dalam Islam—yang sering dituding identik dengan terorisme—sesungguhnya tetap meniscayakan perlindungan kepada mereka yang tak terlibat dalam peperangan seperti perempuan, orang tua dan anak-anak. Nabi SAW bersabda, “Berangkatlah kalian dengan nama Allah dan di atas agama Rasulullah. Janganlah kalian membunuh orang yang lanjut usia, anak kecil dan wanita” (HR Abu Dawud).

Sejarah Islam pun, sejak masa Rasulullah SAW dan era Kekhilafahan, banyak berisi kemuliaan terhadap umat manusia. Tak pernah terjadi pemaksaan agama Islam kepada non-Muslim. Apalagi aksi genosida terhadap kalangan di luar Islam. Sejarah menyaksikan khilafah sepanjang sejarahnya justru menjadi payung kebersamaan untuk berbagai agama.

Dalam bukunya, The Spirit of Tolerance in Islam, Reza Shah-Kazemi menjelaskan bahwa Khilafah Utsmani pernah memberikan perlindungan kepada komunitas Yahudi. Begitu juga, seorang tokoh Yahudi terkemuka, Rabbi Isaac Tzarfati, pernah menulis surat kepada Dewan Yahudi Eropa Tengah setelah berhasil menyelamatkan diri dari persekusi di Eropa Tengah dan tiba di wilayah Khilafah Utsmani menjelang 1453 M. Melalui suratnya, ia pria memuji Khilafah Utsmaniyah sebagai negeri yang dirahmati Tuhan dan penuh kebaikan. 

Karena itu tidak selayaknya bagi siapa pun bersikap nyinyir terhadap Islam dan berbagai ajarannya tak sepantasnya menunjukkan sikap Islamofobia, apalagi jika pelakunya mengaku Muslim.[] 



Post a Comment

Previous Post Next Post