Tes Baca Alqur`an Bukti Rezim Gagal Paham

Penulis : Isnawati

Undangan tes baca Alqur`an datang dari Dewan Ikatan Dai Aceh TGK Marsyuddin Ishak. Kedua pasangan Capres - Cawapres ini diundang untuk ikut tes baca Alqur`an demi mengakhiri polemik soal keIslaman para calon. Rencananya tes dilaksanakan di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh pada tanggal 15 Januari 2019. Tribunnews ( 30 Desember 2018 ).

Beberapa kalangan menganggap tes baca Alqur`an sebagai peluang emas bagi masing-masing kubu untuk mendapatkan simpati dan menambah rasa percaya diri pada masing-masing voter atau kelompok pemilih, pro-kontrapun tak dapat terelakkan dibanyak kalangan.

Pendapat Marsyudin Ishak berbeda dengan pendapat mantan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah di Jakarta dan Dr. Komaruddin Hidayat yang mengatakan kepada VOA bahwa tidak perlu melebih-lebihkan pentingnya agama, kehidupan ini berdasarkan pada konstitusi, memahami dan belajar lebih banyak tentang agama adalah hal yang penting tetapi bukan berarti kita gagal jika tidak bisa membaca Alqur`an, tandasnya.

Padahal kita tahu bahwa Alqur`an adalah pedoman hidup bagi setiap muslim, sebelum menterjemahkan pesan-pesan Alqur`an tahap awal yang harus ditempuh adalah mampu membacanya tentu menjadi aib besar bagi mereka yang tidak mampu membacanya, sebab Alqur`an adalah bacaan wajib yang harus dibaca setiap muslim.

Memahami fakta seharusnya tidak hanya sekedar menjadikan narasi dari sebuah peristiwa, kemampuan menarik benang merah agar bisa menyimpulkan dan mengambil solusi yang benar demi kemaslahatan umat sangatlah dibutuhkan dalam kehidupan bernegara.

Agama bukanlah hanya sebuah keyakinan biasa akan tetapi menjadi entitas politik dan  parahnya politisasi agama sering kali menjadi mobilisasi untuk meraih kekuasaan. Ketakutan akan membangkitkan kebencian diantara masyarakat dari berbagai ras dan agama bukanlah hal yang berlebihan.

Politik identitas dalam demokrasi menjadi sebuah keniscayaan dalam meraih kemenangan, respon terhadapnya merupakan salah satu bukti bahwa Alqur`an hanya sebagai alat permainan politik untuk memenangkan persaingan disatu sisi dan keberadaannya dianggap tidak penting disisi lain.

Alqur`an adalah wahyu Allah sekaligus petunjuk hidup yang wajib atas seluruh kaum muslim untuk mengamalkan isinya secara menyeluruh.

Menempatkan hukum Allah tidak  selayaknya akan mendatangkan polemik yang rumit dan tak kunjung padam sebab masing-masing fihak sarat dengan segala kepentingan karena memang manusia mempunyai hawa nafsu yang tidak pernah puas dengan apa yang sudah didapatkan.

Hawa nafsu hanya bisa ditundukkan dengan keimanan karena kewajiban untuk taat dan patuh  pada Sang Maha Kuasa sebagai Pencipta dan Pengatur kehidupan manusia.Pengaturan yang sangat sempurna tersebut hendaknya diwujudkan dalam segala lini kehidupan termasuk masalah pembangunan sebuah peradaban dalam bernegara secara adil dan beradap.

Alqur`an bukan hanya untuk dibaca saja apalagi dijadikan ajang tes untuk penentuan identitas seseorang tetapi hendaknya isi kandungan didalamnya mampu dan mau dipelajari agar bisa diterapkan dalam kehidupan bernegara.

Kearifan seorang pemimpin akan tercermin dari cara mengetrapkan Alqur`an, baik dan benar cara memahami Alqur`an baik pula cara kepemimpinan seseorang. Solusi dari polemik yang ada di negeri ini adalah kembali kepada Islam secara menyeluruh, politik, ekonomi, sosial dan budayanya.

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan takwa pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi tetapi mereka mendustakan ayat-ayat kami itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. ( QS. Al-A`raf 96 ) Wallahu a`lam bis aswab.
Previous Post Next Post