Kesetaraan Gender Menghilangkan Peran Keibuan

Oleh : Umi Fia 
(Aktivis Muslimah Peduli Umat)

Beberapa pekan terakhir ini ramai perbincangan di sosial media tentang kesetaraan gender. Munculnya gagasan kesetaraan tidak menyurutkan penghinaan terhadap perempuan. Para feminis pengusung kesetaraan gender ini dengan beebagai upaya terus mengampanyekan kesetaraan laki- laki dan perempuan demi memastikan keadilan dan keseimbangan posisi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, serta menggapai kesadaran yang lebih besar terhadap adanya diskriminasi.

Bahkan dengan dalih meningkatkan partisipasi perempuan diranah publik, dan menganggap perempuan sebagai kelompok yang paling rentan mengalami kemiskinan.

Dalam acara Voyage to Indonesia's Seminar On Women's Participation For Economic Inclusiveness Mentri keuangan Sri Mulyani mengatakan, Bahwa ketidaksetaraan gender mengakibatkan dampak negatif dalam berbagai aspek pembangunan, mulai dari ekonomi, sosial, hingga pertahanan dan keamanan. Beberapa lembaga internasional melihat ketidaksetaraan gender memiliki hubungan yang kuat dengan kemiskinan, ketidaksetaraan akses pendidikan hingga akses keuangan. Ia juga menambahkan, perempuan harus di beri akses yang sama dengan laki-laki. Kami ingin perempuan dan laki-laki memperoleh akses, partisipasi, kontrol, manfaat yang sama dalam proses pembangunan, " paparnya.

Sekilas perjuangan kesetaraan gender memang tampak menguntungkan kaum perempuan. Bayangkan, ketika di tengah tekanan ekonomi sekarang ini, juga godaan role mode hedonis yang sering di pertontonkan, perempuan mana yang tidak tergiur mencicipi hasil kesetaraan gender yang diusung oleh kaum feminis. Yang dengan itu mereka berharap tak lagi di anggap kaum rendahan dan termarjinalkan dari kehidupan publik.

Sampai di sini kita kaum perempuan harus mengkritisi ide kesetaraan gender, banyak hal yang harus kita koreksi dari gempuran opini menyesatkan ini, penyetaraan perempuan dengan konteks memberikan kebebasan sebebas-bebasnya adalah sebuah masalah baru. Kemiskinan sistemis pada perempuan diatasi dengan pengarus utamaan gender justru akan menyebabkan tidak berfungsinya peran keibuan, anak terlantar atau terjerumus masalah. Perjuangan atas pemberdayaan perempuan tak benar-benar terjadi, alias hanya ilusi. Alih-alih memberikan solusi, perempuan yang berlaku bebas tanpa memperhatikan agama dan norma akan menjadikannya sederajad dengan hewan. Karena akal tak dijadikan tolok ukur, hati tak dijadikan pertimbangan. Ia bebas menuruti hawa nafsunya dengan dalih memperjuangkan kesetaraan. Padahal  nilai guna mereka justru tidak lebih dari sekedar materi demi mengokohkan hegemoni kapitalisme. Dimana untuk mencapai target ini, perempuan banyak dimanfaatkan sebagai penggerak roda industri berharga murah sekaligus target pasar industri.

Perlahan para perempuan muslim semakin di lemahkan dengan pemahaman-pemahaman barat, bahkan mereka semakin dijauhkan dari syariat dan hukum islam dengan menyebar racun kesetaraan gender dengan dalih pengentasan kemiskinan perempuan. Sehingga dengan mudahnya mereka dengan ide kesetaraan gender ini yang dapat menghancurkan batas-batas pembeda antara laki-laki dan perempuan dalam peranannya di masyarakat laris manis di jajakan oleh para aktivis feminis. Inilah cara pandang dalam sistem demokrasi kapitalisme sekulerisme terhadap perempuan.

Berbeda jauh dengan sistem islam. Dalam islam perempuan sangatlah di muliakan. Islam memberikan definisi pemberdayaan yang mampu mengangkat derajat perempuan secara riil. Aplikasinya pun sesuai dengan fitrah mereka, yakni sebagai ummun warobbatul bait, dan ummu ayjal ( ibu generasi). Kedua peran itulah yang sangat penting yang mana menjadi tolok ukur keberhasilan dalam membangun dan mengokohkan peradaban islam yang berjalan di atas petunjuk Al Qur'an dan As Sunnah.

Dengan demikian bukan berarti islam melarang kaum perempuan terlibat dalam ranah publik, seperti menuntut ilmu, mengajar, bahkan bekerja. Hanya saja dalam pelaksaannya, segala aktivitas tersebut tidak boleh melalaikan mereka dari tugas utamanya sebagai ummun warabbatul ba

it.

Kerlibatan  kaum perempuan dalam ranah publik juga terealisir melalui kewajiban dakwah untuk mencerdaskan umat. Menyadarkan mereka akan kebutuhan penegakan islam kaffah. Termasuk di dalamnya melakukan muhasabah atas kebijakan penguasa dzolim.

Dari sini jelas, bahwa para kaum feminis dengan menyuarakan kesetaraan gender tidak akan menjadi solusi atas semua permasalahan perempuan, terlebih masalah kemiskinan. Karena sejatinya kemiskinan adalah tanggung jawab negara bukan beban perempuan.

Hanya sistem islamlah satu-satunya yang bisa membawa perempuan ke dalam derajat kemuliaan. Karena dalam islam kesejajaran derajat antara laki-laki dan perempuan bukan pada bentuk fungsi, dan peran, melainkan pada ketaatan keduanya terhadap aturan Allah swt. Dan ketaatan ini hanya bisa optimal apabila syariah di terapkan dalam kehidupan secara kaffah. Yang dengan itu, kesejahteraan berikut penjagaan atas individu benar- benar terjamin. Sehingga umat, khususnta perempuan tidak akan tergiur mengejar materi berbau duniawi. 

Wallahu a'lam bi as sawabb.

Post a Comment

Previous Post Next Post