Lonjakan Kasus Covid, Pemerintah Semakin Terjepit

Oleh: Enny Prima Putri, S.Hut, M.Si.

COVID-19 adalah varian virus yang mulai menyerang Indonesia sejak awal tahun 2020 lalu. Penularannya yang relatif cepat membuat banyak orang yang tertular. Virus ini bisa mematikan terutama bila menyerang orang yang telah memiliki penyakit bawaan sebelumnya yang biasa disebut comorbid. 

Virus corona ini adalah keluarga besar dari virus yang menyebabkan flu biasa hingga penyakit yang seperti MERS atau SARS. Virus ini menyerang saluran pernapasan, pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia), Middle-East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). 

Setelah setahun lebih sejak kasus pertama Covid ini ditemukan hingga saat ini belum ada mengalami penurunan bahkan penyebaran virus yang sudah menjadi pandemi ini dianggap semakin meningkat. Beberapa pekan terakhir ini bahkan dari rilis Kompas.com, Indonesia mengalami lonjakan kasus Covid-19 sebanyak 12.990 kasus dilaporkan pada Jumat (18/6/2021), tertinggi sejak 22 Februari 2021.

Faktor Pelonjakan Kasus Virus COVID-19

Dilansir dari harian online Merdeka.Com didapatkan berita dari Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra menjelaskan ada beberapa faktor yang menyebabkan grafik kasus covid-19 di Indonesia menunjukkan peningkatan sangat tinggi. Salah satunya, tak sedikit masyarakat yang sudah bosan dengan disiplin protokol kesehatan

Ada beberapa faktor, pertama faktor kejenuhan, kedua faktor mobilitas setelah Hari Raya Lebaran lalu dan ketiga faktor varian baru covid-19 yang muncul. Alpha, Beta dan Delta," ujar Hermawan saat dihubungi merdeka.com, Selasa (15/6).

Virus varian Alpha ini atau disebut B117 ditemukan pertama kali di Inggris. Varian Beta atau disebut virus asal Afrika Selatan dan varian Delta atau disebut B1617.2 pertama kali ditemukan di India.

"Keempat, berkaitan dengan kapasitas kesehatan atau health-system capacity, di mana testing, tracing ini lemah dari awal. Sampai sekarang, masih sangat lemah. Jadi dari awal saya memperkirakan kenaikan kasus ini akan tiga kali lipat maka tiga kali lipat juga minimal harusnya testing dan tracing itu dilakukan," tambah dia.

Faktor lain dari semakin tingginya kasus Covid ini adalah pemerintah yang tetap mengizinkan masuk warga negara asing di negaranya kasus Covid ini sedang mewabah terutama dari China dan India. 

Maka tentu hal yang aneh ketika rakyatnya sendiri dilarang untuk bepergian dan harus di rumah saja, tetapi warga negara asing yang ternyata positif mengidap virus tersebut bebas melenggang masuk ke Indonesia. 

Lemahnya Peran Pemerintah dan Pemimpin

Sejak awal kasus corona ini muncul di Indonesia, pemerintah dianggap tidak serius dalam penanganan kasus COVID-19 ini yang pada akhirnya menjadi pandemi dan sangat banyak warga negara yang menjadi korban jiwa. 

Dari laman voaindonesia.com diberitakan inisiator LaporCovid-19 Ahmad Arif menilai pemerintah tidak konsisten dalam membuat kebijakan dalam penanganan COVID-19. Hal tersebut, katanya, terlihat dari perbedaan seruan antar kementerian. Semisal satu kementerian menyerukan pembatasan kerumunan sosial dan pelaksanaan protokol kesehatan, tetapi kementerian lain menyerukan mobilitas warga. Di sisi lain, kesadaran warga untuk menerapkan protokol kesehatan juga menurun di tengah peningkatan kasus corona dalam beberapa hari terakhir.

"Intinya kami melihat bahwa tidak ada kepemimpinan yang tegas dan jelas di tengah krisis multi disiplin ini. Bahkan di saat rumah sakit nyaris kolaps kita tidak melihat adanya sense of crisis yang ditunjukkan pemimpin kita. Jadi kita seperti perang tanpa panglima," ujar Ahmad Arif dalam konferensi pers daring, Minggu (20/6).

