Ketakutan Barat terhadap Militansi Taliban

Oleh: Ninis Anisah

Aktivis Dakwah di Kota Depok

 

 

Barat sangat ketakutan terhadap militansi Taliban, hingga Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Mass menegaskan, sekutu AS akan berhenti menyediakan bantuan ke Afganistan jika Taliban mengambil alih kekuasaan di negara tersebut dengan menerapkan Khilafah. Menurutnya, Afganistan tidak akan bisa bertahan tanpa bantuan internasional.

Apalagi jika kita lihat poin penting perjanjian antara Taliban dan AS. AS akan sepenuhnya menarik pasukan jika Taliban menjamin Afganistan tidak menjadi pusat kelompok teroris yang mengancam kepentingan AS dan sekutunya.

Barat memang tidak pernah sungguh-sungguh meninggalkan Afganistan. Dalam pemberian pengakuan kepada pemerintahan Taliban saja harus ada syarat yang harus diikuti. Sesuai pernyataan Dewan Keamanan PBB, pemerintahan baru Afganistan harus demokratis, mematuhi norma-norma internasional dan standar hak asasi manusia.

Jika Taliban mengambil alih kekuasaan dan menerapkan hukum syariat, maka AS akan memberikan sanksi pembekuan US$9,5 miliar (Rp138,7 triliun) aset bank sentral Afganistan (DAB) serta menghentikan pengiriman uang tunai. Ini bisa menjadi bukti Taliban berada dalam cengkeraman Barat, kafir penjajah.

Walaupun Taliban sudah berjanji tidak akan mendirikan kekhilafahan Islam dan cukup sebagai negara Imarah Islam Afganistan, Barat tetap ingin memastikan Taliban patuh menerima semua nilai-nilai Barat tanpa terkecuali. Sebab kekuasaan suatu negara imperialis tidak akan sempurna tanpa penerimaan pemerintahan baru terhadap nilai-nilai ideologi negara penjajah yakni berdasarkan kapitalisme dan sekularisme yang merupakan harga mati.

Dalam sebuah wawancara pada 2004 Henry Kissinger, Asisten Presiden AS untuk urusan Keamanan Nasional 1969-1975, mengungkapkan pandangannya bahwa yang disebut sebagai terorisme di AS adalah pemberontakan Islam radikal terhadap dunia sekuler dan terhadap dunia yang demokratis, atas nama pendirian kembali semacam kekhalifahan.

Untuk membendung kebangkitan Islam, bukan hanya penjajahan yang dilakukan Barat, tapi menggunakan Taliban untuk memonsterisasi Islam. Terutama terkait hak-hak perempuan yang terenggut, seperti hak terlibat dalam aktivitas publik dan kebebasan dalam bertingkah laku.

Bahkan, menurut Dr. Fika Komara, Direktur Institut Muslimah Negarawan (IMuNe), saat ini Taliban sedang berada di persimpangan. Kesalahan apa pun yang dilakukan Taliban akan menjadi makanan empuk bagi propaganda jahatnya Barat, karena kepentingan Barat dalam menjajah Afganistan, tak hanya melimpahnya SDA, tapi potensi khilafah akan bangkit ada di sana.

Maka, kerja sama dengan negara kafir penjajah tidak boleh terjadi agar SDA tidak diambil dan kebangkitan khilafah bisa terwujud.[]

 


Post a Comment

Previous Post Next Post