Seruan Genosida Muslim, Bukti Umat Islam Lemah Tanpa Khilafah


Oleh Nina Marlina, A.Md
Muslimah Peduli Umat


Tak henti-hentinya umat Islam mengalami penghinaan. Kali ini terkait ramainya seruan genosida terhadap umat Islam oleh sebuah partai politik di India. 

Sebagaimana dikutip dari CNBC Indonesia, 16 Januari 2022 seruan genosida umat muslim terjadi pada satu konferensi di India bulan Desember  2021 lalu. Saat itu, ekstrimis Hindu yang menggunakan pakaian khas keagamaan menyerukan untuk membunuh muslim dan 'melindungi' negaranya. Ironinya seruan tersebut disambut oleh pemimpin agama dengan tepuk tangan meriah dari banyak penonton. Meski respon hampir seluruh warga di India marah besar karena seruan itu.

Sebelumnya aksi kebencian umat muslim juga sudah terjadi. Ini bukan pertama kalinya kehebohan soal agama terjadi di India. Sejak Partai Nasionalis Bharatiya Janata (BJP) yang dipimpin petahana Perdana Menteri Narendra Modi berkuasa, diskriminasi dan penganiayaan agama dilaporkan kerap terjadi.

Sementara itu dari laman Republika.co.id, 13/01/2022 Mahkamah Agung India akan menyelidiki dugaan pernyataan provokatif oleh para pemimpin agama Hindu tersebut. Pengadilan tersebut akan memulai penyelidikannya pekan depan. Polisi Uttarakhand mengatakan mereka menginterogasi para tersangka, tetapi sejauh ini tidak ada penangkapan yang dilakukan.

Serangan terhadap minoritas dan tidak adanya hukuman segera dan keras telah membuat para ekstremis Hindu semakin berani. Banyak yang melihatnya sebagai dukungan diam-diam oleh pemerintah.

Sebagai umat Islam tentu kita marah dan tidak terima dengan seruan tersebut. Seruan ini merupakan bentuk penghinaan terhadap kaum muslim.  Adapun penyebab berulangnya serangan dan penghinaan kepada Islam ini diantaranya disebabkan oleh pertama, lemahnya kaum muslim di mata musuh. Ketiadaan pelindung membuat umat Islam mudah dihina, dilecehkan, diserang dan dijajah. Tidak ada ketakutan musuh-musuh terhadap umat Islam. Kedua, berkuasanya hegemoni asing dan Barat. Umat Islam yang terpecah belah dalam ikatan nasionalisme tidak memiliki keberanian untuk membantu saudaranya seakidah. Mereka takut dengan ancaman Barat kaum imperialis. Padahal sudah kita ketahui begitu besarnya kekuatan militer di negeri-negeri muslim. 

Penderitaan umat Islam ini terus terjadi hingga hari ini di Suriah, Palestina, Rohingya, Uighur dan negeri minoritas Islam. Umat Islam benar-benar mengalami diskriminasi. Khususnya di negeri minoritas muslim, umat Islam mengalami pengekangan untuk melaksanakan ibadah dan menjalankan syariat seperti berhijab. 

Dengan peristiwa ini membuktikan bahwa umat Islam lemah tanpa adanya khilafah. Untuk itu, keberadaan khilafah atau negara yang menerapkan syariat Islam ini amat penting. Ia akan menjaga dan melindungi kemuliaan umat Islam. Seorang khalifah akan menjadi perisai umat. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits, bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya". (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll)

Khilafah tak hanya menjaga umat Islam saja. Namun juga menjaga umat atau pemeluk agama lain di dalam negaranya. Hal ini seperti yang telah terjadi pada sejarah kejayaan Islam.

Dalam Islam dikenal dengan istilah kafir dzimmi. Kafir dzimmi adalah warga non-muslim yang menjadi bagian warga negara khilafah dan mendapatkan perlindungan keamanan dari negara. Khilafah tidak mendiskriminasi mereka dengan memandang ras atau suku. Mereka diperlakukan sama sebagaimana warga muslim dengan dipenuhi kebutuhan pokoknya seperti pendidikan dan kesehatan secara murah bahkan gratis. 

Penjagaan terhadap non muslim ini membuat mereka lebih memilih hidup di dalam Daulah Khilafah. Bahkan siap berperang bersama kaum muslim dalam melawan musuh serta banyak yang akhirnya masuk Islam. 

Demikianlah keberadaan khilafah telah melindungi umat manusia baik muslim maupun non-muslim. Keberadaannya benar-benar mewujudkan keadilan dan kesejahteraan. 

Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post