Ironi TKA Masuk Saat PPKM Darurat

Oleh : Mita Nur Annisa
(Pemerhati Sosial)

Pandemi Covid-19 sepertinya belum menemukan titik terang. Pasalnya, lebih setahun belakangan dari awal mula covid terdeteksi belum adanya penyelesaian yang membuat menurunnya angka kasus Covid-19, malah kian hari makin melonjak. Di balik kekhawatiran rakyat serta penekanan pemerintah untuk taat pada kebijakan PPKM dan memberikan sanksi bagi yang melanggar, malah dengan mudahnya penguasa memberikan izin TKA masuk ke dalam negeri.

Seperti yang dilansir oleh  ANTARA News (7/05/2021), Stakeholder Relations Manager Angkasa Pura I, Iwan Risdianto membenarkan adanya kedatangan puluhan Tenaga Kerja Asing (TKA) asal Tiongkok di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar  untuk membangun smelter di Kabupaten Banteang, Sulawesi Selatan
"Iya benar, mereka (TKA) kerja kontrak perusahaan untuk (membangun) Smelter," kata Iwan.

Menurut informasi,  20 pekerja asing asal Tiongkok itu tiba di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin pada Sabtu (3/7) pukul 20.10 Wita dengan menumpangi pesawat Citilink QG-426 dari Jakarta. Mereka selanjutnya akan bekerja di PT Huadi Nikel untuk  membangun smelter di Kabupaten Bantaeng.

Fakta tersebut menuai banyak kritikan dari berbagai pihak. Misalnya saja yang disampaikan oleh Presiden  Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal yang mengatakan, ibaratnya buruh dikasih jalan tanah yang becek, tetapi TKA diberi karpet merah dengan penyambutan yang gegap gempita atas nama industri strategis.  Beliau pun kemudian menyampaikan bahwa kedatangan TKA dari China dan India tersebut semakin menegaskan kenyataan UU Cipta Kerja, khususnya klaster ketenagakerjaan dibuat pemerintah untuk memudahkan masuknya TKA yang mengancam lapangan pekerjaan dari pekerja lokal

Sehingga jelas bahwa segala kebijakan yang diambil pemerintah ialah demi kepentingan pribadi. Pemberlakuan PPKM bukanlah tindakan yang nyata dalam mengatasi pandemi. Pasalnya dengan segala hal yang mengatasnamakan rakyat justru akhirnya hanya sebuah angan-angan yang mengorbankan rakyat. Terbukti rakyat makin menjerit akibat pandemi yang tak usai namun kasus sebaran varian baru terus bermunculan akibat dari mobilitas orang dan perjalanan internasional. 

Alasan bahwa TKA tersebut bagian dari proyek investasi hanya opini yang nyata bukan demi kebaikan rakyat. Melainkan kebaikan dari para investor serta kepentingan pihak asing. Inilah fakta atas kezaliman rezim yang lahir dari sistem sekuler-kapitalis. Penguasa yang lahir dari sistem kapitalisme ini akan menerapkan kebijakan yang hanya memikirkan persoalan dan keuntungan pribadi tanpa peduli dampak yang akan didapatkan masyarakat. Karena rezim kapitalisme tidak akan mengorbankan kebijakan yang mengorbankan keuntungan.

Berbeda dengan Islam. Dalam Islam pemimpin merupakan sebuah amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat. Sabda Rasulullah saw.: 
“SETIAP KALIAN ADALAH PEMIMPIN DAN SETIAP PEMIMPIN AKAN DIMINTAI PERTANGGUNGJAWABAN ATAS YANG DIA PIMPIN.” (HR BUKHARI)

Pemimpin dalam Islam ialah seseorang yang disandarkan kepadanya tanggung jawab atas segala sesuatu yang berkaitan atau berhubungan dengan fasilitas kesehatan dan layanan kesehatan. Sehingga, masyarakat dapat menikmati dengan gratis fasilitas kesehatan serta layanan kesehatan. Hanya  kembali pada Islam-lah setiap permasalahan akan menemukan solusi tuntas. 
Wallahu a’lam bish shawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post