Islam Penjaga Psikologis Anak


Oleh: SW. Retnani S.Pd. | Ibu Rumah Tangga & Pendidik Generasi

Indonesia Tangguh, semboyan inilah yang kini sering kita dengar, apalagi dalam momen hari ulang tahun Negara Republik Indonesia yang tepatnya jatuh pada tanggal 17 Agustus. Indonesia tangguh menjadi impian dan cita-cita seluruh rakyat Indonesia. Momen perayaan HUT RI ke 75 ini, seharusnya dapat mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia, terutama para generasi mudanya, sebab generasi mudalah yang akan menerima tongkat estafet dalam pembangunan peradaban di negeri ini. Kebahagiaan dan kesejahteraan para generasi muda dapat kita lihat antara lain dari, aspek pendidikan yang berkualitas, kesehatan yang terjamin dan aspek rohani yang kokoh. Dengan pendidikan dan ilmu yang berkualitas para generasi muda dapat mengembangkan potensi diri sehingga dapat menjadi insan yang sempurna serta berdaya guna bagi diri pribadi, sesama dan dan alam sekitarnya. Begitupun dengan kesehatan yang terjamin, akan memudahkan generasi milenial meraih cita-cita dalam kehidupan ini. Demikian pula dengan aspek rohani yang kokoh, akan semakin menguatkan lahiriyah dan batiniyah para generasi muda dalam menghadapi ujian dan cobaan kehidupan. Rohani yang kokoh mencerminkan jasmani yang kuat dan tangguh.

Namun, gambaran di atas sepertinya tidak terlihat di bumi khatulistiwa. Negeri Ini masih ditutupi awan kelam wabah pandemi covid-19 dan dicengkeram oleh sistem kufur kapitalis- liberalisme. Hal ini membuat para generasi muda bermalas-malasan dalam menuntut ilmu dan bahkan agama yang notabene dapat mengokohkan rohani, mereka anggap hal sepele yang dapat dimainkan sesuka hati mereka. Mereka hanyut dalam arus kesenangan duniawi dan mereka nikmati racun yang disodorkan para kafir penjajah, mereka buang madu yang telah disiapkan Sang Maha Pencipta Allah Azza wa Jalla.
Bahkan para pemimpin negeri ini pun serasa cuci tangan dengan kondisi psikologis para generasi muda. Keluarga tak lagi bisa menjadi benteng bagi perkembangan psikologis anak-anak. Semua disibukkan oleh kesenangan dan kepentingan diri sendiri. Anak-anak yang masih dalam zona mencari jati diri dipaksa menelan semua situasi dan kondisi ini walau mereka mencoba meronta dan mencoba menyelamatkan diri, namun usaha mereka sia-sia. Mau tidak mau mereka harus menerima segala keputusan pemimpin bangsa ini. Akhirnya banyak diantara mereka yang tidak kuat hingga akhirnya melakukan perbuatan yang tercela misalnya: mabuk-mabukan, zina, tawuran, hingga mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Kesengsaraan ini ditambah dengan kebijakan-kebijakan dzolim yang terus menyakiti jiwa raga rakyat kecil. Lengkap sudah penderitaan rakyat negeri ini, terutama para generasi milenial nya. Pendidikan, kesehatan dan rohani mereka kosong. Psikologis sehat dan bahagia hanya impian di siang bolong saat bangsa ini masih menjadi pemuja sistem kufur, kapitalisme- liberalisme.

Maka tak heran banyak pihak yang terus mengingatkan akan pentingnya penjagaan psikologis para generasi milenial. Apalagi pada masa wabah pandemi covid-19 ini. Sebagaimana dilansir dari Balebandung.com bahwa pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2 TP2A) kabupaten Bandung menyoroti kondisi psikologis anak pada masa pandemi covid-19 ini. Ketua (P2 TP2A) kabupaten Bandung Kurnia Agustina Nasr atau Teh Nia mengatakan, pada masa pandemi covid-19, ketika seluruh aktivitas anak dipindahkan ke rumah maka keluarga harus memiliki kepekaan terhadap kondisi psikologis anak-anak.

Carut-marut di Nusantara ini akan berakhir apabila bangsa kita membuang sistem kapitalisme- liberalisme dan menggantinya dengan menerapkan sistem Islam. Penerapan Syariat Islam secara Kaffah di setiap lini kehidupan akan menjaga seluruh makhluk hidup di dunia ini. Firman Allah SWT yang artinya: Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. (QS. Al-Anbiya: ayat 107).
 Islam akan menjaga psikologis anak dan mengembangkannya menjadi para pemuda cendekia yang bertabur prestasi. 

Kilauan Tinta Emas sejarah telah mencatat keberhasilan Islam dalam mendidik dan mengembangkan potensi para pemuda yang memiliki psikologis kuat, tangguh dan kokoh. Sebut saja, Muhammad Al Fatih seorang pemuda yang mampu menaklukkan konstantinopel.

Hukum Islam akan mendorong orang tua lebih mengajarkan dan menanamkan tsaqofah Islam pada putra-putrinya, hingga seluruh keluarga paham hal-hal apa saja yang diharamkan dan hal-hal apa saja yang dihalalkan dalam Islam. Keluarga pun melaksanakan dan menaati adab-adab kehidupan yang diajarkan Rasulullah SAW.

Tak hanya keluarga yang dituntut menjaga psikologis anak, lingkungan bahkan negara pun berkewajiban menyediakan pendidikan yang berbasis Syariat Islam.

Islam menjadi pondasi utama dan pertama dalam menyelenggarakan seluruh KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di sekolah, kampus ataupun tempat-tempat menuntut ilmu lainnya. Sehingga sekolah akan dapat membentuk kepribadian anak yang kuat serta menanamkan psikologis yang tangguh dan bahagia sesuai dengan tuntunan Al Qur'an dan Al Hadist.

Hukum Islam sangat tegas kepada pihak-pihak yang akan menghancurkan psikologis anak dan moral remaja. Siapapun yang melakukan kejahatan dan kezaliman akan diberi sanksi tegas yang akan berdampak pada orang lain sehingga takkan mau berbuat hal yang sama. 

Dengan demikian, hanya Syariat Islam yang dapat melindungi, menjaga serta mengembangkan psikologis anak dan menjadikan anak-anak generasi muda yang cerdas, kuat dan tangguh. Mari kita lindungi putra-putri kita dengan penerapan Islam secara Kaffah di seluruh dunia terutama di bumi Nusantara. 
Wallahu A'lam Bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post