Seperti diberitakan pada harian online bbc.com, dalam kebijakan terbarunya, Senin (21/06), pemerintah pusat mengumumkan apa yang disebut sebagai "penguatan" pembatasan sosial dalam skala mikro di zona merah Covid-19.

Langkah ini berbeda dengan yang ditempuh Malaysia, Singapura dan Filipina yang memilih melakukan pembatasan sosial dalam skala luas secara nasional.

Pilihan pembatasan sosial seperti ini berulangkali dikritik oleh sebagian ahli penyakit menular, karena dianggap hanya memberikan "rasa aman semu", dan terbukti adanya lonjakan kasus Covid-19 belakangan. 

Penanganan kasus covid ini seharusnya lebih mengutamakan sektor kesehatan, namun dalam beberapa kesempatan, Presiden Presiden Joko Widodo menyampaikan pemerintah mengupayakan langkah berimbang antara sektor kesehatan dan ekonomi.

"Krisis kesehatan dan krisis ekonomi harus diselesaikan dalam waktu yang bersamaan," kata Joko Widodo dalam acara virtual, Rabu (27/01).

Sebuah langkah yang sejak awal didukung para pengusaha, tetapi terus dipertanyakan sebagian besar para ahli penyakit menular.

Cara Pemerintahan Islam Menangani Pandemi

Islam adalah agama yang mengatur segala segi kehidupan manusia, dari individu hingga kepada pemerintahannya. Menjalankan kehidupan berdasarkan hukum syariat Islam adalah impian semua umat muslim yang menginginkan kesejahteraan secara lahir dan batin. 

Kehidupan dalam naungan pemerintahan Islam menjamin kebaikan dunia dan akhirat yang bisa tercermin dari kebijakan yang diambil dalam menangani seluruh permasalahan umat. Pada kasus pandemi seperti saat ini kita semua bisa mengambil pengalaman bagaimana dulu pemerintahan berdasarkan Islam mengambil kebijakan ketika pandemi melanda. Realitas Islam mampu menjawab segala problematika kehidupan telah teruji selama 13 abad sejarah penerapannya. Mulai dari masa Rasulullah SAW, Khulafaur-Rasyidin hingga Kekhalifahan Turki Utsmani. Sepanjang masa itu pernah terjadi wabah dan terbukti kaum Muslim mampu bertahan.

Menjaga jiwa dan keselamatan rakyat adalah salah satu tujuan pada sistem Islam dalam penetapan syariatNya. Sehingga ketika menghadapi pandemi, maka kesehatan dan keselamatan jiwa menjadi prioritas utama negara dalam mengambil kebijakan.  Pertimbangan ekonomi tidaklah lebih penting dibanding keselamatan warga Negara.

Dalam pemerintahan Islam, hampir bisa dipastikan rakyat dalam hidup yang sejahtera tidak ada ketimpangan ekonomi karena pemerintah betul-betul mengayomi rakyatnya sehingga ketika pandemi melanda kesejahteraan rakyat tetap terjaga. 

Karantina dan isolasi ketika terjadi pandemi merupakan solusi yang berasal dari Rasulullah.  Hal yang utama dan pertama yang dilakukan adalah membuat karantina wilayah dari sejak ditemukannya kasus pertama. Kemudian penyediaan fasilitas pendukung seperti Lab PCR seharusnya menjadi prioritas kebijakan penguasa.  Pelacakan kasus dengan cepat dan akurat akan mempercepat penanganan sehingga tidak memperlama pelayanan pasien di rumah sakit dan tingkat kesembuhan pun semakin meningkat yang diiringi dengan berkurangnya pandemi sehingga kondisi negara dapat segera pulih seperti sediakala. 


Sumber Data :
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/tren/read/2021/06/20/120000165/terjadi-lonjakan-ini-10-daerah-dengan-kasus-covid-19-tertinggi


https://www.google.com/amp/s/m.merdeka.com/amp/peristiwa/analisis-penyebab-lonjakan-dahsyat-covid-19-di-indonesia.html

https://www.google.com/amp/s/www.voaindonesia.com/amp/lonjakan-kasus-laporcovid-19-desak-presiden-serius-tangani-covid-19/5936444.html

https://www.google.com/amp/s/www.bbc.com/indonesia/indonesia-57550056.amp

https://m.republika.co.id/berita/q7hqrm385/teladan-nabi-muhammad-mencegah-wabah

Post a Comment

Previous Post Next Post