Muhasabah dan Persiapkan Diri Menyambut Bulan Mulia Ramadan


Oleh : Erni Setianingsih
(Aktivis Dakwah Kampus)

Dilansir dari muslimahnews.com, (10/04/21), Ramadan  datang. Sudah selayaknya kita bergembira. Tentu karena bulan Ramadan adalah bulan yang agung. Bulan yang penuh dengan kemuliaan dan keberkahan. Rasulullah saw. bersabda saat Ramadan menjelang,

ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ، ﺷَﻬْﺮٌ ﻣُﺒَﺎﺭَﻙٌ، ﺍﻓْﺘَﺮَﺽَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺻِﻴَﺎﻣَﻪُ، ﺗُﻔْﺘَﺢُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ، ﻭَﺗُﻐْﻠَﻖُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﺤِﻴﻢِ، ﻭَﺗُﻐَﻞُّ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ، ﻓِﻴﻪِ ﻟَﻴْﻠَﺔٌ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻒِ ﺷَﻬْﺮٍ، ﻣَﻦْ ﺣُﺮِﻡَ ﺧَﻴْﺮَﻫَﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺣُﺮِﻡَ

“Sungguh telah datang bulan Ramadan yang penuh keberkahan. Allah mewajibkan kalian berpuasa di dalamnya. Di dalamnya pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan (Lailatulqadar). Siapa saja yang terhalangi (untuk mendapatkan) kebaikan malam itu maka sungguh dia telah dihalangi (dari keutamaan yang agung).” (HR Ahmad dan an-Nasa’i).

Ramadan yang dinanti tiba, Namun,  tahun ini adalah kali kedua kaum muslimin menjalaninya di masa pandemi Covid-19). Walaupun berbagai permasalahan menimpa kehidupan masyarakat sebagai dampak dari masa pandemi, tentu tidak mengurangi kebahagiaan kaum muslimin dalam menyambut bulan mulia ini.

Problematika kian menjadi di negeri ini disaat Ramadan baik dari bencana alam maupun urusan ummat.
Satu belum usai muncul lagi masalah baru, begitulah efek dari kemaksiatan, ulah tangan manusia. 

Dari sinilah manusia harus sadar dan mengambil pelajaran atas semua telah terjadi, mungkin ini teguran dari sang pencipta (Khaliq).
Mari bermuhasabah  tingkatkan takwa, bersihkan hati dan  keberkahan Ramadan pun didepan mata.

Tentu harus maksimal jangan setengah-tengah menyambutnya, mungkin bulan Ramadan kali ini adalah pertemuan terakhir atau bahkan tidak sampai ke syawal  menjadi misteri dan pengharapan bagi kaum muslimin untuk lebih mendekatkan diri pada penciptanya (Al-Khaliq)  dibulan suci Ramdhan.

Adapun ragam keutamaan Ramadan yang harus kaum muslim tau dari keistimewaan bulan Ramadan yaitu Setidaknya ada 9 (sembilan) keutamaan Ramadan.

Pertama: Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diwajibkan puasa agar manusia meraih takwa (QS al-Baqarah [2]: 183).

Kedua: Bulan turunnya Al-Qur’an (QS al-Baqarah [2]: 185).

Ketiga: Bulan pengampunan dosa. Rasulullah saw. bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ


“Siapa saja yang berpuasa pada Bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Keempat: Bulan pembebasan dari neraka. Nabi saw. bersabda,

وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ

“Bagi Allah banyak orang-orang yang dimerdekakan dari Neraka. Hal itu terjadi setiap malam.” (HR at-Tirmidzi dan Ibn Majah)

Kelima: Bulan kedermawanan. Di dalam suatu hadis dinyatakan,

كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ…

“Rasulullah saw. adalah orang yang paling dermawan. Beliau lebih dermawan lagi pada bulan Ramadan…” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Keenam: Di dalamnya pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. Rasulullah saw. bersabda,

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

“Jika Ramadan telah tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Ketujuh: Bulan pengabulan doa. Hal ini dapat dipahami dari firman Allah Swt. dalam QS al-Baqarah di sela-sela menjelaskan tentang hukum-hukum puasa (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 186).

Kedelapan : Bulan dilipatgandakan pahala. Rasulullah saw. bersabda,

عُمْرَةٌ فِي رَمَضَانَ، تَعْدِلُ حَجَّةً

“Umrah pada bulan Ramadan setara dengan satu kali haji.” (HR Ibn Majah dan at-Tirmidzi)

Kesembilan: Di dalamnya terdapat Lailatulqadar. Rasulullah saw. bersabda,

إِنَّ هَذَا الشَّهْرَ قَدْ حَضَرَكُمْ، وَفِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَهَا، فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ كُلَّهُ، وَلاَ يُحْرَمُ خَيْرَهَا إِلاَّ مَحْرُومٌ.

“Sungguh bulan ini (Ramadan) telah hadir di tengah-tengah kalian. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang terhalangi dari malam itu, sungguh dia telah terhalangi dari kebaikan secara keseluruhan. Tidaklah terhalangi dari kebaikannya kecuali seorang yang rugi.” (HR Ibn Majah)

Dengan ragam keutamaan Ramadan di atas, tentu tidak selayaknya Ramadan kita sia-siakan. Agar tak sia-sia, kita harus mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menyambut kedatangannya. Dengan begitu kita tidak termasuk orang yang disabdakan Rasulullah saw., “Betapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa, kecuali lapar dan dahaga.” (HR Ahmad)

Bulan Ramadan identik dengan Bulan Al-Qur’an. Salah satu ibadah yang sangat dianjurkan pada bulan ini pun berkaitan dengan Al-Qur’an; membaca, memahami dan merenungkan Al-Qur’an. Tentu, semua hal di atas adalah yang berkaitan dengan mengamalkan Al Qur,'an. Karena itu pula, hal yang paling tercela di bulan ini adalah meninggalkan Al-Qur’an (hajr Al-Qur’an), baik dengan tidak membaca dan mempelajari Al-Qur’an, apalagi tidak mengamalkan Al-Qur’an.

Namun, sebagian dari umat negeri ini belum mengamalkan Al-Qur’an. Yang ada justru Al-Qur’an dimusuhi. Tentu bukan memusuhi fisiknya, namun hukum-hukumnya. Dituduh intoleran, sumber terorisme, radikal, ekstrem, bar-bar, dan pemecah-belah. Saat yang sama, hukum-hukum thaghut ditegakkan dan dihargamatikan. Padahal jelas tindakan tersebut merupakan kejahatan dan dosa besar.

Faktanya, karena syariat Islam dimusuhi dan digantikan dengan hukum-hukum kufur, dosa-dosa besar menjadi sangat lumrah dilakukan oleh kebanyakan masyarakat. Misalnya, zina, minum khamr, dan riba. Yang lebih besar lagi dosanya adalah berhukum dengan selain hukum Islam. Sayangnya, inilah yang terjadi di negeri ini.

Buah dari kebebasan Demokrasi (sekuler-liberal) menyebabkan kian marak kerusakan/kemasiatan, halal-haram menjadi hal biasa menurut mereka yang salah mengartikan. Begitulah ketika hukum Islam dicampakkan. Membekas pilu bagi kaum muslim

Oleh sebab itu, kita wajib meninggalkan semua itu, lalu bersegera untuk mengamalkan dan menerapkan syariat Allah Swt. secara kafah agar kita dapat masuk ke pintu rahmat dan ampunan-Nya, khususnya pada bulan yang penuh berkah ini. Semoga Allah SWT memberikan taufik dan hidayah kepada kita semua. Aamiin. 

Wallahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post