Dua Investor Batal Kelola Nikel PT. Vale

N3, Sulsel ~  PT. Yinyi dan PT. SMS membatalkan kerjasama pengelolaan biji nikel kadar rendah pada wilayah kontrak karya PT. Vale Indonesia. Alasannya, harga nikel anjlok sehingga tidak lagi menjanjikan secara ekonomi.
Kepala Dinas Pertambangan, Energi, dan Sumber Daya Mineral, Gunawan Palaguna, mengaku kecewa atas pembatalan kerjasama tersebut. Apalagi, proses penjajakan sudah berlangsung cukup lama, sejak delapan bulan terakhir.
"Alasannya harga nikel anjlok sehingga mereka membatalkan kerjasama ini," ungkap Gunawan, usai rapat bersama PT. Vale Indonesia, PT. Nyinyi, dan PT. SMS, di Ruang Kerja Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Kantor Gubernur.
Gunawan mengungkapkan, kedua investor tersebut diberikan nikel kadar rendah 1,3 persen, tetapi tidak ada kesepakatan. Permintaan pengelolaan nikel dengan kadar 1,8 persen juga tidak bisa dipenuhi PT Vale karena kesepakatan awal memang pengelolaan nikel dengan kadar rendah atau dibawah 1,6 persen.
"Prosesnya sudah berjalan delapan bulan, tapi ujung-ujungnya tidak jadi. PT. Vale juga terlalu memberatkan investor dengan berbagai macam persyaratan administrasi," keluhnya.
Dikonfirmasi terpisah, Sekretaris Dinas Pertambangan, Energi, dan Sumber Daya Mineral Sulsel, Syamsul Bahri, menjelaskan, ‎ada tiga persoalan sehingga tidak ada kesepakatan untuk pengelolaan nikel berkadar rendah antara kedua investor dengan PT. Vale. Diantaranya, kedua investor ingin menambang sendiri di dalam wilayah kontrak karya PT. Vale. Hal tersebut tentu saja tidak bisa dilakukan karena bertentangan dengan undang-undang.
"Sejak awal kesepakatannya adalah kerjasama pengelolaan nikel berkadar rendah atau dibawah 1,6 persen. Investor ini cukup membangun industri atau pabriknya, PT. Vale menyuplai materialnya. Karena, nikel dengan kadar dibawah 1,6 persen ini memang sudah tidak dipakai oleh Vale. Nah, mereka menginginkan menambang sendiri, karena ada selisih harga yang cukup tinggi disana," terangnya.
Masalah lainnya, kata Syamsul Bahri, tidak ada kesepakatan dalam hal organisasi. Dua investor ini diharuskan bekerjasama dengan pemerintah provinsi dan pemerintah daerah. Namun, hal tersebut tidak terjadi hingga saat ini.
"Yang terjadi adalah, dua investor ini tidak bekerjasama dengan pihak pemerintah provinsi ataupun daerah," ungkapnya.
Syamsul menilai, harga nikel yang anjlok saat ini tidak tepat dijadikan alasan kedua investor tersebut untuk membatalkan kerjasama. Mengingat, harga nikel fluktuatif.
"Harga nikel itu memang naik turun. Sekarang bisa saja anjlok, tapi ke depan pasti naik lagi. Jadi, saya rasa itu bukan alasan. Tapi, saya yakin, ada banyak investor yang tertarik mengelola nikel berkadar rendah ini," pungkasnya.
Sementara, pihak PT. Vale Indonesia, PT. Nyinyi, dan PT. SMS, yang berusaha dikonfirmasi terkait pembatalan kerjasama tersebut enggan berkomentar.**
Previous Post Next Post