NABI MUHAMMAD SAW. TELADAN PARIPURNA DALAM MEMBANGUN NEGARA

Oleh : Fatmawati 
pensiunan guru dan pegiat dakwah.

KH. Ma'ruf Amin, dalam sambutannya pada acara peringatan Maulid Nabi saw. 1441 Hijrah di Istana menyatakan bahwa ia ingin meneladani Rasul saw. dalam membangun Indonesia. Ia menyebut Nabi saw. adalah tokoh perubahan yang luar biasa dan patut diteladani. Hanya dalam waktu 23 tahun, kata Ma'ruf, Nabi saw. bisa mengubah masyarakat jahiliah menjadi masyarakat terbaik.

"Apa yang dicapai oleh Rasul karena memang beliau melakukan perubahan secara terus menerus, berkelanjutan...," kata Ma'ruf.

Nabi saw., kata Ma'ruf, melakukan perubahan dengan hati, akhlak yang baik serta sikap santun sehingga masyarakat mau mengikuti ajarannya. Ma'ruf juga menilai cara itu bisa untuk membawa Indonesia menjadi lebih baik.

Allah SWT. mengutus Rasul  saw. Diantaranya untuk memberikan keteladanan yang paripurna. Pribadi Nabi saw. seluruhnya adalah kebaikan untuk semua bidang kehidupan. Patutlah kaum Muslim menjadi Nabi saw. sebagai satu-satunya contoh kebaikan dalam kehidupan. Allah SWT berfirman:

Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian, yaitu bagi siapa saja yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari akhir dan dia banyak mengingat Allah (TQS al-Ahzab [33]: 21).

Rasullullah saw. satu-satunya insan yang berhasil membangun peradaban manusia yang mulia. Di tengah-tengah kompetisi Kekaisaran Romawi dan Persia, Nabi saw, berhasil mengangkat harkat-martabat bangsa Arab dan umat manusia menuju peradaban yang baru.

Nabi saw. berhasil mengubah bangsa Arab menjadi masyarakat yang bertauhid, berhukum hanya pada hukum Allah SWT, berakhlak luhur, menjalankan muamalah secara jujur dan amanah, serta memiliki sistem pemerintahan yang kokoh dan sukses menciptakan keadilan.

Peradaban itu lalu dilanjutkan oleh para khalifah setelah beliau, yakni Khulafaur Rasyidin dan para khalifah sesudahnya. Mereka sukses menyebarluaskan Islam hingga menguasai 2/3 dunia. Peradaban inilah yang dikagumi oleh bangsa Barat kala itu.

Rasulullah saw. bukan semata teladan dalam akhlak dan ibadah. Beliau juga memberikan tuntunan dalam politik dan pemerintahan. Setelah hijrah ke Madinah, Rasu saw. mempersatukan kaum Anshar dan Muhajirin, menata Negara Islam di Madinah dengan menyusun Piagam Madinah (Watsiqah al-Madinah). Dengan itu semua elemen masyarakat selain kaum Muslim, seperti kaum Yahudi dapat ditundukkan.

Baginda Nabi saw. juga mengangkat sejumlah pejabat negara seperti para pembantu beliau dalam urusan pemerintahan, para gubernur, amil, juga panglima perang.

Beliau menetapkan Abu Bakar dan Umar bin Khaththab ra. sebagai pembantu dalam bidang pemerintahan (mu'awin). Beliau pun mengangkat Muadz bin Jabal ra. sebagai gubernur (wali) di wilayah Janad, Zijad bin Walid di wilayah Hadhramaut serta Abu Musa al- 'Asy'ari di wilayah Zabin dan 'Adn. Untuk kesekretariatan pemerintahan, Rasulullah diantaranya menunjuk Zaid bin Tsabit ra. sebagai sekretaris dan pemegang stempel beliau.

Dibidang ekonomi, Rasul saw. mengangkat Abdurrahman bin Auf sebagai pejabat yang mengurusi zakat unta, Bilal menangani zakat buah-buahan dan Muhmiyah bin Jaza' mengurusi khumus. Beliau sendiri sering membagi-bagikan harta milik negara kepada yang berhak mendapatkanya.

Karena itu siapa saja yang mengingkari fakta bahwa Rasul saw. adalah sosok pemimpin negara dan pemerintahan, maka mereka telah berdusta dan mengingkari kebenaran. Jelas pada diri Nabi saw. terdapat keteladanan sebagai kepala negara dan pemerintahan yang wajib diteladani.

Ada sejumlah kunci kesuksesan Nabi saw. sebagai seorang kepala negara dan pemerintahan.

Pertama: Pribadi beliau yang berakhlak mulia. Sebagai seorang kepala negara, Rasul saw. menunjukkan pribadi pemimpin yang mengayomi. Beliau pun selalu bekerja keras mengurus segenap urusan masyarakat dan memenuhi segala keperluan mereka. Inilah akhlak pemimpin yang sejatinya pelayan umat. Sabda beliau: 

Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka (HR Ibnu Majan).

Kedua: Rasul saw. menjadikan akidah Islam sebagai landasan hidup bermasyarakat dan bernegara. Sebelum membangun negara dan pemerintahan di Madinah, dakwah Islam ditujukan untuk membongkar berbagai keyakinan batil yang ada di tengah-tengah masyarakat. Beliau mengajak umat manusia mentauhidkan Allah SWT sekaligus tunduk hanya pada syariah-Nya. 

Ketiga: Rasul saw. hanya menerapkan syariah Islam secara paripurna (kaffah) dan konsisten. Beliau tidak pernah berkompromi dengan siapa pun saat menjalankan hukum Allah SWT.

Beliau berkhutbah kepada kaum Muslim:

Sungguh orang-orang sebelum kalian hancur lantaran jika ada bangsawan mencuri, dibiarkan, sementara jika ada kaum lemah mencuri, dihukum. Demi Allah andai Fathimah binti Muhammad mencuri, pasti aku potong tangannya (HR al-Bukhari).

Jelas, umat wajib mengikuti dan meneladani Rasul saw. secara kaffah. Tidak boleh setengah-setengah. Umat tidak boleh melepaskan sosok Nabi saw. dari syariah Islam yang beliau bawa.

Kitabullah dan Sunnah Rasulullah saw. bukanlah pilihan bagi umat, melainkan wajib diambil secara keseluruhan. Bentuk pemerintahan dan kenegaraan yang dipraktikkan oleh Nabi saw. yang diteruskan oleh Khulafaur Rasyidin dalam wujud Khilafah, juga wajib untuk diambil, sebagamana kaum Muslim berkewajiban mengikuti tatacara shalat yang dicontohkan oleh beliau. Karena itu tentu aneh dan ironis jika ada keinginan meneladani Rasul saw. dalam membangun Indonesia, tetapi menolak dengan keras sistem pemerintahan Islam (Khilafah) yang menerapkan syariah secara kaffah yang notobene warisan Nabi saw. karena dianggap bertentangan dengan kesepakatan.

Di dalam Kitabullah telah diingatkan agar kaum Muslim mengambil semua yang dibawa Nabi saw. dan meninggalkan segala hal yang beliau larang. Allah SWT berfirman:

Apa saja yang Rasul berikan kepada kalian, terimalah. Apa saja yang dia larang atas kalian, tinggalkanlah. Bertakwalah kalian kepada Allah. Sungguh Allah amat keras hukuman-Nya (TQS al-Hasyr [59]: 7).

Wallah a'lam bi ash-shawab

Post a Comment

Previous Post Next Post