Jerat Manis Game Online Menyisakan Racun Pemikiran




Oleh  Srie Rezeki


Baru-baru ini terjadi duel maut di antara dua ABG berinisial AL (17) dan HA (16) terjadi di OKU Selatan, Sumatera Selatan. ABG berinisial AL tewas gegara ditusuk HA dengan pisau.
"Iya, informasinya benar," ucap Kapolres OKU Selatan AKBP Indra Arya saat dimintai konfirmasinya. Dalam keterangannya Kasat Reskrim OKU Selatan AKP Acep Yuli Sahara menjelaskan kejadian itu berawal dari cekcok antara korban dan pelaku di medsos. Keduanya memutuskan bertemu di belakang salah satu SD di Desa Bendi, Buay Rawan. (detikcom, 9/10/2021

Alangkah mudahnya manusia menghilangkan nyawa manusia yang lain. Hal ini dipicu oleh emosi yang tak terkendali serta jiwa yang rapuh telah terbentuk dari sebuah lemahnya akal padahal manusia di beri akal. Kesenangan dan kecintaannya kepada game online telah membuktikan betapa rapuhnya jiwa remaja saat ini.

Beginilah fakta yang terjadi pada zaman digital saat ini. Hampir semua remaja dan anak-anak bahkan ada juga sebagian orang dewasa yang menyukai game online sampai melupakan kewajibannya sebagai pelajar bahkan kewajibannya sebagai hamba Allah. Bukan itu saja pengaruh buruk game online juga merusak otak serta tahap berfikir manusia sehingga tingkat emosi yang tinggi.  

Faktanya saat ini dapat kita lihat fasilitas game online telah di lengkapi ruang chat. Semua kata atau kalimat yang di tulis di ruang chat tanpa saringan lagi bahkan tanpa kontrol dari orang tua, hal buruk yang lain membuat turunnya konsentrasi dalam belajar belum lagi tingkat emosional yang tinggi. Di zaman digital saat ini tentulah game online  menjadi lirikan para pebisnis tanpa memikirkan pengaruh negatif pada remaja dan anak-anak. Karena sistem kapitalis yang di utamakan adalah keuntungan saja.


Nilai keuntungan yang menggiurkan justru telah menjadikan game Online sebagai ladang bisnis baru. Hampir setiap hari tawaran game online seliweran di media sosial sebagai salah satu promosi mereka. Target mereka adalah generasi milenial. Bahkan untuk saat ini Indonesia termasuk jumlah gamernya tertinggi di Asia tenggara. Sungguh ini bukan prestasi yang patut di banggakan karena ini membuktikan bahwa pesona game online telah berhasil mengalihkan tujuan utama para generasi penerus. 

Generasi penerus bangsa terus dirusak dan di sibukkan dengan game online. Karena pangsa pasarnya adalah remaja dan anak-anak usia sekolah, sehingga mereka yang seharusnya konsentrasi pada pendidikan justru beralih menjadi gamers yang kecanduan. Yang menambah miris adalah pemerintah justru mendukung dengan mengadakan kompetisi game online di kalangan remaja dan anak pada usia sekolah. 

Padahal pengaruh kekerasan dalam game online telah membentuk sifat dan karakter baru pada remaja dan anak-anak milenial sekarang. Sehingga sering sekali kita dapati fakta seperti di atas.
Semuanya ini terjadi berawal dari sistem yang dianut saat ini yaitu sistem ekonomi kapitalis. Sebagaimana kita tahu yang menjadi tujuan sistem ini adalah keuntungan atau materi tanpa memperdulikan pengaruh buruk yang di akibatkan dari sebuah bisnis. Tanpa memikirkan akibat dari bisnis tersebut bagi keselamatan generasi masa depan remaja dan anak-anak.

Hal semacam ini sangat bertolak belakang ketika sistem Islam mengurus umat bahkan Allah Swt telah memperingatkan manusia bahwa dunia adalah ujian dan permainan saja, dalam firmannya: 

وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ ٱلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti? (Q.S. Al-An'aam :32)

Dalam surah di atas Allah Swt telah mengisyaratkan bahwa akan banyak manusia yang menanggap dunia tempat mencari kebahagiaan. Jadi  wajar saja jika banyak manusia yang terjebak dengan kesibukkan yang melalaikan bahkan rela menghabiskan nyawa orang lain demi mencapai tujuannya. Tidak adanya kesadaran bahwa setiap perbuatan di dunia akan di pertanggung jawabkan di akhirat kelak. Seorang muslim sudah seharusnya berfikir dulu sebelum berbuat sehingga tidak terjebak dengan perbuatan dosa.

Dalam kasus remaja yang terjebak dengan kesenangan terhadap game, hingga menimbulkan masalah seperti tingkat emosi yang tak terkontrol hingga merenggut nyawa manusia menunjukkan bahwa pengaruh buruk dari game online telah menghilangkan akal pada manusia.

Hal semacam ini bisa di timbulkan karena salahnya pola asuh, pendidikan bahkan perlindungan negara terhadap pengaruh buruk dari game online. Sehingga membentuk karakter buruk di kalangan remaja dan anak-anak. Jadi sudah saatnya negara yang berperan penting pada pelindung bagi generasi remaja untuk  menghentikan semua pengaruh buruk masuk. 

Negara harus memiliki regulasi yang jelas. Agar konten-konten buruk tidak dapat masuk, bahkan membatasi hal buruk apa saja yang akan melalaikan generasi penerus bangsa dari ketaatan kepada Allah Swt, sekaligus menjaga moral generasi penerus bangsa. Sudah saatnya negara mengawal generasi muda untuk bertanggung jawab penuh terhadap agama dan masa depannya. Sehingga negara dapat menghasilkan generasi terbaik.

Oleh karena itu sudah saatnya kaum Muslim bijak dalam memanfaatkan teknologi. Menggunakannya sebagai sarana untuk berdakwah menyampaikan kebenaran dan meluruskan pemikiran generasi bahwa kehidupan ini memiliki tujuan akhir yaitu surganya Allah Swt. Menciptakan generasi yang hebat karena kita semua adalah umat yang terbaik. 
 Walahu a'lam bishawwab

Post a Comment

Previous Post Next Post